Mohon tunggu...
Ainal Yaqin
Ainal Yaqin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang penulis dan pegiat literasi yang aktif, selalu mencari cara untuk berbagi pengetahuan melalui tulisan. Selain itu, saya juga terlibat dalam kegiatan relawan, yang memberi saya kesempatan untuk memberi kembali kepada komunitas. Di waktu luang, saya menikmati bermain futsal dan rutin berolahraga di gym untuk menjaga kebugaran. Kombinasi semua minat ini membuat hidup saya lebih seimbang dan bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Z: Harapan atau Tantangan?

23 September 2024   20:05 Diperbarui: 23 September 2024   20:37 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi Z, atau yang sering disingkat Gen Z, adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Dikenal sebagai "digital native," generasi ini tumbuh bersamaan dengan akses internet dan teknologi digital portable. Namun, meskipun memiliki kemudahan tersebut, mereka juga menghadapi berbagai tantangan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental dan perilaku sosial.

Sebuah fenomena global menunjukkan bahwa rata-rata usia pubertas pada anak perempuan semakin menurun, yang berimbas pada kesejahteraan mereka di masa depan. Selain itu, prevalensi alergi, gangguan mental, dan kurang tidur di kalangan Gen Z lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Banyak dari mereka juga didiagnosis dengan disabilitas intelektual dan gangguan kejiwaan, yang mencerminkan dampak negatif dari penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan.

Sementara teknologi tidak sepenuhnya buruk, cara kita menggunakannya menjadi krusial. Penting bagi individu untuk memiliki kesadaran dalam membagi waktu antara aktivitas digital dan kegiatan produktif lainnya, seperti membaca dan bersosialisasi. Di sisi lain, ada pula tantangan sosial yang muncul, seperti hilangnya sopan santun. Kasus-kasus kekerasan oleh pelajar, seperti penendangan seorang nenek, menyoroti masalah serius yang memerlukan perhatian lebih dari orang tua dan masyarakat.

Akar masalah ini sering kali terletak pada kurangnya pendidikan etika dan lingkungan yang mendukung. Oleh karena itu, orang tua perlu memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan didikan yang baik dan berada dalam lingkungan yang positif. Pemerintah juga harus berupaya memperkuat pendidikan karakter yang sering kali dipandang sebelah mata.

Hubungan antara kemajuan teknologi dan hilangnya sopan santun sangat erat. Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar cenderung kurang bersosialisasi secara langsung. Dalam konteks ini, perhatian orang tua menjadi sangat penting agar anak-anak tidak menyalahgunakan teknologi untuk hal-hal yang tidak pantas.

Dalam menghadapi tantangan zaman, generasi Z memiliki potensi luar biasa untuk menjadi agen perubahan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang teknologi dan kepekaan terhadap isu-isu sosial, mereka dapat mengubah tantangan menjadi peluang. Kesadaran akan pentingnya etika digital dan dampak perilaku sosial yang positif menjadi kunci bagi mereka untuk berkontribusi secara konstruktif dalam masyarakat. Dengan membangun jaringan dukungan yang kuat dan berkolaborasi dengan berbagai pihak---mulai dari keluarga, pendidikan, hingga pemerintah---Gen Z dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi diri mereka dan generasi mendatang. Mari kita dukung langkah mereka menuju masa depan yang lebih cerah, di mana inovasi dan nilai-nilai kemanusiaan berjalan beriringan.

Pentingnya kesadaran akan etika digital tidak bisa dianggap remeh. Di tengah derasnya arus informasi, Gen Z perlu dilatih untuk memilah dan memilih konten yang bermanfaat. Pendidikan yang menekankan pada literasi media dapat membantu mereka menjadi konsumen informasi yang lebih bijaksana. Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu mengenali berita palsu, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan informasi yang sehat dan produktif.

Selain itu, peran komunitas dan lingkungan sekitar sangat menentukan perkembangan karakter anak-anak di generasi ini. Keterlibatan orang tua, guru, dan masyarakat dalam memberikan teladan yang baik dan nilai-nilai positif akan membantu membentuk pola pikir yang sehat. Lingkungan yang mendukung akan memberikan ruang bagi Gen Z untuk berinteraksi secara langsung, mengasah kemampuan sosial, serta mengembangkan empati dan rasa saling menghormati.

Akhirnya, masa depan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana generasi ini dihadapkan pada tantangan dan peluang yang ada. Dengan bekal pendidikan yang tepat dan kesadaran akan dampak teknologi, Gen Z bisa menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat yang lebih beradab dan berintegritas. Mari kita dukung langkah mereka dalam menciptakan dunia yang lebih baik, di mana inovasi dan nilai-nilai kemanusiaan saling melengkapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun