Harus diakui, pendidikan seks dan pengenalan mengenai kontrasepsi adalah hal yang harus dicari tahu sendiri. Tabu rasanya untuk membahas hal tersebut bersama keluarga. Membahas urusan seks justru mungkin lebih terbuka ketika bersama teman-teman sepermainan. Walau di waktu kecil melihat ibu sendiri minum pil KB sebagai salah satu alat kontrasepsi, namun penjelasan mengenai kontrasepsi tak pernah didapatkan dari keluarga sendiri.
Kembali lagi ke urusan seks dan kontrasepsi. Setelah menikah dan memiliki anak bisa jadi membuat kesadaran baru bahwa melakukan kegiatan seks (atau banyak yang bilang kegiatan ena'-ena') sejatinya harus punya tujuan yang jelas. Salah satu akibat yang mungkin terjadi ketika melakukan hubungan seks adalah kehamilan. Jadi, jika memang tujuan untuk menciptakan kehamilan bukan menjadi tujuan dari hubungan seks alias cuma pengen kegiatan ena'-ena'aja, ya tentu si kontrasepsi harus dilibatkan dalam hubungan seks tersebut.
Kontrasepsi menjadi salah satu cara dalam mengatur kehamilan yang berujung kelahiran. Banyak yang mengartikan penggunaan kontrasepsi sebagai salah satu cara untuk mencegah kehamilan.
Kontrasepsi yang umum diasumsikan sebagai salah satu alat untuk mencegah kehamilan adalah kondom. Walaupun dijual bebas bahkan di minimarket, nyatanya urusan membeli kondom adalah hal yang cukup 'mengerikan' untuk dilakukan. Kesan membeli kondom seakan ingin melakukan hubungan seks bebas terkadang membuat malu bapak-bapak yang sering dikasih tugas istri untuk membelinya.
Seperti ada kesan nakal ketika seseorang membeli kondom. Padahal ya, kalau udah nikah mah bebas atuh. Mau pakai kondom juga kan wajar-wajar aja. Itu tandanya sebelum berhubungan seks sudah ada kesepakatan dan tujuan yang jelas, yaitu tidak ingin terwujudnya kehamilan.
Adanya kondom yang menjadi alat kontrasepsi untuk pria menjadi sebuah pertanda. Sebenarnya, pengaturan kelahiran juga jadi tanggung jawab seorang pria. Selain kondom, metode kontrasepsi yang bisa dilakukan oleh pria adalah senggama terputus atau coitus interruptus, yang oleh sorang teman disebut metode cabut singkong.
Metode cabut singkong adalah sebuah cara dengan menarik keluar penis sebelum ejakulasi alias memutus hubungan seksual dan mengeluarkan sperma di luar. Metode ini jelas sangat tergantung oleh pria, walaupun di awal sudah punya perjanjian dan tujuan jelas untuk ena'-ena'. Faktor lupa dan keenakan tentu bisa menjadi sebab kegagalan metode ini. Apakah wanita bisa berpartisipasi dalam penggunaan metode ini, ya menurutku bisa saja, demi menjaga tujuan agar kehamilan tidak tercipta, salah satunya dengan mengingatkan terus menerus pasangan untuk 'buang di luar'.
Kenapa bahas kontrasepsi untuk pria dulu? Karena sebenarnya pilihan kontrasepsi untuk wanita lebih banyak dibandingkan untuk pria.
Salah satu kontrasepsi populer untuk wanita adalah IUD yang kerap digalakan pemakaiannya melalui iklan layanan masyarakat. IUD merupakan alat kecil berbentuk T yang dimasukkan ke dalam rahim dan berguna untuk mencegah pembuahan. Ada 2 jenis IUD yaitu tembaga dan hormonal. Aneka cerita tentang IUD bisa menyurutkan langkah perempuan untuk menggunakannnya, mulai dari pemasangan yang harus menghadapi 'cocor bebek dengan bentuk mengerikan', IUD bisa berubah posisi, sampai walaupun sudah pakai masih kebobolan juga.
Ada pula kontrasepsi berupa Pil KB, suntik KB, dan implan atau susuk KB. Kontrasepsi ini bagi wanita bisa dibilang cocok-cocokan. Ada wanita yang tidak mengalami perubahan hormonal setelah menggunakan kontrasepsi. Tapi ada pula yang akhirnya mengalami perubahan pada kulit wajah, tubuh, dan emosi. Lagi-lagi, cerita dengan bumbu hal mengerikan dari penggunaan kontrasepsi kadang membuat ragu para wanita untuk menggunakannya.
Beberapa teman bercerita bahwa dia beruntung mendapatkan KB alami alias bebas menstruasi karena menyusui anak secara ekslusif. Tapi buatku, walaupun judulnya alami, tetap saja ya, bisa membuat was-was. Kalau tiba-tiba ternyata momen 'KB alami' hilang dan ternyata itu menjadi momen 'masa subur' bagaimana?