"Terkadang merasa bahwa hanya saya yang sedang berjuang"
Oleh: Ainur Rohmah
Beberapa hari yang lalu saya dan Bu Ani datang lebih awal pada sebuah pertemuan untuk membahas tentang kerjasama, tujuan kerjasama ini untuk memajukan kualitas sekolah yang dimana saya dan Bu Ani mengajar disekolah tersebut.
Pertemuan pada pagi itu sangatlah penting, bukan dari lembaga tempat mengajar saya dan Bu Ani saja yang datang, namun beberapa lembaga juga turut menghadiri pada rapat kerjasama tersebut, karena keinginan dari masing-masing guru untuk memajukan sekolah tempat mereka mengajar.
Setelah rapat kerjasama tersebut selesai. Kemudian kami semua berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing.
Namun ada beberapa kendala dalam perjalanan menuju pulang. Dikarenakan saya tidak membawa sepedah motor sendiri.
Akhirnya saya memesan ojek online, namun dikarenakan tempatnya sangat melosok, jadi tidak terjangkau untuk memesan ojek online tersebut. Lalu, sejenak saya berdiam diri dan hampir ingin menangis memikirkan bagaimana cara untuk pulang, karena jalanan yang sepi dan tidak ada rumah penduduk yang bisa untuk dimintai pertolongan. Namun beberapa jam kemudian, ada angkutan umum yang melintas pada jalan tersebut, naiklah saya pada angkutan tersebut. Awalnya saya tidak tolah- toleh untuk melihat siapa saja penumpang didalamnya, karena kepala sudah pusing. Namun entah mengapa hatiku seakan menyuruh dan mengatakan "ayok lihaten orang disampingmu", tanpa berfikir panjang seketika kepala ini menoleh kearah penumpang tersebut.
Seperti yang saya katakan diawal tadi "Terkadang merasa bahwa hanya saya yang sedang berjuang". Entah bagaimana saya harus bercerita, namun ternyata pembelajaran yang diberikan Tuhan bisa dipelajari dimanapun tempatnya. Karena pada malamnya saya menangis dan ingin menyerah, saya merasa Tuhan tidak adil kepada saya. Dan ternyata, Tuhan seakan langsung memberikan jawaban serta pelajaran kepada saya, "bahwa bukan kamu saja yang sedang berjuang".
Dengan terkejut, saya memandang yang ada dibelakang saya, dengan wajah lelah beliau menggendong bayinya, dan kulihat lagi ada dua putra kecil yang sedang tidur bersandar pada tubuhnya. Dengan pakaian yang lusuh, dan juga bolong-bolong. "Ah, dalam hatiku, pastilah beliau ibu yang sangat kuat dan hebat". Lalu saya memberanikan diri untuk mengajak ngobrol dengan beliau.
Beliau seorang pengemis, yang sedang berusaha untuk menghidupi ketiga buah hatinya, kedua anaknya yang sudah besar tidak bisa sekolah dikarenakan keterbatasan biaya. Dengan terpaksa beliau mengajak anak-anaknya untuk mengamen dari rumah ke rumah. Lalu saya memberikan makanan hasil dari rapat tadi kepada mereka. Dengan senang dan sumringah mereka menerimanya.
Lalu saya terdiam. Hebatnya Tuhan mengatur segala sesuatunya dengan sempurna. Memberikan pelajaran kepada para hambanya agar selalu bersyukur kepadanya.Â
Ternyata bukan hanya saya saja yang sedang berjuang, setelah apa yang ku lalui ternyata masih banyak sekali yang sedang berjuang di sekitarku, para ibu yang mencoba menjadi tulang punggung keluarga, dan masih banyak lagi tentunya.
Â