Subhanallah,hari ini saya tak kuasa untuk tak meneteskan air mata.
Setelah menuntaskan beberapa lembar buku Cara nabi saw mendidik anak karya DR.Muhammad Nur abdul hafidz suwaid, saya menemukan baris kata ; “pada masa pertumbuhannya anak selalu berusaha untuk mengidolakan kepribadian terkuat di sekitarnya. Hal ini mendorongnya untuk meneladani sang idola, berjalan sesuai petunjuknya dan meniru segala gerak geriknya.”
Saya langsung teringat masa kecil. Sewaktu guru PPKN menanyakan siapa idola kami, masing-masing kami menyebutkan siapa idolanya. Ada yang bilang superman, batman, Cinderella, Soekarno, Amita bacan dan sebagainya yang semuanya rata-rata adalah tokoh-tokoh film kartun atau bintang film terkenal saat itu, dan saya sendiri memang cukup lama kebingungan karena sama sekali tidak tahu siapa yang harus saya idolakan. Hingga akhirnya nama megawati soekarno putri yang saya sebutkan dengan terpaksa. Ini pun karena pernah mendengar nama megawati yang dibanggakan bapak saya, meski perempuan tapi punya pengaruh luar biasa di Indonesia, begitu cerita bapak saya waktu itu. Walau sejujurnya saya tidak benar-benar mengidolakannya, hanya karena malu saja tidak berkata apa-apa.
Dan sekarang saya pun mencoba menanyakan idola pada Azka, anak pertama saya yang berusia 7 tahun. Sebenarnya sebelum ini saya belum pernah mengenalkan apa itu makna idola. Lalu saya coba saja tanya “siapa idola kakak?” saya biasa memanggilnya dengan sebutan kakak. Kakak balik bertanya “idola itu apa mi?”, lalu saya jawab “ idola itu orang yang paling kakak kagumi, paling kakak suka dan paling kakak ingin tiru sifatnya” tanpa menunggu lama dia langsung teriak “ Muhammad!” ya Allah…saya benar-benar kaget karena tak percaya dan terharu, Subhanallah, Alhamdulillah, air mata saya langsung menetes, sungguh benar-benar tak menyangka bahwa Azka akan mengatakan Muhammad saw.
Si kakak heran “kok ummi nangis?” “iya nak, ummi senang kakak mengidolakan Rosulullah, karena siapapun yang mengidolakan Rosulullah kelak dia akan jadi anak yang sholehah” jawaban saya bermakna doa, sambil memandangnya haru “iya mi?” tanyanya berbinar, saya mengangguk dan membawanya ke dada dan kami pun berpelukan erat sambil terus mendoakannya.
Sebelum ini tak pernah sekalipun kami membahas bahwa kita harus mengidolakan Rosulullah saw, saya hanya menceritakan tentang Rosulullah dari buku-buku yang kami sediakan di rumah setiap malam menjelang tidur. Setiap membaca kisah Rosulullah saya memang tak pernah sanggup untuk tak menangis. Pada sesi menangis ini lah biasanya yang membuat anak-anak penasaran kenapa saya harus menangis setiap baca buku Rosulullah saw. Dan itulah awal yang membuat anak-anak selalu senang untuk dibacakan dan membaca sendiri kisah Rosulullah saw. Meski ada kalimat-kalimat sulit yang mereka tak pahami tapi mereka selalu antusias mendengar kisahnya.
Dan inilah ternyata buahnya…subhanallah..air mata ini selalu tak sanggup untuk ditahan ketika anak dengan lantang mengatakan cinta pada Rosulullah saw di tengah hiruk pikuk krisis idola saat ini. Saat anak-anak lain dengan bangga mengidolakan para tokoh-tokoh fiktif rekaan manusia, dan 'mesin tokoh rekaan' ini tetap bersemangat menerbitkan tokoh-tokoh baru yang bisa menjadi idola anak-anak masa kini dan menjauhkan mereka dari tokoh yang seharusnya pantas untuk di idolakan, maka saya hanya berdoa semoga Azka dan juga adik-adiknya kelak tetap kokoh mempertahankan kecintaannya kepada manusia mulia Muhammad saw, selalu mengikuti petunjuknya dan mengikuti gerak-geriknya. Aamiin…
Dan saya juga berdoa kelak semua anak-anak Indonesia juga akan mengidolakan Muhammad saw. Karena memang hanya sosok beliau lah yang paling layak untuk kita idolakan. Betapa banyak bencana kepribadian manusia yang terjadi di muka bumi ini semata-mata karena jauhnya dari teladan yang benar. Dan sedihnya, betapa banyak generasi muda saat ini yang tidak paham mengapa harus bertingkah laku aneh dan bangga dengan pilihan perilakunya dan bertopengkan kebebasan seni atau hak asasi manusia. Memberi label-label pada perilaku aneh itu dengan kalimat-kalimat ilmiah dan profesioanalisme. Mengatakan sebagai kaum intelektual muda padahal sesungguhnya mereka adalah kaum jahiliah modern yang berkepribadian kosong layaknya gentong, berbunyi nyaring tapi tak ada isi.
Maka satu-satunya jalan keluar dari permasalahan ummat adalah dengan menanamkan pentingnya mengenalkan kepribadian Rosulullah sebagai sosok yang paling layak untuk di jadikan idola lewat media-media yang akrab pada anak-anak, seperti buku cerita dan film. Dan kita sebagai orangtua adalah orang pertama yang paling wajib untuk memperkenalkan siapa Rosulullah pada anak-anak kita.
Suatu hari bunda aisyah ditanya tentang akhlak rosulullah, maka bunda aisyah ra menjawab sambil menangis ‘akhlak Rosulullah adalah Al qur’an’.
Maka apakah ada pribadi lain yang lebih baik lagi dari Rosulullah??