Mohon tunggu...
Ainal Yaqin
Ainal Yaqin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang penulis dan pegiat literasi yang aktif, selalu mencari cara untuk berbagi pengetahuan melalui tulisan. Selain itu, saya juga terlibat dalam kegiatan relawan, yang memberi saya kesempatan untuk memberi kembali kepada komunitas. Di waktu luang, saya menikmati bermain futsal dan rutin berolahraga di gym untuk menjaga kebugaran. Kombinasi semua minat ini membuat hidup saya lebih seimbang dan bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dekadensi Moral Disebabkan Setan Kotak?

6 Oktober 2024   20:33 Diperbarui: 6 Oktober 2024   20:45 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengapa saya memakai istilah "setan kotak" dalam menamai HP? Salah satunya karena HP sering kali disalahgunakan dan konotasinya selalu menjadi negatif. Padahal, jika pengguna bijak dalam menggunakannya, hal-hal negatif bisa dihindari, bahkan dijauhi. Mudahnya akses ke situs-situs yang memanjakan mata adalah salah satu penyebab hancurnya moral anak bangsa. Situs-situs ini seperti nikotin, bahkan bisa lebih parah, yang membuat anak-anak kecanduan. Ini menjadi PR bagi kita semua. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengawasi akses informasi anak terhadap ponselnya.

Dari tahun ke tahun, riset menunjukkan pengaruh gadget terhadap moral anak dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal negatif. Orang-orang lebih mengutamakan ponsel mereka daripada bermain bersama keluarga atau, yang lebih parah, mengabaikan perintah orang tua dan malah asyik sendiri dengan "setan kotak" tersebut. Orang-orang lebih senang menghabiskan waktu di depan layar selama berjam-jam daripada bersosialisasi dengan teman atau keluarga. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

Salah satu penyebab efek buruk ini adalah rasa malas. Malas adalah efek terbesar yang ditimbulkan oleh gadget. Meskipun ukurannya kecil dan pas di genggaman, efek malas yang ditimbulkan sangatlah besar. Sekali seseorang menyentuhnya, mereka akan candu dan malas melakukan kewajiban lainnya. Jangankan belajar, bekerja pun diabaikan. Tangan mereka sibuk membalas pesan, mata mereka sibuk menonton tontonan favorit, telinga mereka sibuk mendengarkan musik, mulut mereka pun sibuk membaca pesan-pesan dan informasi yang masuk ke dalam otak mereka.

Lalu, timbul pertanyaan: siapa yang menyebabkan mundurnya moral kita? "Setan kotak" atau diri kita sendiri? Jika harus menyalahkan gadget, itu tidak tepat. Perkembangan teknologi memang bagus dan sangat luar biasa karena dapat mempermudah akses informasi, mengembangkan kreativitas, dan meningkatkan taraf hidup manusia. Namun, PR kita adalah bagaimana agar kita bijak menggunakan ponsel agar tidak menjadi "setan kotak". Pengawasan orang tua terhadap anak di bawah umur perlu lebih intensif, serta kesadaran penuh bagi pemuda dan pemudi untuk menggunakan HP sebagai alat pengembangan individu dan memberikan manfaat bagi sesama.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Albert Einstein, "Saya takut pada hari ketika teknologi melampaui interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot." Kalimat ini relevan dengan kondisi saat ini, di mana teknologi cenderung menciptakan jarak antarindividu, bahkan dalam satu keluarga. Ponsel seharusnya memudahkan kita berkomunikasi, namun ironisnya, banyak yang menggunakannya sebagai pelarian dari interaksi sosial di dunia nyata.

Banyak sekali dampak positif yang bisa kita dapatkan dari gadget. Pernyataan seperti "Gadget itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat" harus kita jauhi. Jadilah pengguna gadget yang bijak. Bagi para orang tua, ingatlah bahwa Anda sedang mendidik penerus bangsa. Apa jadinya jika penerus bangsa yang diunggulkan menjadi malas dan candu terhadap "setan kotak"? Oleh karena itu, pengawasan penuh terhadap anak dalam menggunakan ponsel sangat penting.

Seorang filsuf terkenal, Marshall McLuhan, juga pernah mengatakan, "Teknologi adalah perpanjangan dari tubuh manusia." Teknologi, termasuk ponsel, harusnya menjadi alat yang membantu kita dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, jika digunakan secara berlebihan atau tanpa pengawasan, teknologi malah menjadi perpanjangan dari kebiasaan buruk kita, seperti kemalasan dan kecanduan.

Bahkan, menurut Socrates, "Hidup yang tidak dipertimbangkan tidak layak untuk dijalani." Pernyataan ini dapat diartikan bahwa penggunaan teknologi tanpa evaluasi dan kesadaran bisa mengarah pada kehidupan yang kehilangan makna. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mempertimbangkan bagaimana kita menggunakan teknologi, termasuk ponsel, agar tidak terjebak dalam sisi negatifnya.

Teknologi seperti ponsel adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia bisa memberikan manfaat yang luar biasa jika digunakan dengan benar, namun di sisi lain, ia bisa menghancurkan moral dan hubungan sosial jika disalahgunakan. Maka, bijaklah dalam memanfaatkannya, dan jadilah bagian dari generasi yang tidak hanya pintar secara teknologi, tapi juga beretika dalam penggunaannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun