Mohon tunggu...
Ainiyah Al Fath
Ainiyah Al Fath Mohon Tunggu... -

seorang biasa yang ingin belajar menulis, meskipun bagiku ketika menulis itu antara percaya diri dan malu_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Status Hidup

27 Desember 2013   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin kita sudah tau semuanya bahwa sering kali kita menemukan karena perbedaan setatus dua insane yang saling mencintai tidak bisa bersatu, karena anggapan bagi orang tua yang kaya anaknya tidak akan bisa bahagia. Hingga pertanyaan pun timbul dari orang tua. Mau dikasih makan apa anakku bila nikah bersamamu nanti?, pertanyaan Ini enteng sebenarnya jawabannya ya pastinya dikasih makan nasi kan! Mau dikasih makan dedak.??

Tapi biasanya kalau cewek yang mengutamakan mateni atau biasa disebut cewek Matre, mempunyai semboyan yang sangat kental “ Ada uang abang disayang, gak adauang abang ku tending” wau keren banget kan semboyan itu. Yang perlu kita acungi jempol adalah orang jawa timu mengenai hal ini, mereka kalau mau meneruskan jenjang pernikahan biaya hidup selaljutnya dipikirkan belakangan, toh Rizki sudah ada yang mengaturkan, dari pada kaya tapi hatinya selalu merasa was –was akan kekayaannya sehingga merasa lebih miskin dari pada orang miskin.

Memang zaman sekarang segala sesuatu banyak yang bisa dibeli dengan uang, tapi bila kita benar- benar cinta kepada seseorang maka uang bukanlah segalanya tapi kejujuran, kasih sayang, dan saling pengertianlah berbicara, harta kekayaan sebagai kebutuhan yang tidak termasuk dalam cinta, bila kita mencintai seseorang maka janganlah kita mencintai dia setelah perubahannya, karena bila itu terjadi maka itu adalah perjanjian bukan cinta, sayang tidak ada perjanjian dalam cinta. Kekayaan setatus seseorang tidak akan abadi pasti suatu saat nanti akan ada masa jaya dan masa suramnya.

Terinspirasi dari Cerita Seorang Teman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun