Masa anak-anak merupakan masa dimana seorang anak mulai belajar untuk tidak bergantung pada orang lain/orang terdekatnya (orang tua). Mereka mulai belajar dan dilatih untuk melakukan aktivitasnya sendiri. Misalnya makan sendiri, buang air di kamar mandi, atau mungkin mengenakan pakaian sendiri. mengajarkan dan melatih anak untuk melakukan aktivitasnya sendiri (mandiri) bukan berarti membiarkan untuk melakukan segala hal yang ia inginkan seenaknya namun tetap dalam pengawasan orang dewasa (orang tua/keluarga). Tapi, terkadang masih ada saja orang tua yang tak tega melihat anaknya kesusahan. Apa-apa dibantu, mau makan selalu disuapin, berangkat sekolah sepatu di pasangin, ehh sampai si anak SD pun kadang masih ada yang ngompolan, bahkan ketika sekolah si orang tua juga ikut nungguin sampai sekolah selesai alasannya khawatir si anak tiba-tiba nangis dan butuh sesuatu. Nah, sikap orang tua yang seperti ini nih yang perlu diubah. Apa iya sampai anak kita dewasa dan berumah tangga nanti akan selalu kita ikuti kemana pun dia pergi hanya karena kita sebagai orang tua kasihan dan gak tega lihat dia kesulitan melakukan pekerjaannya sendiri? Ngga mungkin kan ? capee keless... waktunya menikmati masa tua :-P
Namun, menjadi orang tua yang terlalu cuek terhadap anak pun rupanya tak baik. Bisa-bisa anak merasa kurang di perhatikan dan kurang memperoleh dukungan dari orang tua akibatnya si anak minder untuk melakukan hal-hal baru yang ingin mereka . Oleh karena itu, hubungan antara anak dengan orang tua adalah salah satu aspek terpenting dalam pengasuhan.
Ada beberapa jenis pengasuhan yang biasanya diterapkan oleh orang tua, antara lain :
1. Pengasuhan otoritatif. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini memberikan pengawasan yang ekstra ketat terhadap tingkah laku anaknya, namun orang tua juga bersikap responsif, menghargai pemikiran, perasaan serta mengikutsertakan anak dalam mengambil sebuah keputusan. Anak-anak prasekolah dengan orang tua otoritatif cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan pengawasan terhadap diri sendiri, mampu bergaul dengan baik terhadap teman sebayanya, memiliki kematangan psikososial, moral standar, sukses dalam belajar serta bertanggung jawab secara sosial.Â
2. Pengasuhan otoriter. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini cenderung membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Orang tua hanya memberikan batasan yang tegas tanpa memberikan peluang bagi anak untuk berpendapat. Anak dari orang tua yang otoriter cenderung merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung dengan teman sebayanya, canggng menyesuaikan diri dan memiliki prestasi yang lebih rendah dibandingkan anak-anak yang lain.
3. Pengasuhan permisif. Gaya pengasuhan ini ada dua bentuk yaitu permisif-indulgent dan permisif-indifferent. Orang tua dengan pengasuhan permisif-indulgent biasanya sangat terlibat dalam kehidupan si anak, tetapi menetapkan sedikit batas dan kendali terhadap mereka. Karena orang tua cenderung membiarkan anak melakukan apapun yang mereka ingin akibatnya anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya dan ingin semua permintaannya selalu dturuti. Berbeda dengan gaya pengasuhan permisif-indulgent, orang tua yang menggunakan gaya pengasuhan permisif-indifferent biasanya sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak akan cenderung kurang percaya diri, memiliki pengendalian diri yang buruk dan harga diri yang rendah.
Dari beberapa macam gaya pengasuhan diatas, menurut saya pengasuhan otoritatif merupakan pengasuhan yang ideal diberikan pada anak karena lebih banyak memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan anak dalam berbagai aspek (psikososial, kognitif, dll).
Sumber : Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H