Kehilangan sosok ibu adalah hal paling sedih dalam hidup seorang anak. Tidak ada yang siap dengan perpisahannya. Bahkan anak-anak yang merantau jauh dari rumah akan hampa hari-harinya tanpa ada sosok ibu yang mengisi.Â
Cerewetnya ibu yang mengganggu telinga namun selalu kita rindukan bila tak ada. Masakan ibu yang enak yang selalu tersaji di atas meja tak lagi ada ketika kita jauh darinya. Sosok ibu mungkin paling menyebalkan namun juga paling kita butuhkan. Lalu bagaimana jika perginya sosok ibu tak lagi kita temukan pulangnya?
Seorang penulis bernama Boy Candra dalam karya bukunya berjudul "Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini" membuat pembacanya tersendu-sendu pada setiap kalimatnya.Â
Penulis kelahiran 21 November 1989 di Parit, sebuah desa kecil di Malalak, kabupaten Agam, Sumatra Barat ini tentu sudah tak asing di telinga kalangan anak muda yang gemar membaca buku novel.
Sebelumnya Boy Candra telah menulis banyak buku yang laris di pasaran bahkan menjadi bestseller. Seperti 'Tulus Untuk Orang Yang Salah','Seperti HujanYang Jatuh ke Bumi', 'Malik dan Elsa', dan masih banyak lainnya.Â
Kebanyakan buku yang Boy Candra tulis bergenre romance yang membuat pembacanya berbunga-bunga atau bahkan patah hati. Namun kali ini, Boy Candra menulis sebuah buku yang menggambarkan parihal kehilangan yang membuat hidup seseorang terasa sangat sunyi, berantakan dan penuh ketakuan. Yang menciptakan rindu namun tak ada tempat untuk melepaskan rindu. Â
Buku bersampul hijau dengan jumlah halaman 136 ini sangat menarik untuk dibaca. Terdapat beberapa ilustrasi gambar yang akan membuat pembacanya semakin tenggelam dalam kisahnya.Â
Di dalamnya juga ada puisi-puisi yang menggambarkan perasaan tokoh. Pemilihan kosa kata yang tidak rumit membuat cerita mudah untuk dipahami namun sangat mengena pada hati pembacanya. Atau pada istilah jaman sekarang bikin baper.
Buku ini banyak disukai di kalangan remaja. Terutama mereka yang tinggal jauh dari sosok ibu dan mereka yang masih terbelenggu dengan masalalu. Buku ini menggambarkan sosok anak laki-laki yang setiap hari berkelahi dengan isi pikirannya sendiri.Â
Perihal ketakutannya dalam menjalani hidup sendiri, perihal ketakutan tentang bagaimana jika dia tidak bisa menjadi sosok hebat seperti keinginan ibu di masa depan, dan perihal ketakutan-ketakutan lainnya yang selalu mengganggu pikirannya dan membuatnya cemas. Â Hal ini seperti tak langka lagi di kehidupan sehari-hari. Banyak sekali cerita yang relate dengan isi buku ini. Mungkinkah anda salah satunya?