Mohon tunggu...
Ainatul Ulfah Qarimah
Ainatul Ulfah Qarimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca, konten favorit kartun

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Program Per support, Bimbingan Konseling, dan Layanan Psikososial

19 Januari 2025   11:28 Diperbarui: 19 Januari 2025   11:28 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Tekanan sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat dapat  berdampak negatif pada kesehatan mental remaja. Teori ini  mencerminkan pendekatan preventif yang menekankan pentingnya strategi mengatasi stres dalam mempertahankan kesejahteraan psikologis. Di sisi ain, keterampilan sosial memainkan peran penting dalam interaksi sosial remaja. Modul ini sesuai dengan teori perkembangan sosial Vygotsky, yang menekankan pentingnya pembelajaran sosial  dan pengembangan keterampilan melalui interaksi dengan orang lain .Modul  yang  membahas  strategi   mengatasi   tekanan   sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat mencerminkan  pendekatan  preventif  terhadap  masalah  kesehatan  mental  remaja. Teori ini menekankan bahwa individu dapat memanfaatkan strategi kopling untuk mengatasi stres dan tekanan hidup. Dengan memahami dan menerapkan strategi mengatasi stres, remaja dapat   membangun ketangguhan mental yang dapat membantu   mereka mempertahankan kesejahteraan psikologis di tengah tekanan sosial yang mungkin mereka alami. Modul yang membahas pengembangan keterampilan sosial juga memiliki dasar teoretis yang kuat, terutama dalam teori perkembangan sosial Vygotsky. Vygotsky menekankan  pentingnya  pembelajaran sosial  dan interaksi dengan orang lain  dalam  pengembangan keterampilan kognitif  dan sosial.  Dalam  konteks  konseling sebaya,  di  mana  siswa  berperan  sebagai  konselor, keterampilan sosial yang baik sangat penting untuk memfasilitasi interaksi yang sehat dan efektif antar-remaja. Integrasi teori kopling Lazarus dan Folk man dengan teori perkembangan sosial Vygotsky dalam  modul  ini menunjukkan  pendekatan  holistik  terhadap  kesejahteraan  remaja.  Dengan  membekali  mereka  dengan  strategi mengatasi  stres  dan  keterampilan  sosial,  modul  ini  tidak  hanya  berfokus  pada  aspek  pencegahan  masalah kesehatan  mental,  tetapi  juga  pada  pengembangan  kemampuan  adaptasi  dan  interaksi  sosial  yang  positif.  Ini menciptakan  landasan  yang  kuat  untuk  membantu  remaja  tidak  hanya  menghadapi  tantangan,  tetapi  juga tumbuh dan berkembang dalam konteks sosial mereka.Masa depan dan Karier masa remaja seringkali diidentifikasi sebagai periode kritis dalam pengembangan karier siswa.

Konseling di sekolah menengah menjadi bagian penting  dalam  memberikan dukungan dan  pelayanan psikososial  bagi  para remaja [1]--[6].  Namun, di banyak sekolah di daerah pelosok, pelaksanaan  konseling menghadapi  berbagai  tantangan yang mengakibatkan  layanan konseling  yang  kurang optimal. Permasalahan utama adalah kurangnya  konselor berlatar belakang  pendidikan konselor yang  memenuhi  syarat.  Rata-rata konselor  adalah  guru  mata  pelajaran  seperti  guru agama  islam  atau  guru  PPKn  yang  diminta  merangkap  tugas. Masalah ini memiliki  urgensi yang tinggi karena masa  remaja  adalah  periode kritis dalam perkembangan individu.   Remaja dihadapkan pada berbagai perubahan fisik,   emosional, dan sosial  yang kompleks. Ketidakstabilan emosi, tekanan akademik, pertemanan, dan masalah identitas menjadi beberapa tantangan yang dihadapi  remaja [7]--[10].  Kondisi ini dapat  berdampak pada kesehatan  mental,  performa  akademik, serta kesejahteraan  secara  keseluruhan.  Oleh karena itu, konseling sebaya yang efektif dan  mendukung  menjadi sangat penting untuk membantu remaja menghadapi berbagai masalah dan tuntutan di usia kritis ini.Selain itu, kurangnya konselor berlatar  belakang  pendidikan konselor juga berpotensi menyebabkan kesenjangan dalam akses layanan  konseling  antara  sekolah di daerah  pelosok  dan  daerah  perkotaan. Para  siswa di daerah pelosok berisiko mendapatkan layanan  konseling yang kurang memadai,  sedangkan merek juga membutuhkan dukungan dan bimbingan yang setara dengan siswa di perkotaan. Dalam merinci kerangka teoretis penelitian ini, kita dapat  melihat dari  perspektif  konsep  dan  teori konseling, terutama terkait dengan peran konselor sebaya dalam mendukung remaja di sekolah menengah. Teori konseling yang relevan dapat mencakup model pelayanan konseling, seperti model Roger yang menekankan empati  dan  pemahaman  yang  mendalam, serta  teori-teori  pengembangan  remaja  yang  menyoroti aspek-aspek penting dalam pertumbuhan individu pada masa remaja.Selain  itu, konsep-konsep  psikososial dan tantangan perkembangan  remaja  dapat  dijelaskan dengan merujuk pada teori perkembangan Erikson, yang menyoroti konflik  identitas sebagai salah Satu sosialisasi awal,  sebagai  langkah  pertama,  mencerminkan  pendekatan  partisipatif  dari  teori  Community-Based  Partisipatif.  Tujuan  interaktif  ini  membantu  membangun  keterlibatan  peserta  dengan  memberikan pemahaman yang jelas tentang manfaat dan tujuan dari kegiatan pelatihan. Penerimaan umpan balik dari peserta memperkaya  persiapan  lanjutan  dan  merancang  modul  pelatihan  yang  lebih  responsif  terhadap  kebutuhan mereka.Materi  pelatihan  yang  disampaikan  menggunakan  modul  mencerminkan  pendekatan  Service  Learning,  di mana  dosen  dan  mahasiswa  secara  aktif  terlibat  dalam  membagikan  pengetahuan  mereka  kepada  konselor sebaya.  Modul  tersebut  juga  didesain  sesuai  dengan  prinsip-prinsip  teori  konseling  sebaya,  yang  menekankan pada empati, pemahaman, dan dukungan antar sesama. Diskusi  kelompok  dan  interaksi  antar  peserta  mendukung  teori  pembelajaran  sosial  Vygotsky,  di  mana individu  tumbuh  dan  belajar  melalui  interaksi  dengan  orang  lain.  Pendekatan  role-play  dalam  latihan  praktis mencerminkan  prinsip-prinsip  teori  pembelajaran  praktis,  yang  menekankan  pentingnya  pengalaman  langsung dan  aplikasi  konsep  dalam  meningkatkan  keterampilan.  Aspek  etika  dalam  konseling  sebaya  yang  ditekankan mencerminkan   prinsip-prinsip   etika   konseling,   seperti   kerahasiaan   dan   keadilan,   yang   secara   konsisten diterapkan dalam pendekatan teoretis konseling professional .Evaluasi  yang  dilakukan  untuk  mengukur  pemahaman  dan  keterampilan  peserta  mencerminkan  prinsip-prinsip teori penilaian dalam pendidikan. Penutupan kegiatan dengan rangkuman pokok-pokok dan perencanaan tindak   lanjut sesuai dengan   prinsip-prinsip  manajemen   program   yang   berkelanjutan.   Penguatan   secara komprehensif  dan  kontinu   melalui  kolaborasi   antara  dosen,  guru   bimbingan  konseling,  dan   mahasiswa mencerminkan  konsep  pendekatan  interdisipliner  dalam  teori  konseling  sebaya.  Hal  ini  mendukung  integrasi pengetahuan  dan  pengalaman  dari  berbagai  disiplin  ilmu  untuk  memberikan  layanan  konseling sebaya yang holistik dan efektif. Penyusunan  isi  materi  modul  konselor  sebaya,  sistematika  modul,  serta  pelaksanaan  sosialisasi  dan pelatihan konselor sebaya merupakan langkah signifikan dalam menghadirkan pendekatan holistik dan interaktif dalam pemahaman dan penanganan masalah kesehatan mental remaja. Inovasi dalam merancang modul ini tidak hanya  memberikan  wawasan  mendalam  tentang  aspek-aspek  kritis  dalam  perkembangan  remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun