Sebuah langkah awal adalah tolak ukur penentu hasil. Langkah awal merupakan pilihan untuk mengabulkan keinginan seseorang terhadap tercapainya sesuatu. Asumsi ini berangkat dari pandangan terhadap suatu ilmu pengetahuan yang dicapai melalui tahapan metode ilmiah. Dalam hal ini metode ilmiah diartikan sebagai langkah awal para ahli untuk mencapai suatu ilmu pengetahuan yang utuh. Mengapa demikian? Berikut penjelasannya .
Sebuah penelitian dapat mudah dilakukan dengan bantuan metode ilmiah. Melalui metode ilmiah penelitian dari himpunan pengetahuan dapat menjadi ilmu pengetahuan. Koenjraningratdalam bukunya Pengantar Antropologi (1996) mengatakan bahwa metode ilmiah dari suatu cabang ilmu pengetahuan adalah semua cara yang dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan. Sedangkan Beni Ahmad Saebani (2012) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan tentang kebenaran. Dari dua definisi diatas dapat disimpilkan bahwa metode ilmiah merupakan cara untuk menempuh suatu ilmu pengetahuan yang dapat diterima.
Metode ilmiah yang akan dibahas disini merupakan metode antropologi yang mencakup implikasi paradigma antropologi dan metode kualitatif vs kuantitatif.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Paradigma diartikan kerangka berpikir atau secara sederhananya paradigma merupakan cara pandang berpikir. paradigma sama halnya seperti kaca mata yang digunakan untuk melihat objek yang akan kita lihat. Melalui paradigma kita dapat melihat realitas yang ada dalam kehidupan kita. Paradigma mampu mempengaruhi pemikiran kita dalam menyikapi realitas yang ada didepan kita. Implikasi metode ilmiah dalam paradigma antropologi merupakan sebagai proses suatu kerangka menjadi sebuah badan yang utuh. Metode ilmiah yang merupakan semua cara yang dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan mengantarkan paradigma Antropolog untuk membahas antropologi secara rinci dan menjadikan antropologi suatu ilmu pengetahuan yang dapat dikaji.
Antropologi merupakan ilmu yang mengkaji kebudayaan manusia, ras, etnis, suku, agama dan sebagainya. Pendekatan yang sesuai dengan kajian antropologi adalah metode kualitatif atau yang disebut juga metode naturalistis dan fenomenologis. Mengapa demikian? Antropologi mengedepankan kajian terhadap sesuatu yang tampak atau terlihat. Asumsi ini didasarkan atas kenyataan bahwa antropologi ingin mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan mengklasifikasikan kehidupan masyarakat. Hal tersebut seolah-olah menempatkan antropologi dalam posisi memiliki satu pendekatan, yaitu interpretasi atau penafsiran. Sedangkan metode kuantitatif atau eksperimen dilakukan dengan cara pengumpulan data sepanjang berhubungan dengan masalah yang diteliti atau mungkin fakta dari kejadian-kejadian. Metode ini lebih terarah untuk membuktikan suatu gejala atau hipotesis. Pada metode kuantitatif sering digunakan cara-cara untuk mengolah fakta sosial dalam jumlah yang besar, dan metode itu disebut statistik. Metode statistik dulu memang kurang dipergunakan dalam ilmu antropologi, sementara sekarang mulai menjadi suatu metode analisis yang sangat penting dalam ilmu ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitatif dan kuantatif sepatutnya tidak untuk dilawankan dengan simbol ‘vs’ melainkan untuk dikorelasikan. Karena keduanya memiliki keterikatan yang padu bila disatukan. Akan terlahir suatu ilmu pengetahuan yang sempurna bilamana melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Seperti halnya ilmu antropologi yang kini telah berkembang memiliki berbagai paradigma yang mana pada masing-masing paradigma, antropolog menerapkan metode kualitatif dan kuantitatif.
Sumber Referensi:
Koentjaraningrat, 1996. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Saebani, Beni Ahmad, 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: Pustaka Setia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H