Bupati “Gila” di perbatasan
“Jurang kemiskinan semakin lembar dan sebagian besar masyarakat menjadi sangat termajinalkan. Apabila hal ini tidak diatasi secara mendasar, maka kondisinya akan selalu memprihatinkan pada saatnya mungkin saja akan menjadi faktor negatif yang memperlemah kedudukan pemerintah untuk menjalankan tugas dan kewajibannya dalam pembangunan. Kesalahan konsepsi pembangunan, menyebabkan banyak sekali tujuan yang tidak tercapai.”
Kritik pedas DR Yansen penulis buku Revolusi dari Desa terhadap kebobrokan kinerja pemerintah yang menjadikan pembangunan desa hanya sebatas “lipstik” belaka. Menurut beliau, pemerintah hanya sukses menjalankan dan menghidupkan birokrasi pemerintahannya saja. Mereka silih berganti menjalankan strategi, yang sebenarnya sama saja. Ibarat sebuah barang yang hanya berganti kemasan. (hal 7)
Mereka bekerja keras tanpa hasil yang seimbang sesuai jerih lelahnya. Mereka bekerja dan berupaya keras memperdayakan unsur pemerintahan, tapi sesungguhnya hanyalah untuk memperkuat pemerintahan dan birokrasinya saja. Realitas lainnya mereka membuat sistem dan sumberdaya manusianya sangat ideal, namun sangat lemah dalam pencapaiannya serta motivasi, sistem informasi dan strategi yang dikembalikantidak fokus terhadap pencapaian tujuan. (hal 7) Realitas tersebut membuat DR Yansen “gila” dalam berinovasi membangun desa Malinau, berpijak pada kalimat bijak Albert Einstein, “Gila, Jika kita mengharapkan hasil berbeda, dengan melakukan cara yang sama.” Beliau yakin tidak bisa berharap hasil yang berbeda, jika cara yang dilakukan itu – itu saja. (hal 6)
DR Yansen seorang birokrat ilmuwan, yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia praktik pemerintahan, diawali sebagai praktisi di daerah – daerah terpencil. Sambil bekerja, beliau terus mengasah ilmu hingga mencapai gelar akademik tertinggi. Setelah menjadi Bupati Malinau, Kalimantan Utara yang berbatasan dengan negara Malaysia hasrat untuk mengembangkan wawasan keilmuannya tidak terhenti. Bagi saya DR Yansen patut mendapat gelar profesor, karena beliau mampu menjadi profesor sejati yang mengabdi tanpa batas. Juga pemahaman teori dan praktik pemerintahan yang mumpuni hingga mewujudkan karya nyata dua sekaligus, yaitu buku ini dan gerakan desa membangun.
Gagasan gerakan desa membangun merupakan hasil perkawinan antara pendekatan top – down dan bottom – up. Bagi DR Yansen Pendekatan top – down sebagai tindak lanjut dari perencanaan teknokratik dan pendekatan bottom – up sebagai tindak lanjut perencanaan partisipatif. (hal 41)
Dengan gagasan “gila” ini beliau haqul yakin akan membawa keberhasilan dalam pembangunan desa, karena orientasi perkawinan pendekatan ini pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Gerakan desa membangun memberi kepercayaan sepenuhnya kepada masyarakat sebagai kekuatan penyeimbang konsistensi pelaku pembangunan. (hal 42) Esensi konsep Gerdema, yakni dari, oleh dan untuk rakyat; (1) gerakan itu berasal dari rakyat, (2) gerakan itu dilakukan oleh rakyat, dan (3) gerakan itu menghasilkan manfaat untuk masyarakat desa. Ya, dengan melaksanakan konsep Gerdema, Pemerintah Kabupaten Malinau disebut sebagai pemerintah daerah yang paling banyak menyerahkan urusan (pembangunan dan layanan publik) kepada desa. (hal 54)
Sebagai yang telah dipercaya rakyat, menurut Penulis, amanah sebagai bupati tidak ringan. Kepercayaan itu diberikan agar kesejahteraan mereka meningkat, terangkat dari kehidupan miskin menjadi lebih sejahtera. Ini tidak boleh disia-siakan. (hal 9-11)
“Gerakan Desa Membangun” (GERDEMA) adalah ide yang diusung dan dituangkan DR Yansen ke dalam buku ini. Suatu konsep yang disebut oleh penulis sebagai paradigma baru dalam pembangunan. Di sini, cara pandang yang digunakan cenderung spesifik dan fokus terhadap desa (hal. 13). Maklum, sebagian besar penduduk Indonesia seperti diakui penulisnya berada di desa. Beliau sangat memahami, jika GERDEMA agar menjadi contoh, maka hal sakral yang tidak bisa dinafikan adalah bagaimana membuat rencana atau ide “gila” itu terbukti dapat dijalankan dan mampu mensejahterakan masyarakat seperti impiannya, dengan memberikan kepercayaan penuh pada rakyat.
Konsep GERDEMA layak mendapatkan penghargaan Innovative Government Award 2013 dari Kementerian Dalam Negeri. Kita harus mengakui dan mengapresiasi GERDEMA sebagai inovasi baru yang diterapkan secara sistematis, bersungguh – sungguh, dan pengabdian tanpa batas untuk memperbaiki sistem pemerintahan sebelumnya hingga akhirnya bisa dirasakan manfaatnya.
Inovasi “gila” DR Yansen bupati Malinau yang berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia bagian timur, mampu memberikan solusi atas kesemrawutan sistem di Indonesia dengan konsep yang sangat sederhana. Konsep ini perlu di aplikasikan oleh kepala daerah lain tanpa harus merasa gengsi dan malu meniru konsep yang briliant ini.
Buku ini sangat menarik untuk dibaca, apalagi kisah nyata yang di sajikan dalam buku ini memberikan sejuta inspirasi dan motivasi bagi pembaca, hingga membuat candu pembaca untuk terus membaca hingga lembar akhir. Penulis juga memberikan langkah – langkah pelaksanaan GERDEMA dengan gamblang tanpa ragu berbagi pengalaman dan prestasi demi merubah wajah Indonesia lebih baik.
Bagi saya buku ini nyaris sempurna, hanya dalam hal penulisan, terdapat beberapa kesalahan pengetikan di beberapa halaman. Saya rasa lumrah dalam dunia pengetikan bila terjadi salah ketik, yang terpenting tidak merubah subtansi dari buku ini. Dan saya akui buku menjadi sebuah kebanggaan dan pencerahan bagi para mahasiswa ilmu politik dan pemerintahan, calon pemimpin, politisi, dan pemimpin publik dengan terbitnya buku “Revolusi dari Desa; Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat.”
Judul
Revolusi Dari Desa
Seri
Ekonomi dan Bisnis
ISBN/EAN
9786020250991 / 9786020250991
Pengarang
DR Yansen T.P. , M.Si
Penerbit
ELEX MEDIA KOMPUTINDO