Dalam psikologi banyak sekali kajian-kajian keilmuan yang dapat dipelajari. Salah satunya adalah Biopsikologi. Dalam Biopsikologi terdapat psikofarmakologi yang merupakan salah satu dari lima kajian dalam biopsikologi. Jadi dalam biopsikologi sendiri memiliki lima kajian antara lain Psikologi Faal merupakan kajian yang membahas mengenai sistem saraf melalui pembedahan, pelistrikan, dan cara kimiawi dalam setting eksperimental, subjek yang digunakan untuk diteliti biasanya adalah hewan. Kajian kedua, Psikofarmakologi merupakan kajian yang mempelajari mengenai efek obat-obatan pada perilaku manusia dan bagaimana serta dimana efek obat-obatan tersebut bekerja. Kajian ketiga dalam biopsikologi yaitu neuropsikologi merupakan kajian tentang ‘behavior deficits’ yang diakibatkan oleh kerusakan otak manusia. Kajian keempat yakni psikofisiologi merupakan kajian non-eksperimental dan tidak selalu membahas hewan. Kajian bipsikologi yang terakhir yakni Psikologi Komparatif merupakan bidang kajian yang mempelajari perbandingan fungsi dan struktur otak pada manusia dewasa, anak-anak bahkan terkadang juga mempelajari tentang hewan tingkat tinggi hingga tingkat rendah.
Namun kali ini yang akan saya ulas yaitu mengenai psikofarmakologi. Ruang lingkup dalam mempelajari psikofarmakologi ini yaitu :
•Mempelajari obat-obat khusus yang dinamakan obat-obat psikotropik.
•Mempelajari efek obat pada perilaku manusia.
•Bagaimana proses obat-obatan tersebut berlangsung sehingga memunculkan persepsi dan tingkah laku dan dimana obat-obatan tersebut bekerja.
Sebelum mempelajari bagaimana obat-obatan tersebut bekerja kita perlu mengetahui terlebih dahulu struktur paling dasar dalam sistem saraf yang merupakan tempat dimana obat-obatan tersebut bekerja.
Gambar diatas merupakan struktur paling dasar dalam sistem saraf yang disebut dengan neuron. Fungsi-fungsi psikis seperti sensasi, persepsi dsb terjadi karena hubungan antar neuron. Neuron awal akan menghantarkan listrik yang kemudian disusul dengan peristiwa kimiawi pada synaps, yakni hubungan antara neuron satu dengan yang lain. Selanjutnya peristiwa kimiawi tadi diubah lagi menjadi hantaran listrik oleh neuron berikutnya hingga menjadi persepsi dan perilaku. Nah, obat-obatan itu sendiri bekerjanya pada tingkat synaps. Dapat kita lihat pada gambar di tingkat synaps diatas bahwa saat tingkat synap terjadi awalnya molekul neurotransmitter yang dibungkus dengan semacam gelembung-gelembung yang disebut dengan bouton dimana letak bouton ini ada pada ujung akson penyalur rangsang. Jika neurotransmitter sudah keluar dari ujung akson penyalur rangsang maka akson penerima rangsang akan segera menerima menerima molekul neurotransmitter dan kemudian neurotransmitter tadi akan bergabung juga dengan neuron-neuron reseptor khusus yang ada pada daerah penerima rangsang.
Molekul neurotransmitter disintesis dan diproduksi dari molekul yang lebih sederhana yang kita konsumsi sebelumnya seperti zat-zat yang ada pada nasi, lauk pauk yang kita makan, bahkan zat-zat atau kandungan yang ada pada obat yang kita konsumsi pun akan tersintesis dalam pembuatan neurotransmitter, nah disinilah obat-obatan tersebut akan bereaksi dan mempengaruhi kerja neurotransmitter sehingga timbul persepsi dan perilaku.
Perbedaan obat psikotropika dengan obat narkotika, yakni :
Psikotropika
Narkotika
Efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (dalam Slamet & Markam, 2008)
Efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesabaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri (dalam Slamet & Markam, 2008)
Digunakan untuk terapigangguan psikiatrik (dalam Slamet & Markam, 2008)
Digunakan untuk analgesik (anti rasa sakit), antitusif (mengurangi batuk), antipasmodik (mengurangi rasa mulas atau mual, dan pramedikasi anestesi dalam praktek kedokteran (dalam Slamet & Markam, 2008)
Efek Samping Obat Psikotropika :
•Terjadinya hipotensi ortostatik, yakni tekanan darah turun ketika seorang dalam posisi berdiri.
•Gejala neurologik, seperti tremor (gemetar), parkinsonisme (gejala penyakit parkinson, yakni langkah kecil-kecil, posisi badan kaku), dyskinesia (gangguan pengendalian gerakan antara lain pada gerakan mata, lidah sering keluar tidak terkendali), dan sukar menelan.
•Gangguan autonomik, vegetatif atau hormonal, seperti mengantuk ; lelah; mulut kering; tachycardia (detak jantung menjadi cepat); sukar kencing; konstipasi (sukar buang air besar); gangguan menstruasi; perasaan mabuk; penurunan potensi seks.
•Gejala psikiatrik seperti menjadi hipomanik (gembira berlebihan) atau terlihatnya sindroma otak organik akut.
•Efek lainnya yaitu alergi, berat badan naik, dan ikterus (badan menjadi kuning).
Sumber:
Slamet I.S., Suprapti & Markam, Sumarmo. (2008). Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H