Mohon tunggu...
siti sarah
siti sarah Mohon Tunggu... -

durian lover, klappertaart maker, senang bertemu banyak orang, terus belajar sampai akhir hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Perempuan Aceh

21 April 2016   20:32 Diperbarui: 21 April 2016   20:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, di lain sisi, pendidikan terhadap kaum perempuan juga belum secara penuh diperhatikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik juga mencatat bahwa masih banyak perempuan-perempuan yang buta huruf. Angka buta huruf pada perempuan lebih dominan dibanding laki laki yaitu sekitar 16,6 persen berbanding 7,5 persen.[4] Dengan pendidikan dan kemampuan yang tidak memadai, artinya perempuan masih bergantung dengan perekonomian laki-laki. Hal ini semakin memojokkan perempuan aceh sehingga mendorong mereka menjadi kaum marjinal yang nyaris tak bervokal.

Dalam hal ini, memang tidak mudah untuk menaikkan kembali citra perempuan di tanah rencong ini. Oleh karenanya menjadi PR besar bagi kita, baik pemerintah, media dan lembaga aktivis perempuan agar turut mendukung dan mendorong kemajuan pola pikir hingga kemandirian perempuan terutama dalam meningkatkan pendidikan dan perekonomian daerah.

Bagi pemerintah, terutama balon gubernur dan walikota aceh 2017 mendatang sudah seharausnya memperhatikan isu-isu yang melibatkan dampak terhadap perempuan. Masih terkait dengan hal ini, media juga hendaknya tetap netral, membebaskan opini perempuan termasuk pemberitaan tentang perempuan yang telah berperang menggerakkan roda ekonomi rumah tangga. Media hendaknya memperkecil rasio pemberitaan yang menyangkut ‘hukuman’ pada perempuan; razia pakaian ketat, janda selingkuh, jilboobs, dan pemberitaan yang menjurus ke arah ini merupakan bentuk ‘penghakiman’ massal media terhadap perempuan, sehingga stereotype negative ini menjadi hal yang tidak lagi tabu di masyarakat yang berdampak pada rendahnya martabat kaum perempuan.

Perempuan tidak lagi harus memegang bambu runcing untuk memerdekakan diri. Berani bersuara, beropini menyatakan pendapat di media, melangkah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi adalah bentuk pengangkatan marwah perempuan dalam dunia yang semakin modern ini. Hal ini bukan berarti untuk menyaingi kaum pria, akan tetapi menjadi esensi dalam mendidik generasi berikutnya. Inilah mengapa Brigham Young berkata “you educate a man, you educate a man, you educate a woman, you educate a generation”. Akhirnya, keberanian dan kegigihan cut nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Laksamana Malahayati, dan sederet nama lain yang ikut mengangkat senjata melawan penjajah tidak hanya terhenti dan menjadi sejarah. Suraiyya Kamaruzzaman, Nurjannah Husein, Raihal Fajri, adalah sederet nama yang ikut berjuang mengharumkan nama Aceh dengan langkahnya sendiri, tentunya ada puluhan nama yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Selanjutnya, tugas kita sebagai generasi penerus lah yang meneruskan perjuangan mereka menjadi srikandi penggerak dan pembangun Aceh ini. Selain itu, kemerdekaan perempuan dalam memberikan keputusan dan pilihan terhadap hidupnya adalah upaya implementasi dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan.


[1] Emi Suhaimi (1993). Wanita Aceh Dalam Pemerintahan Dan Peperangan disarikan dari buku Wanita Indonesia sebagai Negarawan dan Panglima Perang karangan A. Hasjmy
[2] Perempuan dalam pemerintahan kerajaan Aceh: Putri Lindung Bulan;Puteri Pahang; Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu; Ratu Safiatuddin; Ratu Naqiatuddin; Ratu Zakiatuddin; Ratu Kamalat Syah) Wanita aceh dalam peperangan :Laksamana Malahayati; Teungku Fakinah; CutNyakDhien; Cut Meutia; Pocut Meurah Intan; Pocut Baren; Teungku Fakinah)
[3] Edriana Noerdin (2007) Politik Identitas Perempuan Aceh
[4] Badan Pusat Statistik ( BPS) tahun 2012, disampaikan oleh Rumah Perempuan Politik Aceh (RPPA) sumber: http://www.lamurionline.com/2014/03/di-aceh-buta-huruf-lebih-banyak-dialami.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun