Mohon tunggu...
Ainayya Salsabili Aulia
Ainayya Salsabili Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Live healthy, live happily.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Depresi dalam Perspektif Islam

7 Juli 2021   14:25 Diperbarui: 7 Juli 2021   15:09 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Istilah depresi tentu sudah tidak asing dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan banyak orang yang sering menyebut kata depresi, termasuk orang-orang yang awam dalam bidang psikologi dan kedokteran. Namun, apa sih arti sebenarnya dari depresi?

Lumongga (2016) menyebutkan bahwa depresi termasuk dalam salah satu gangguan kesehatan mental yang sering terjadi di lingkungan masyarakat. Stres yang tidak diatasi secara tepat dapat menyebabkan seseorang mengalami fase depresi, dan kemudian diabaikan begitu saja karena dianggap bisa "sembuh" sendiri tanpa pengobatan. Atkinson, Atkinson, dan Hilgard (1991) menjelaskan bahwa depresi adalah suatu gangguan mood dengan ciri putus asa dan merasa patah hati, rasa tidak berdaya yang berlebihan, tidak dapat memberi keputusan untuk melakukan kegiatan, tidak bisa berkonsentrasi, tidak bergairah untuk hidup, merasa tegang, dan adanya percobaan bunuh diri.

Dr. Jonatan Trisna (dalam Lumongga, 2016) memberikan kesimpulan tentang depresi yaitu sebuah perasaan sedih yang sering kali disertai dengan melambatnya kemampuan gerak serta fungsi tubuh. Diawali dengan perasaan sendu yang kemudian berlanjut menjadi rasa tak berdaya. Depresi bukan hanya dialami orang dewasa karena anak-anak dan remaja juga bisa mengalami depresi. Sampai saat ini depresi juga merupakan salah satu penyebab utama terjadinya bunuh diri, yang dimana terdapat sekitar 40% penderita depresi memiliki keinginan untuk bunuh diri dan 15% di antaranya berhasil melakukannya (Dirgayunita, 2016).

Seseorang yang mengalami depresi biasanya memiliki gejala yang terlihat pada aspek psikologis, fisik dan sosial seperti murung, sedih dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus, menjadi lebih sensitif, cepat marah dan merasa tersinggung, kehilangan motivasi kerja, tidak percaya diri, sulit konsentrasi, dan sistem imun yang menurun (Lumongga, 2016). Penyebab depresi biasanya merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Kaplan, Saddrock, dan Grebb (2010) (dalam Haryanto, Wahyuningsih, & Nandiroh, 2016) menyebutkan tentang faktor penyebab depresi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor genetik, biologi dan psikososial.

Penelitian mengenai genetik dan keluarga telah menunjukkan bahwa anggota keluarga pertama dari penderita depresi diperkirakan memiliki tingkat resiko 2 sampai 3 kali lipat lebih tinggi dari populasi umum. Memang tidak disebutkan secara khusus tentang pengaruh genetik pada kasus depresi, namun terdapat penurunan dalam kemampuan mengelola stress. Pada faktor biologi, terdapat neurotransmitter dalam otak yang berkaitan dengan depresi yaitu serotonin dan epinefrin. Menurunnya kadar serotonin bisa menyebabkan terjadinya depresi, hal ini terbukti pada pelaku bunuh diri yang ditemukan memiliki kadar serotonin rendah. Sedangkan pada faktor psikososial, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan depresi, yaitu kepribadian, suatu kejadian dan stressor dari lingkungan, kehilangan sesuatu yang dicintai, kegagalan yang terus menerus terjadi, dan faktor kognitif seperti pandangan negatif tentang diri sendiri (Kaplan, Saddrock,& Grebb, 2010).

 

Lalu bagaimana pandangan Islam mengenai depresi?

Zakaria (2020) menyebutkan bahwa tidak ada ayat dalam Al-Qur'an yang menyatakan dengan khusus mengenai depresi. Namun ada fenomena yang dapat diartikan sangat sedih hingga menimbulkan efek pada kehidupan manusia, baik dalam segi fisik maupun mental. Salah satu ayat yang dapat dikaitkan dengan gejala depresi yaitu surah Maryam ayat 23:

فَأَجَآءَهَا ٱلْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ قَالَتْ يَٰلَيْتَنِى مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا 

Artinya: Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". (Referensi: https://tafsirweb.com/5069-quran-surat-maryam-ayat-23.html)

Dalam kondisi yang sedang merasakan sakit itu, Allah SWT memberi perintah kepada Maryam untuk bersandar pada pohon kurma agar bisa mengumpulkan kembali tenaganya dan tetap bertahan hidup. Begitulah cara Allah menjaga Maryam untuk berusaha dan tawakal pada apapun yang terjadi karena itu merupakan ketetapan dari Allah (Zakaria, 2020). Al-Qur'an telah diturunkan oleh Allah SWT salah satunya yaitu untuk menjadi penyembuh serta pedoman bagi kehidupan kaum muslimin. Sehingga apabila telah ditunjukkan suatu peristiwa di dalam Al-Qur'an, hal itu dapat dijadikan pembelajaran dalam menghadapi kejadian yang serupa.

Dalam menjalankan kehidupan di dunia, manusia sering kali diberikan ujian oleh Allah SWT, salah satu contohnya yaitu depresi. Namun bukan berarti tidak ada jalan keluarnya, karena setiap masalah yang hadir pasti ada pula cara penyelesaiannya. Di samping penanganan oleh psikolog dan/atau psikiater, orang yang mengalami depresi juga bisa melakukan usaha penyembuhan dengan memperkuat keyakinan pada Allah SWT bahwa ujian ini pasti akan segera berakhir. Kemudian dengan memperbanyak dan memperbaiki kualitas ibadah, seperti shalat dengan khusyuk, membaca Al-Qur'an, berzikir dan berdoa,  serta senantiasa bermuhasabah diri. Ketika seseorang semakin dekat dengan Allah SWT, maka semakin baik pula kualitas ibadahnya dan semakin tenang jiwanya. Ia juga akan semakin kuat menghadapi ujian-ujian yang datang dalam hidupnya. Ini menunjukkan bahwa agama mempunyai peran yang penting dalam rangka mendekatkan diri pada Sang Pencipta guna menghadapi masalah kehidupan, tak terkecuali pada gangguan kesehatan mental.


 

Daftar Pustaka

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Hilgard, E. R. (1991). Pengantar Psikologi Edisi 8. Jakarta : Erlangga.

Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 1(1), 1--14.

Haryanto, H., Wahyuningsih, H. D., & Nandiroh, S. (2015). SISTEM DETEKSI GANGGUAN DEPRESI PADA ANAK-ANAK DAN REMAJAJurnal Ilmiah Teknik Industri14(2),142--152. 

Kaplan, H.I.; Saddock, B.J.; Grebb, J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Lumongga, D. N. (2016). Depresi: tinjauan psikologis. Kencana.

Quran Surat Maryam Ayat 23 Arab, Latin, Terjemahan Arti Bahasa Indonesia.(n.d.).

Zakaria, S. Z. (2020). Gejala Depresi Menurut al-Qur'an (Kajian Tematik) [Master'sthesis].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun