Mohon tunggu...
nuraini khumaeroh
nuraini khumaeroh Mohon Tunggu... -

masih menjadi mahasiswi angkatan 2012 di UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bisa Diluruskan dengan Psikologi

29 November 2013   08:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sudut kota yang dibilang terpencil oleh kebanyakan orang, bahkan peta dunia pun sudah membuktikannya. Hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari cukup banyak anggota keluarga yaitu orang tua, satu ayah dan satu ibu, dan memiliki dua orang putri, dan satu orang putra. Ayahnya bernama bapak Reza yang sudah memasuki tahap perkembangan dewasa tengah dan ibunya bernama ibu Sutimin yangtahap masa perkembangannya pun sama seperti suaminya karena mereka dipertemukan pertama kali oleh yang Kuasa dalam satu kelas di bangku sekolah menengah. Cerita itu yang sering kali mereka ceritakan kepada anak-anaknya. Putrinya yang pertama yang bernama Ami sedang duduk di bangku kuliah dia mengambil juruan komunikasi, dan selama kurang lebih tiga tahun terakhir initidak lagi tinggal dirumah karena tempat kuliah yang ia pilih jauh dari rumah. Akan tetapi akhir-akhir ini Ia sudah memasuki semester terakhir yang memilki banyak waktunya untuk tinggal di rumah. Sedangkan putri keduanya bernama Ani pun sama sedang duduk di bangku kuliah jurisan psikologi, ia pun memilih tempat kuliah yang lebih jauh dari pada kakanya yang memungkinkan ia tidak lagi tinggal di rumah. Ani baru saja memasuki semester tiga berbeda jauh dengan adik laki-lakinya yang masih berada di sekolah dasar kelas 2 SMP bernama fahmi.

Di dalam rumahnya hanya tinggal tiga anggota keluarga saja ayah ibu dan anak laki-lakinya Fahmi, ibunya sangat menanti-nanti waktu liburan karena hanya waktuitu anak-anak peremuannya dapat pulang ke rumah dan berkumpul bersama kembali. Liburan akhir semester genap pun tiba dan akhirnya rumah itu ramai kembali di huni oleh kaum hawa. Keluarga ini menjaga keharmonisan keluarga dengan cara selalu makan bersama, menonton TV bersama agar tetap terjaganya komunikasi antara anggota keluarga.

Di setiap sela perbincangan mereka kedua orang tuannya selalu saja menceritakan kenangan-kenangan yang terjadi ketika masa mudanya seperti bagaimana kisah cinta pertama mereka, awal dalam mereka dapat menghasilkan uang sendiri, dan banyak lainnya. Fahmi yang masih terlalu polos untuk memikirkan soal seperti itu yang berbeda dengan kakanya yang berfikir agar menjadi pembelajaran pengalaman dari orang tuanya, dengan lantangnnya Ia bersuara “ Ayah, ibu kenapa kalian selalu cerita yang aku tidak dapat memahaminya, kenapa kalian tidak bercerita kapan membeli TV ini atau semua mainan-mainan adek?” orang tua yang juga bingung untuk menjawab pertanyaan Fahmi. Dan kaka sulungnnya pun sama dengan orang tuanya hanya dapat terdiam berbeda dengan anaknya yang kedua menjawab pertanyaan adiknya dengan cara menghubungkannya dengan teori psikologi yang ia pelajari dalam bangku kuliah, bahwa Ani menveritakan tentang penelitian David Rubin dari Universitas Duke menemukan bahwa orang mengingat beberapa periode dalam kehidupannya lebih baik dari pada periode lain, dan bagi sebagian besar orang, proses mengingat masa lalu sangatlah mirip. Rubin (1987, 2000 Rubin, Wetzler, & Nebes, 1986) menemukan, misalnya bahwa orang yang mencapai usia paruh baya (50 tahun keatas) cenderung mengingat episode dari masa mudanya hingga masa dewasanya dari pada tahun-tahun yang baru saja terlewati. Dengan kata-kata yang berbeda Ia ceritakan dengan jelas kepada kedua orangtuanya dan dua saudaranya. Hingga mereka semua bernada ”ooouuuuuuuuuu...... begitu” jadi ga salah yaa anak ayah masuk psikologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun