Mohon tunggu...
Ainal Yaqin
Ainal Yaqin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang penulis dan pegiat literasi yang aktif, selalu mencari cara untuk berbagi pengetahuan melalui tulisan. Selain itu, saya juga terlibat dalam kegiatan relawan, yang memberi saya kesempatan untuk memberi kembali kepada komunitas. Di waktu luang, saya menikmati bermain futsal dan rutin berolahraga di gym untuk menjaga kebugaran. Kombinasi semua minat ini membuat hidup saya lebih seimbang dan bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teruslah Malas Membaca

28 September 2024   17:29 Diperbarui: 28 September 2024   17:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membaca sering kali dianggap membosankan dan, sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan, khususnya di Indonesia. Menurut UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang aktif membaca. Pertanyaannya, bagaimana hal ini bisa terjadi di negara yang kaya akan sumber daya alam?

Mari kita renungkan, mengapa budaya membaca semakin menurun. Padahal, tanpa membaca, kita kehilangan kesempatan untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman tentang berbagai topik. Informasi yang diperoleh dari membaca tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis dan analitis. Ketika kita malas membaca, kita hanya menelan informasi mentah-mentah yang tidak terverifikasi kebenarannya.

Pesatnya kemajuan teknologi seharusnya menjadi pemicu untuk semakin rajin membaca. Namun, yang kita lihat sekarang adalah sebaliknya; banyak orang kecanduan perangkat elektronik dan lebih suka menonton video dengan durasi singkat daripada membaca jurnal atau buku. Memang, menonton video terasa lebih menyenangkan, dan tidak semua video itu buruk. Namun, yang menjadi masalah adalah orang-orang mulai melewatkan pengetahuan dengan kecanduan terhadap teknologi.

Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang positif guna meningkatkan kembali minat baca masyarakat yang mulai pudar. Jika kita terus malas membaca, kita merampas diri kita sendiri dari kesempatan untuk berkembang. Penyalahgunaan teknologi tidak boleh terjadi; dengan adanya kemajuan teknologi yang pesat, seharusnya kita menjadi lebih rajin dalam mengolah informasi yang terverifikasi dan membaca.

Di balik setiap halaman yang kita baca, terdapat ide-ide yang mungkin menginspirasi kita, solusi untuk masalah yang belum terpecahkan, atau pelajaran hidup yang tak ternilai. Ada dunia yang menunggu untuk dijelajahi, dan ironisnya, dengan memilih untuk tidak membaca, kita membatasi potensi diri kita yang paling besar, membiarkan kejumudan otak kita, dan malas membaca adalah racun bagi diri kita. semakin kita malas membaca semakin banyak racun yang menggerogoti kita sampai hancur. 

Akhirnya, membaca adalah investasi diri yang sangat penting. Sama halnya seperti pergi ke gym setiap hari, semakin sering kita membaca, semakin bertambah pengetahuan yang terserap ke dalam otak kita, sehingga kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana. karena dengan membaca kita mengenal dunia bahkan menjelajahinya sampai ke titk paling terdalamnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun