Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kehhidupan manusia. Setiap manusia memerlukan pendidika untuk bertahan hidup. Di Indonesia terdapat istilah program wajib belajar untuk setiap warga negara yang dilaksanakan selama 12 tahun. Dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Program ini ditujukan agar setiap warga negara setidaknya menamatkan pendidikan menengah atas (SMA/SMK/Sederajat) untuk menjaga keberlangsungan hidup. Tidak hanya pendidikan dasar dan menengah, saat ini jutaan orang berbondong-bondong menggapai penddidikan tinggi dengan dalih mendapat pekerjaan yang lebih layak. Tidak seperti di era sebelumnya dimana pendiddikan tinggi  hanya dapat dirasakan sebagian kecil orang, sekarang banyak masyarakat indonesia yang menyelesaikan pendidikan tinggi mereka. Namun, pada kenyataannya lulusan sarjana masih banyak yang menganggur. Hal ini menimbulkan pertanyaan apa penyebab utamanya dan mengapa ini bisa terjadi.
Mengambil  data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tentang tingkat pengangguran terbuka di Indonesia masih banyak lulusan perguruan tinggi bergelar sarjana yang belum mendapat pekerjaan. Tingkat persentase terbesar pada lima tahun terakhir pada saat 2020 sebanyak 7,35% kemudian terus menurun hingga 4,80% di 2022. Namun persentae meningkat kembali menjadi 5,18% di 2023. Hal ini harus segera diatasi dengan mengetahui penyebab kenapa banyak orang bergelar sarjana masih ada yang menganggur serta solusi yang bisa dilakukan agar mengurangi tingkat pengangguran.
Fenomena banyaknya sarjana yang menganggur disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, Hal yang mungkin bisa di waspadai antara lain sebagai berikut:
1. Ketidaksesuaian Bidang Ilmu dengan Kemampuan Individu
Salah satu penyebab utama kesulitan dalam memperoleh pekerjaan adalah ketidaksesuaian antara bidang studi yang dipilih dengan kemampuan atau minat individu. Banyak mahasiswa yang merasa bahwa mereka terjebak dalam jurusan yang tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kondisi ini mempengaruhi motivasi dan kinerja akademik mahasiswa, yang pada akhirnya dapat mempersulit mereka dalam memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, pemilihan jurusan yang sesuai dengan bakat dan minat individu sangat krusial untuk memastikan keberhasilan dalam menempuh pendidikan dan memperoleh pekerjaan yang relevan setelah lulus.
2. Â Tidak Punya Tujuan Selama Berkuliah
Pendidikan tinggi seharusnya tidak hanya dimaknai sebagai pencapaian gelar akademik, melainkan juga sebagai upaya pengembangan kompetensi intelektual dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam dunia profesional. Tanpa adanya tujuan yang jelas dalam proses perkuliahan, mahasiswa cenderung kehilangan arah dalam pengembangan diri. Kurangnya orientasi tujuan ini dapat menghambat proses pemahaman ilmu secara mendalam dan penerapan keterampilan praktis yang dibutuhkan di pasar kerja. Sebagai dampaknya, banyak lulusan yang kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan harapan dan keahlian mereka.
3. Keterbatasan Kemampuan Berwirausaha
Selain bekerja di perusahaan, kewirausahaan menjadi alternatif yang semakin relevan dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru. Kemampuan berwirausaha merupakan faktor kunci yang perlu dikembangkan dalam menghadapi perubahan dinamis di pasar tenaga kerja. Sayangnya, banyak lulusan perguruan tinggi yang kurang memanfaatkan peluang kewirausahaan, meskipun hal ini dapat membuka jalan karir yang lebih luas. Pengembangan keterampilan kewirausahaan, seperti inovasi, manajemen, dan pemecahan masalah, menjadi penting untuk memperluas pilihan karier dan menciptakan peluang kerja yang lebih banyak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
4. Â Tingkat Persaingan yang Tinggi dan Ketidakseimbangan dalam Serapan Tenaga Kerja
Jumlah lulusan perguruan tinggi yang terus meningkat dari tahun ke tahun seringkali tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin ketat di pasar kerja. Lulusan yang tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, baik keterampilan teknis maupun soft skills, akan kesulitan untuk bersaing dengan para pencari kerja lainnya. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja serta peningkatan kemampuan interpersonal dan komunikasi menjadi faktor penting dalam memperbesar peluang lulusan untuk diterima di dunia kerja.
Masalah pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi memang menjadi tantangan yang memerlukan perhatian serius. Untuk mengatasi masalah ini, mahasiswa perlu mengimplementasikan beberapa solusi strategis yang dapat memperbesar peluang mereka dalam memasuki dunia kerja. Dengan begitu ada beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan dari sekarang untuk pengurangan tingkat pengangguran di masa mendatang, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan Kemampuan Diri
Pengembangan kemampuan diri adalah langkah pertama yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Kemampuan akademik saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan di pasar kerja yang semakin kompetitif. Oleh karena itu, mahasiswa perlu terus mengasah keterampilan teknis yang relevan dengan bidang studi mereka, seperti pemrograman untuk jurusan teknik informatika, desain grafis untuk jurusan seni atau komunikasi, atau keterampilan laboratorium untuk jurusan sains.
 Selain itu, pengembangan soft skills (keterampilan interpersonal) seperti komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, dan keterampilan bekerja dalam tim juga sangat penting. Keterampilan-keterampilan ini dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan, seperti pelatihan, magang, atau aktivitas ekstrakurikuler yang relevan. Penguasaan berbagai keterampilan ini akan meningkatkan daya saing mahasiswa di dunia kerja.
2. Meningkatkan Relasi (Networking)
Membangun jaringan profesional (networking) merupakan aspek yang sangat penting dalam dunia karier. Jaringan yang luas dapat membuka peluang kerja, informasi tentang lowongan pekerjaan, dan bahkan kolaborasi dalam proyek-proyek tertentu. Mahasiswa perlu aktif membangun relasi dengan dosen, alumni, teman sejawat, serta praktisi atau profesional di bidang yang diminati.
 Berpartisipasi dalam acara seminar, konferensi, dan kegiatan lain yang melibatkan praktisi industri dapat memperluas jaringan dan memperkenalkan mahasiswa pada berbagai peluang yang tidak selalu diumumkan secara publik. Platform profesional seperti LinkedIn juga sangat membantu dalam memperluas relasi, sehingga mahasiswa dapat membangun profil profesional yang menarik bagi calon pemberi kerja.
3. Membangun Kewirausahaan
Salah satu solusi untuk mengatasi pengangguran adalah dengan membangun usaha sendiri. Mahasiswa perlu dilatih untuk memiliki pola pikir kewirausahaan, di mana mereka tidak hanya menunggu lowongan pekerjaan, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
 Mahasiswa yang tertarik untuk berwirausaha dapat memulai dengan ide bisnis kecil-kecilan yang relevan dengan minat dan keterampilan mereka, seperti menjual produk atau jasa online, membuka usaha makanan atau minuman, atau memulai bisnis di bidang teknologi. Pengembangan kewirausahaan tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian, karena menciptakan peluang pekerjaan baru dan mengurangi ketergantungan pada perusahaan besar. Universitas juga sering kali menyediakan program inkubator bisnis atau pelatihan kewirausahaan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih dalam mengenai dunia usaha.