Ainun, itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya dengan nama lengkap Ainun Nafisa. Ia adalah salah seorang mahasiswa aktif di salah satu universitas di bandung selain menjadi mahasiswa yang juga adalah seorang santri yang sedang mendalami ilmu agama di salah satu pondok pesantren salafi yang ada di Bandung tepatnya di pondok pesantren Al mardiyatul Islamiyah. Ia memiliki ketertarikan di bidang Tilawatil Qur'an sejak duduk di bangku kelas 2 Madrasah Tsanawiyah.
 Alasan Ainun tertarik di bidang Tilawatil Quran (mujawad) karena ia sering mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an di lingkungannya. Di sekolah ia sering mendengarkan teman-temannya melantunkan tilawah al-quran, terutama di rumah ia juga selalu mendengarkan suara emas ibunya melantunkan alquran dengan tilawah. Dan baginya ayat Al-Qur'an  yang di lantunan dengan nada nada tilawah dapat menggetarkan hatinya sehingga ia tertarik dengan tilawah Al-Qur'an.
Tentunya banyak sekali keutamaan dari tilawah Al-Qur'an ini, Al-Qur'an adalah kalamullah yang mubarok (diberkahi), menuntun ke jalan yang lurus, membaca Al-Qur'an adalah sebaik-baik amal perbuatan, Al-Qur'an akan menjadi syafaat (penolong dihari kiamat), memperoleh kebajikan yang berlipat ganda, turunnya rahmat sakinah dan masih banyak lagi keutamaan tilawah al-quran yang lainnya.
Di seluruh indonesia bahkan di seluruh dunia pun ada sebagian lembaga ataupun organisasi-organisasi yang menyelenggarakan perlombaan. Begitu pula dengan perlombaan tilawah atau kerap orang menyebutnya dengan sebutan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qu'ran). Di pondok pesantren dulu yang masa SMA tepatnya ketika ia duduk di kelas 2 SMA, pondok nya senantiasa aktif mengikuti atau mengirimkan berbagai perlombaan dan salah satunya perlombaan MTQ. Perlombaan MTQ yang menurutnya dapat menjadi pengembangan dalam bakat dan minat, mendorong untuk dapat meningkatkan skill kualitas diri, juga untuk mengasah segala potensi yang ada. Perlombaan MTQ ini seringkali diadakan dalam beberapa jenjang atau tingkatan, mulai antar sesama RT, RW, Â desa, kecamatan, hingga seterusnya. Dan inilah yang menjadi awal pengalaman berharga bagi seorang Ainun Nafisa ialah ditunjuk oleh seorang ustadz di yang ada di pondok nya untuk menjadi perwakilan atau delegasi perlombaan MTQ.
 Sejak itulah awal ia mengikuti lomba mtq yaitu di tingkat kecamatan dengan makro QS. Al-Anfal ayat 29-32.  Diikuti oleh 30 peserta, masing-masing memiliki macam kategori peserta ada kategori anak-anak, remaja, dewasa dan menyandang kategori remaja. Dimulai dari perlombaan tingkat kecamatan dengan inilah Alhamdulillah Ia dapat meraih juara 1 di tingkat kecamatan, meskipun itu pengalaman pertama baginya untuk perlombaan tilawah.
 Kedua ia juga pernah mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh mahasiswa Nurtanio  tempatnya di daerah Cicendo Bandung, dibuka perlombaannya untuk tingkat remaja yang batas usianya dari 15-20 tahun. Pada perlombaan ini ia menjuarai ke-3, karena pada saat itu ia tidak membawakan surat yang telah ditentukan oleh panitia. Ini juga menjadi sebuah pengalaman baginya agar selalu berhati-hati dalam bertindak. Dari kejadian itu, semua peserta menginginkan bahwa Ainun ini di diskualifikasi akan tetapi keputusan juri lah yang yang menentukan. Juri ingin untuknya mengulangi tampilan dengan mengganti surat yaitu membawakan surat yang telah ditentukan. Dan ternyata ketika ia akan tampil untuk yang kedua kalinya dengan makro yang sudah ditentukan, tetapi kebanyakan beserta tidak setuju atas itu. Jadilah sepakat bahwa Ainun tidak untuk mengulang penampilannya. Setelah pengumuman kejuaraan dibacakan maka pada saat itu pula juri berbisik kepadanya bahwa yang juara satu tetaplah kamu. Tetapi kamu juara 3 karena kamu salah dalam penentuan suratnya dan pada saat itu kedua juri nya memotivasi dirinya.
Perlombaan yang ketiga kalinya yang ia ikutI yaitu di tingkat nasional. Diikuti oleh berbagai santri dari pondok pesantren maupun siswa/i sekolah lainnya yang ada di Indonesia, yaitu diikuti oleh 60 peserta ikhwan dan akhwat. Perlombaan ini tepatnya diadakan di Gegerkalong Bandung Darut Tauhid Aa Gym. Alhamdulillah ia menjadi juara 1 di tingkat nasional. Tentunya tidak mudah bagi seorang Ainun yang masih tahap belajar dan harus siap bersaing dengan lawannya yang  rata-rata dari pondok pesantren khusus qiroat, tetapi baginya itu bukanlah suatu kemunduran akan tetapi itu adalah pecut yang akan menjadi dorongan agar ia lebih keras lagi dalam latihan. Menjadi juara 1 di Tingkat Nasional tentunya bukan hal yang mudah, akan tetapi dari perjuangannya dalam latihan, serta upaya yang sudah ia lakukan, dari mulai menjaga pola makan tidak boleh makan yang berminyak-minyak juga makanan yang dapat berpengaruh terhadap suara, juga pelatihan setiap harinya yang harus bisa mengatur waktu antara latihan dan belajar dipondok pesantren.
Keberhasilan tidak terjadi secara kebetulan. Dibutuhkan tindakan dan stategis ke arah yang benar untuk sampai ke sana. Kesuksesan pun tidak terjadi dalam semalam. Ada banyak kegagalan selama perjalanan, jangan mudah menyerah karena usaha tidak akan membohongi hasil. Pada akhirnya, itu semua tentang seberapa keras kita bekerja pada hal yang benar dan sesuatu yang akan membuat kita lebih dekat dengan tujuan kita. Tetapi untuk mau menginvestasikan waktu, energi, dan fokus kita yang paling berharga, Kita harus benar-benar memahami mengapa kerja keras itu penting. Juga makna percaya diri harus dipahami dengan baik, percaya diri akan keberhasilan berbanding lurus dengan kebenaran meyakini bahwa Allah SWT. Selalu bersamanya, menolongnya dan menjaganya, selagi hambanya mau bekerja keras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H