Hari raya Idul Fitri atau disebut juga hari lebaran  kurang afdol jika tidak ada halal bihalal. Halal bihalal merupakan tradisi yang berkembang di Indonesia di mana setiap orang akan melakukan kegiatan silaturahmi dengan keluarga dan kunjung mengunjungi tetangga atau handai taulan. Kata halal bihalal seakan-akan seperti kata serapan dari bahasa Arab namun sebagaimana dilansir dalam Kemenko.pmk. go.id.
Arti  halal bihalal menurut KBBI  adalah hal maaf memaafkan. Setelah melaksanakan ibadah puasa sebulan  penuh, kita menuju puncak kemenangan yakni dengan merayakan hari raya Idul Fitri.  Dalam arti puasa yang telah dilakukan  membuat diri menjadi suci bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagai  refleksi dari penyucian diri, tidak ada salahnya tradisi halal bi halal dipelihara, karena didalamnya mengandung unsur silaturahmi dan Ukhuwah.Â
Halal bihalal yang identik dengan kunjung mengunjungi  menjadi Khazanah kekayaan bangsa. Hal tersebut menunjukkan adanya tali asih peduli antara sesama.  Acara halal bihalal tidak lengkap jika tidak ada suguhan makanan dan kue lebaran. Tradisi halal bihalal pun memakan waktu berhari-hari bahkan di Jawa Timur pada hari ketujuh diramaikan lagi dengan istilah kupatan.
Biasanya kegiatan kunjung mengunjungi  dilakukan secara berkelompok, misalnya  satu keluarga, suami istri, rombongan muda-mudi atau  jika anak pelajar bersama kawan-kawannya ingin mengunjungi guru mereka. Kegiatan rame-rame itulah yang menjadikan Semarak perayaan lebaran.Â
Momen lucu di saat melakukan halal bihalal
Jika berbicara halal bihalal, saya teringat  waktu masih sekolah.  Kami berombongan  bersama 6 orang yang merupakan saudara sepupu. Setelah bermaaf-maafan dengan orang tua dan keluarga yang ada di rumah, kami berkewajiban untuk silaturahmi dengan keluarga  yang agak jauh seperti kakek, nenek, paman, bibi  dan lain-lain yang merupakan keluarga besar. Tanpa lelah walaupun saat itu  menggunakan kendaraan sepeda ontel tidak mengurangi semangat melakukan kunjungan kepada keluarga dan handai taulan.Â
Tibalah sampai di rumah kerabat yang merupakan saudara nenek yang bernama Mbak Sarah. *Assalamu`alaikum" Begitu saya mengucapkan salam, Â Nenek Sarah menyambut kami dan mempersilahkan duduk. Maklum nenek sudah sepuh, jadi agak pelupa. Hanya saja beliau suka bila di ajak becanda.Â
Rumahmu dimana nak? Tanya Nenek Sarah . "Rumah kami  gak kubawa, Mbah!"  Celetuk adikku tanpa merasa bersalah." Kami bukan siput! Sahutnya lagi.  "Kok gak naik mobil?" Tanya keponakan  dari Mbah Sarah, Kita namanya,  dia kakak kelasku di smp. "waduh, Kak, tadi sebenarnya mau naik jet pribadi, tapi turun dimana ya." Sambung  adikku.  " Ayo dibuka toplesnya pilih makanan yang di suka," Sahut Tante Mery. "Inggih Tante." Jawab kami.Â
Segera kubuka toples bertuliskan biscuit, ee adalah isinya kue matahari.. Opo tumon ?? Ku cuba lagi yang bergambar keluarga bule, eealah isinya rengginang. Alhamdulillah memang ini yang kucari. Bungkus ternyata tak menggambarkan isi. Makanya jangan terlalu percaya sama bungkus alias kemasan karena bungkus seringkali hanya pemanis mata yang tak manis di lidah. Tapi ada kalanya bungkusnya sederhana, hanya daun pisang tapi isinya maknyus, ini adalah tape ketan hitam. Dunia memang sudah terbalik balik, makanya melihat ternyata tidak cukup hanya dengan menggunakan mata, bisa tertipu.Â
Begitulah  seklumit  tentang halal bihalal beserta  cerita  lucu  yang menggemaskan, sekedar untuk menghibur. Sebentar lagi  lebaran tiba, tunaikan puasa dengan penuh keikhlasan  agar nanti betul-betul merasakan kembali ke fitrah, sehingga kemenangan itu milik kita.Â