Apakah engkau percaya dengan takdir? Kuasa Tuhan yang tidak dapat ditolak oleh seluruh mahluk-Nya? Begitupun dengan aku. Aku tidak menyangka semua ini terjadi kepadaku, saat aku yakini itu semua adalah sebuah petaka untukku ternyata pada waktu yang bersamaan Tuhan mengirimkanmu kepadaku. Engkau hadir dengan segala kesempurnaan yang kau miliki. Awalnya aku merasa kehadiranmu hanya kado kecil dari Tuhan agar aku tak merasa jenuh dengan semua rutinitas yang aku lalui hampir setengah tahun. Sungguh melelahkan.
Bukankah Tuhan telah memberi kabar, bila ada kesedihan disana juga terdapat kebahagiaan. Yah, engkaulah kebahagiaanku saat itu dan mungkin sampai detik ini.
"Selamat pagi, Nona."Sapamu.
"Selamat pagi juga."Balasku.
"Bagaimana kabar Nona pagi ini?"
"Seperti yang kamu lihat." Sapaanmu saban pagi inilah yang membuat tataan hatiku berubah keseluruhan.
Apakah engkau percaya dengan takdir Tuhan? Dia telah mempertemukan aku dan engkau, membuat benih-benih rasa tumbuh diantara rongga dadaku, lantas menghujam hatiku dengan sebuah perpisahan.
"Hendak kemana Nona?"tanyamu saat aku berbenah.
"Aku harus pulang."
"Tak maukah Nona disini beberapa hari lagi? Menemaniku."
Aku menggeleng –rasa itu masih tumbuh kecambahnya, aku yakin esok lusa bakal layu dan mati.