Sinar bulat terang dari bulan purnama malam itu menembus keruhnya Sungai Belida yang semakin menghitam karena sampah-sampah di permukaan. Kerumunan ikan belida yang awalnya terlelap mulai terusik. Mereka mulai membangunkan satu sama lain. Dengan sigap, rombongan ikan karnivora nocturnal mulai berbaris rapi.
Sang pemimpin Si Raja Belida perlahan memandu mereka untuk menuju Sungai Musi. Gosip antar negara ikan yang berkembang belakangan mengusik sang pemimpin gerombolan Belida. Niat hati Si Raja Belida untuk menjadikan Ratu Gabus sebagai permasurinya gagal.
Ratu Gabus justru menertawainya karena ada laporan dari Prajurit Gabus, seekor Kasim Belida tertawan oleh manusia lalu dikutuk menjadi Belida besar yang tak bisa bergerak di pinggiran Sungai Musi.Â
Pelayan Belida ini dipaksa mengering dari kelamnya perairan Sungai Musi namun diminta meminum airnya banyak-banyak untuk dimuntahkan kembali. Tak hanya itu, ia dihukum untuk berdiri tegak tak gentar melawan sengatan matahari, derasnya hujan, dan serbuan manusia yang ingin berfoto bersamanya.
Raja Belida malu mendengarnya. Ia kembali ke sarangnya dan meminta prajurit bersiap-siap untuk mengawalnya pergi ke Sungai Musi. Sang Raja ingin membuktikan gosip itu tak benar.
***
Cukup lama gerombolan itu bergerak untuk dapat sampai di Sungai Musi. Beruntung, para nelayan malam ini tak ada yang berhasil menyerbu mereka. Solidnya barisan gerombolan Belida memang tak perlu diragukan.
Merahnya Jembatan Ampera menjadi tanda ia sudah berada di Sungai Musi. Lokasi persis si Pelayan Belida terkutuk versi Prajurit Gabus. Perlahan, sang Raja Belida mulai naik ke permukaan Sungai Musi diikuti para Prajurit Belida.
Benar saja, Belida Raksasa berkulit gelap terlihat. Prajurit Belida berbisik satu sama lain mencoba mengenali si Pelayan Belida yang dikutuk tersebut. Raja Belida terlihat kecewa. Kelihaian dan kecepatan mereka yang selama ini selalu mereka banggakan tercoreng oleh nasib si Pelayan Belida yang tertangkap dan dipaksa habis-habisan untuk bekerja tak kenal lelah.
Sang Raja Belida pun mengajak prajuritnya kembali dengan gontai ke Sungai Belida. Dalam perjalanannya, ia bertitah bahwa kini saatnya kerajaan Belida berpindah dan bersembunyi dari peradaban manusia. Ia tak ingin manusia mengambil warganya lagi. Sejak saat itu, gerombolan Belida semakin susah dicari. Ikan belida kini tinggal kenangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI