Mohon tunggu...
Asep Nahrul
Asep Nahrul Mohon Tunggu... -

Santri Salapp berpeci miring masuk kampus sambil make sarung ...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Kebajikan dan Kejahatan/ Baik dan Buruk Perspektif Spinoza

19 Februari 2014   06:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terjemah Bebas dari ‘What Good and Evil are’ in “Short Treatise on God, Man, and His Well-Being” by Spinoza

Untuk memberikan penjelasan singkat tentang apa yang dimaksud dengan kebaikan dan kejahatan, kita harus memulai dari point ini: Sebagian sesuatu itu ada yang hanya terancang dalam pemahaman kita saja dan tidak pada fakta alamiahnya, di samping ia juga merupakan sekedar daya cipta kita belaka. Tujuan dari semua itu dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu secara berbeda. Di antara jaringan tersebut, kita menyertakan semua relasi yang memiliki referensi/basis kepada sesuatu yang berbeda. Ini kita sebut dengan ‘entia rationis’ (things of reason).

Sekarang pertanyaannya adalah apakah kebajikan dan kejahatan merupakan bagian dari ‘entia rationis’ atau ‘entia realia’ (real things) ?. Ketika kebajikan dan kejahatan hanya merupakan sebatas “relasi”, maka tak syak lagi, ia harus ditempatkan dalam ‘entia rationis’. Kita tidak bisa mengatakan sesuatu itu ‘baik’ kecuali dengan referensi dari sesuatu lainnya yang ‘tidak baik’ atau sesuatu ‘yang tidak terlalu berguna’ bagi kita sebagaimana beberapa hal lainnya.

Kita mengatakan seseorang itu buruk hanya dalam konteks komparasi dengan orang lain yang lebih baik darinya. Sama juga dengan mengatakan bahwa sebuah apel itu jelek, dalam komparasi dengan apel lain yang lebih bagus. Semua ini tidak mungkin dikatakan jika sesuatu yang lebih baik – dalam komparasi dengan apa yang disebut  jelek –  itu tidak ada.

Dengan demikian, ketika kita mengatakan bahwa sesuatu itu ‘baik’, kita hanya bermaksud bahwa sesuatu itu cocok dengan ide-ide umum yang kita miliki tentang sesuatu itu. Namun, sebagaimana kita jelaskan sebelumnya, sesuatu itu mesti memufakati ide partikularnya – di mana esensi harus menjadi sempurna – dan tidak (mesti bermufakat) dengan ide generalnya, karena dalam kasus ini ia tidak akan ada.

Untuk mengkonfirmasi apa yang baru saja diutarakan, kami akan menambahkan lagi pembuktian lainnya: Segala sesuatu yang berada dalam fakta alamiah (nature), itu bisa berupa ‘benda-benda’ (things) dan aksi (action). Kebajikan dan kejahatan bukan merupakan ‘benda’ maupun ‘aksi’, dengan demikian ia tidak ada dalam fakta alamiah.

Selanjutnya, jika kebajikan dan kejahatan adalah berupa ‘benda’ atau ‘aksi’, maka mereka harus memiliki definisi masing-masing. Tapi kebajikan dan kejahatan (contohnya seperti kebajikan Peter [goodness of Peter] dan kejahatan Judas [wickedness of Judas] ) tidak memiliki definisi terlepas esensi Judas dan Peter, karena ia sendiri eksis dalam fakta alamiah dan mereka tidak dapat didefinisikan tanpa adanya esensi mereka.Dengan demikian, kebajikan dan kejahatan bukan merupakan ‘benda’ atau ‘aksi’ yang ada dalam fakta alamiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun