Mohon tunggu...
Ainun Lutfiah
Ainun Lutfiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Jangan pernah merasa lebih baik dari orang lain, Karena kita tidak tahu seberapa banyak kebaikan yang dia sembunyikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Kata 'Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina'

28 November 2024   08:54 Diperbarui: 28 November 2024   12:23 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sejauh kaki melangkah ke negeri sebrang untuk mencari Ilmu yang hilang"

Aisyah selalu terpesona oleh kisah-kisah para ulama yang merantau jauh untuk menuntut ilmu. Bayangan tentang negeri Cina, tempat di mana ilmu pengetahuan begitu melimpah, seringkali menghantuinya dalam mimpi. Hadis itu menjadi motivasi baginya untuk terus menggali ilmu sedalam-dalamnya. 

Ucap Aisyah tiba-tiba kepada sang ibu "Ibu, aku ingin sekali ke Cina untuk belajar," ucapnya suatu sore, menatap langit senja yang memerah. Ibunya tersenyum lembut, "Cita-cita yang mulia, Nak. Tapi ingat, menuntut ilmu itu bukan hanya soal tempat, tapi juga niat dan usaha." Aisyah mengangguk saja namun didalam hati kecilnya masih tersimpan rasa kekecewaan.

Suatu hari, ia datang ke tempat pengajian seorang ulama' terkenal. Aisyah ingin menanyakan lagi perihal menuntut ilmu ke negeri Cina, "Ustadz, bagaimana caranya agar ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat untuk orang lain? Ustadz itu tersenyum lalu menanggapi pertanyaan Aisyah, "Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan, contoh nya pada hadist yang berbunyi Uthlubul ilma walau bisshin, tuntulah ilmu walau sampai ke negeri Cina. Tidak perlu jauh-jauh ke negeri Cina jika di sekitar kita masih banyak yang membutuhkan ilmu kita. Sebelumnya kamu perlu mengetahui status hadis yang telah saya sampaikan tadi, memang sering kita dengar, Aisyah. Namun, perlu kita ketahui bahwa hadis tersebut termasuk dalam kategori hadis yang lemah. Artinya, sanad atau rantai perawinya tidak kuat, sehingga kebenarannya tidak dapat dipastikan."

Aisyah merasa kecewa. Hadis yang selama ini menjadi motivasi utamanya untuk belajar ternyata tidak sepenuhnya sahih. Namun, ustadz itu melanjutkan, "Meskipun hadis itu lemah, semangat untuk menuntut ilmu tetap harus kita kobarkan, Islam menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu dimana saja dan kapan saja ia berada. Hanya saja, kita harus berhati-hati dalam memilih sumber ilmu dan memastikan kebenarannya."

Kata-kata sang ustadz menusuk kalbu Aisyah. Ia tersadar bahwa menuntut ilmu tidak harus selalu di tempat yang jauh dan sejak saat itu, Aisyah juga semakin berhati-hati dalam mencari ilmu. Ia tidak hanya mengandalkan satu sumber, tetapi mencoba mencari informasi dari berbagai sumber yang terpercaya. Ia juga belajar tentang ilmu hadis, agar dapat membedakan hadis yang sahih dengan yang lemah. 

Akhirnya Aisyah menginplementasikan ilmunya di lingkungan terdekat ia mulai mengajar mengaji kepada anak-anak di kampungnya, ia juga membagikan ilmu yang dimilikinya kepada siapa saja yang membutuhkan. Meskipun tidak pernah menginjakkan kaki di negeri Cina, Aisyah merasa telah mencapai cita-citanya. Dan yang terpenting, ia telah menginspirasi orang disekitarnya untuk terus belajar dan berbagi ilmu.

Suatu ketika, Aisyah pergi ke perpustakaan daerah yang tak jauh dari rumahnya ia menemukan sebuah buku kuno yang berisi tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai belahan dunia. Dalam buku itu, ia menemukan banyak sekali ilmuwan muslim yang telah memberikan kontribusi besar bagi peradaban manusia. Mereka berlomba-lomba untuk mencari ilmu, bukan karena hadis tertentu, tetapi karena dorongan rasa ingin tahu dan semangat untuk memperbaiki kehidupan manusia.

Aisyah menemukan bukti apa yang sudah dikatakan oleh ustadz minggu lalu, ia semakin semangat untuk menuntut ilmu tidak hanya didorong oleh hadis, tetapi juga oleh kesadaran akan pentingnya ilmu bagi kehidupan. Ilmu adalah kunci untuk membuka pintu pengetahuan dan kemajuan. 

Namun, kita harus berhati-hati dalam memilih sumber ilmu dan memastikan kebenarannya. Jangan mudah terpengaruh oleh hadis yang belum tentu sahih. Yang terpenting adalah niat kita untuk mencari ilmu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun