Beberapa hari yang lalu, saya cukup terusik dengan sebuh gambar bertuliskan
"BOKEK, Nikah, biar ada yang nafkahin" dan "Saat wanita lelah bekerja, maka ia hanya ingin dinikahi". Miris rasanya karena tulisan seperti ini diposting oleh akun-akun tausiyah.Â
Menikah bagi saya bukanlah solusi hal-hal seperti itu. Butuh kesiapan secara lahir dan batin sebelum menikah.
Tak perlu lah dijelaskan urusan siap menikah secara lahir bagaimana. Sudah ada undang-undang yang mengatur usia yang dianjurkan menikah dan tentunya itu atas pertimbangan yang matang, termasuk kesiapan organ reproduksi.
Kali ini saya ingin bahas siap batin untuk menikah. Jangan dikira nikah itu segalanya langsung enak apa-apa berdua, langsung dinafkahi total uang suami bakal jadi milik istri.Â
Sebelum menikah, kamu harus tahu bagaimana suami memperlakukan keluarganya. Tentu tak etis kalau ia biasa memberi bagian dari gajinya pada keluarganya lalu kamu melarang. Hal ini harus masuk dalam pembahasan sebelum kamu menikah. Bahas bagaimana pengelolaan keuangan nantinya.
Jangan kira menikah langsung segalanya berdua. Kamu harus tau apakah memang nanti kamu akan tinggal berdua atau masih bersama keluarga. Siapkah kamu tinggal di pondok mertua indah? Sudahkah kamu menerima keluarganya. Kamu menikah dengan pasanganmu, tapi sebenarny kamu juga menikahi keluarganya.
Setelah menikah, kamu tentu berharap menjadi ibu. Jangan kira hamil itu mudah, tak semua ibu mengalami kemudahan saat hamil. Ada yang bisa mual hebat, tak mau makan, gatal-gatal, banyak ragamnya. Kamu juga harus tahu hal itu.Â
Kamu lelah bekerja, lalu ingin menikah saja? Sudah siapkah kamu dengan segala pekerjaan rumah. Urusan yang rasanya tak selesai-selesai, apalagi setelah kamu punya anak. Mainan yang berserakan, rumah yang berantakan, setrikaan yang menumpuk. Bisa saja kamu akan merindukan dokumen yang menumpuk.
Tahukah kamu, setelah kamu menjadi ibu, mungkin kamu butuh me-time ingin ke salon, ke bioskop, atau sekedar fokus ibadah tapi mendadak suara anak menangis terdengar dan kamu membatalkan semuanya lalu berlari ke anak. Pernahkah itu terbayang dalam pikiranmu?