Shodiq yang memiliki nama lengkap Shodiq Abdullah saat ini  menjadi Ketua Umum Yayasan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (Yaptinu) Jepara yang menaungi Perguruan Tinggi Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara menggantikan Ketua Umum sebelumnya KH. Ali Irfan.  Ia lahir di pati, 05 Desember 1968. Merupakan anak ke-3 dari pasangan H. Abdullah dan HJ. Suparmi.
Shodiq menempuh pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di kota kelahirannya Pati kemudian melanjutkan di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Kudus sekaligus nyantri. Berbekal predikat lulusan terbaik, ia melanjutkan studi S1 di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang saat ini menjadi UIN Walisongo melalui jalur PMDK (jalur tanpa tes). Kembali menjadi lulusan terbaik di tahun 1993, membuat Shodiq diberi kesempatan untuk mengabdi di almamaternya sebagai dosen meskipun baru lulusan Sarjana. Program Pasca sarjana ia tempuh di IAIN Medan Sumatera Utara berkat beasiswa sambil tetap menjadi dosen, hingga gelar doktornya di raih di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tahun 2014.
Keseharian pria berhobi travelling ini selain ngantor di yaptinu adalah sebagai dosen negeri di UIN Walisongo Semarang. Selain sebagai dosen, ia juga sempat menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan Fakultas Tarbiyah UIN Walisongo Semarang, kemudian menjadi anggota Senat Fakultas Tarbiyah dan juga anggota Senat Universitas. Kesibukan yang lain adalah sejak tahun 2007 menjadi Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) baik asesor Program Studi (PS) maupun institusi atau APT BAN PT, ditahun 2016 beliau juga menjadi asesor BAN-SM (Badan Akreditasi Nasional sekolah/madrasah). Adapun karir awal di Unisnu yang waktu itu masih bernama Inisnu beliau sempat menjadi dosen bantu di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan hingga kemudian menjadi salahsatu penggagas berdirinya Program Studi Pascasarjana dan menjadi dosen di Unisnu.
Meskipun memiliki karir yang cukup cemerlang, Shodiq lahir di keluarga sederhana. Ayahnya sebagai petani dengan lima orang anak, hanya mampu memberinya uang saku seadanya. Sehingga ia harus terbiasa hidup prihatin dengan rutin berpuasa Senin kamis untuk berhemat. Tatkala menjadi mahasiswa semester akhir, shodiq mulai menjadi guru privat hingga mengisi pengajian jamaah ibu-ibu dan khutbah dari masjid ke masjid dari masjid di komplek perumahan hingga masjid di pabrik-pabrik untuk menambah biaya hidup, rutinitas ini beliau lakukan sampai menjadi pengawai baru. Prinsip yang selalu di pegangnya, asal mau berusaha pasti ada jalan keluar, baca peluang yang ada sesuai dengan potensi masing-masing.
Menjabat sebagai ketua yayasan tanpa gaji, tak menyurutkan langkah shodiq bersama penggurus untuk membawa Unisnu menjadi perguruan tinggi Islam swasta yang unggul berdiri sejajar dengan perguruan tinggi yang sudah maju. Kesibukannya sebagai tim asesor BAN-PT melalangbuana ke perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia menjadi keuntungan tersendiri. Di samping menilai, Shodiq juga menimba ilmu dari perguruan tinggi tersebut apabila terdapat  hal-hal yang baik diamati dan coba di terapkan di Unisnu.
Menurut ayah tiga orang anak ini, kunci kesuksesan yang diraihnya selain berkat ikhtiyar yang di lakukan juga tak terlepas dari doa restu dari kedua orang tuanya. Baginya doa orang tua adalah do'a paling mustajab, Ridhollah fi Ridho walidain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H