Mohon tunggu...
Ainizen
Ainizen Mohon Tunggu... Lainnya - Masyarakat biasa

Fine & good

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Beragama dengan Logika atau Berlogika dengan Agama: Dua-duanya Penting

9 November 2020   23:26 Diperbarui: 10 November 2020   06:20 2002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

AGAMA adalah pedoman perilaku bagi umat manusia agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang tidak baik. Agama, ketika tertulis dalam bahasa aslinya, merupakan agama murni. Namun terjemahan dan tafsirnya, bisa berubah dari waktu ke waktu. Sebab, terjemah atau tafsir dilakukan oleh manusia. Karena manusia penerjemah dan penafsir kemampuannya tidak setingkat nabi, bisa saja terjemah dan tafsirnya menjadi keliru atau lebih buruknya lagi sengaja dikelirukan dengan tujuan tertentu. dan dalam perjalanan sejarah mejadi banyak ragam agama.
Walaupun agama merupakan pedoman berperilaku baik dan menghindarkan perilaku buruk, namun faktanya banyak umat beragama yang berperilaku buruk, baik dalam bentuk pikiran, tulisan, ucapan maupun tindakan. Agama menjadi terlihat salah karena perilaku pemeluknya yang sudah keluar dari rel atau malah menambah rel sendiri.
Bahasa asli kitab suci tidak mungkin salah . Namun bahasa terjemah bisa saja salah. karena kualitas terjemah tergantung kualitas sipenerjemah. Tergantung kualitas wawasan berpikir (IQ), pengalaman hidup, kemampuan menerjemahkan penguasaan bahasa,kemampuan berlogika dan kepentingan prioritas. maka dari itu terjemahan semua agama masih bisa memiliki kemungkinan potensi yang salah.
Munculnya sikap sok suci. Suka membanggakan gelar agamis, merasa dari turunan terbaik dalam beragama dan merasa ilmunya lebih banyak dalam agama adalah keburukan berikutnya selain kemungkinan salah menterjmahkan kitab suci, karena memiliki sikap ini menyebabkan kebenaran sejati sulit sekali untuk memasuki diri.
Akibat dari sok suci berlanjut menjadi Tidak mau menerima pendapat yg benar dari orang lain ,cara berpikirnya banyak yang sempit seperti katak dalam rempurung. jika diberitahu caranya berpikir salah, ucapannya salah dan perbuatannya salah, seringkali mereka langsung membantah tanpah mencerna terlebih dulu. Bahkan secara langsung tidak mau menerima pendapat orang lain yang benar. Semua pendapat yang menghujam dan tidak sesuai dengan pendapatnya dianggap salah.
Akibat berantai selanjutanya adalah perilaku buruk sebagian umat beragama adalah tidak mau mengakui kesalahan. kalau dikoreksi, langsung reaktif membela diri. Langsung melakukan pembenaran-pembenaran (justifikasi).
Seorang agamawan baik itu pengajaran dalam agama Islam, Kristen, Hindu-Budha dan lain sebagainya adalah seseorang yang harus kita hormati akan tetapi dalam belajar agama menganggap semua ucapan guru agama benar, lebih benar, paling benar dan selalu benar itu sangat disayangkan, coba kita renungkan secara harfiah mereka juga seorang manusia tempatnya benar dan salah serta mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam dirinya. celakanya adalah. hampir sebagian metode pengajaran agama apapun di dunia ini adalah metode dogmatis. Terima saja saja dan anggap saja itu benar. jangan dirasionalkan dan dilogikakan. Sehingga akibatnya apa yang dikatakan guru agamanya adalah benar, pasti benar, lebih benar, paling benar dan bahkan selalu benar hingga hari kiamat.
Sebagian ajaran dari yg mengajarakan agama yang salah adalah agama tidak bisa dilogikakan. Bukankah agama merupakan pedoman perilaku yang benar dan perilaku yang salah. Bukankah baik dan buruk intinya adalah norma? Bukankah benar dan salah dasarnya ada pada ilmu logika?
Logika manusia kebenarannya berdasarkan fakta,realita dan etika. Logika alam kebenarannya berdasarkan hukum sebab akibat. Sedangkan logika Tuhan tingkat kebenarannya hanya diketahui oleh Tuhan.
Belajar ilmu agama tanpa belajar ilmu logika secara sempurna hanya akan menghasilkan umat beragama yang tidak mampu bernalar secara benar dan Cenderung selalu menyalahkan pendapat orang lain.
Logika hanyalah alat untuk mengidentifikasi ajaran agama yang palsu, agama yang seakan benar padahal isinya salah.Hukum Logika dan Hukum Agama adalah sama-sama Hukum. Tidak dikatakan yang satu di atas yang lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun