Semua berubah ketika negara api menyerang, istilah ini mulai ramai terlihat di berbagai media sosial. Istilah ini terdapat dalam animasi Avatar: The Legend of Aang. Namun untuk di beberapa daerah Sumatra dan Kalimantan, negara api menyerang bukan lagi istilah dalam animasi namun istilah yang bisa dibilang memang terjadi. Bukan negara api sebenarnya, tapi kobaran api.Â
Ya, kobaran api kembali menjadi momok menakutkan di daerah ini. Kerap kali dua pulau besar di Indonesia ini mengalami kabut asap. Kabut asap bukan berasal dari bakar sampah depan rumah, bakar sate dalam jumlah ratusan, atau secara massal membuat kepiting asap yang enak. Namun, kabut asap berasal dari kebakaran hutan.
10 % dari daratan Indonesia adalah lahan gambut dan ini paling banyak berada di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Lahan gambut banyak mengandung karbon, sehingga ketika lahan gambut dikeringkan, bisa menjadi sangat mudah terbakar. Asapnya pun, bisa jadi lebih besar dari kebakaran biasa.
Selain mengupayakan pemadaman langsung mendekati titik api, pemadaman dilakukan dengan melakukan water bombing menggunakan helikopter dari udara.
Sebagai daerah yang termasuk 'langganan' kebakaran hutan dan 'hobi' kabut asap, Sumatera Selatan, tepatnya Palembang yang menjadi salah satu tuan rumah Asian Games 2018 lalu bisa menyelamatkan muka karena bisa dibilang kabut asap sama sekali tidak terasa.
Water bombing memang sudah dilakukan jauh-jauh hari sejak sebelum Asian Games. Raungan helikopter beberapa kali terdengar melewati atas rumah saya sampai anak senang sekali melihatnya. Begitu pula saat Asian Games digelar, dari Jakabaring Sport City terlihat helicopter tetap lalu lalang melintas sambal menumpahkan air dari udara.
Kala itu, seorang teman dari Pekanbaru mengirim pesan di grup, memohon doa agar Pekanbaru yang sedang dilanda kabut asap semoga tidak berlarut. Saya jadi tidak enak sendiri, karena sepertinya Palembang jadi prioritas sementara daerah lain yang 'langganan' kabut asap juga sedang tersiksa.
Kini, gelaran Asian Games telah selesai. Water bombing masih beberapa kali dilakukan jika indicator bisa diukur dari suara-suara helicopter yang lewat di atas rumah. Namun, beberapa hari terakhir, ketika malam hari, asap kerap terasa masuk ke dalam rumah.
Penasaran, saya pun mengecek Web BMKG khususnya bagian yang membahas kualitas udara, yaitu Informasi Konsentrasi Partikulat (PM10). Ternyata indicator untuk kota Palembang ada di warna kuning, alias sedang, terlebih di malam dan pagi hari. Lebih penasaran lagi, saya mencari tahu peta hotspot / titik api yang ada di Sumatra dan memang saat ini daerah Sumatra Selatan sedang mendominasi.
Kami berdoa semoga semua bisa segera teratasi, agar Indonesia tak kembali malu seperti 2015, yang mengekspor asap besar-besaran ke negeri tetangga. Semoga kualitas udara kembali normal.Â