Mohon tunggu...
ainakhoirunnisa
ainakhoirunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

OLAHRAGA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahmad dalam Perbedaan Beragama

3 Desember 2024   18:29 Diperbarui: 3 Desember 2024   18:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung, terdapat sebuah komunitas yang sangat erat. Mereka hidup dengan sederhana, bertani, dan beribadah bersama. Namun, di balik kedamaian itu, selalu ada perbedaan. Tidak hanya dalam hal agama, tetapi juga dalam cara pandang dan pemahaman terhadap banyak hal. Masing-masing keluarga memiliki tradisi yang berbeda dalam merayakan hari raya, dalam menjalankan ibadah, bahkan dalam menyikapi masalah sehari-hari.

Di tengah-tengah desa itu, hiduplah seorang pemuda bernama Fahri. Fahri adalah seorang mahasiswa yang baru pulang dari kota setelah menuntut ilmu agama. Dengan semangat yang membara, ia ingin mengajarkan kepada warga desa untuk mengikuti apa yang ia pelajari selama di kota, terutama mengenai hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang dianggapnya sangat penting. Salah satunya adalah hadis yang menyebutkan, "Perbedaan-perbedaan di antara umatku adalah rahmat."

Suatu pagi, Fahri mengumpulkan warga desa di masjid. Mereka semua duduk dengan penuh perhatian, menunggu apa yang akan disampaikan oleh pemuda yang baru pulang dari kota itu.

"Saudaraku," Fahri memulai, "saya ingin mengingatkan kalian semua tentang hadis Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, 'Perbedaan-perbedaan di antara umatku adalah rahmat.' Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah hal yang harus dipertentangkan, melainkan harus diterima dengan lapang dada, karena perbedaan itu adalah bentuk rahmat dari Allah SWT."

Namun, tidak semua orang setuju dengan Fahri. Salah seorang warga tua, Pak Udin, seorang petani yang sudah lama hidup di desa itu, mengangkat tangan dan bertanya, "Apa maksudnya, wahai pemuda? Selama ini kita hidup dengan cara kita masing-masing, dan kita tidak pernah mempermasalahkan perbedaan. Tetapi, banyak juga orang yang menganggap perbedaan itu sebagai masalah. Apakah benar perbedaan itu adalah rahmat?"

Fahri tersenyum dan menjawab, "Pak Udin, saya mengerti keraguan Bapak. Memang tidak mudah menerima perbedaan, terutama jika itu menyangkut keyakinan atau cara beribadah. Namun, hadis ini mengajarkan kita bahwa perbedaan adalah cara Allah menunjukkan rahmat-Nya. Rahmat yang membuat kita bisa saling mengenal, berbagi, dan belajar satu sama lain."

Pak Udin masih tampak ragu, tetapi ia memutuskan untuk mendengarkan lebih lanjut. Fahri melanjutkan, "Coba kita lihat, setiap orang berbeda-beda dalam cara pandangnya, dalam cara ibadahnya, bahkan dalam memilih jalan hidupnya. Tapi bukankah dengan perbedaan itu, kita bisa saling melengkapi? Dalam perbedaan itulah kita belajar menghargai, menghormati, dan memperkaya kehidupan kita."

Melihat warga yang mulai termenung, Fahri melanjutkan, "Contohnya, dalam cara kita beribadah. Ada yang melaksanakan shalat dengan doa-doa yang berbeda, ada yang berbeda dalam cara membaca Al-Qur'an, tetapi kita semua tetap satu dalam ikatan agama yang sama, yaitu Islam. Perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah, melainkan kesempatan bagi kita untuk saling belajar dan memperkaya pemahaman kita tentang agama."

Pak Udin, yang biasanya keras kepala, mulai berpikir lebih dalam. Ia menyadari bahwa memang benar, meskipun banyak perbedaan, masyarakat desa itu tetap hidup rukun dan saling membantu satu sama lain. Mereka punya cara yang berbeda dalam banyak hal, tetapi mereka juga saling menghormati.

Beberapa minggu setelah pertemuan itu, desa itu mulai terlihat berbeda. Warga mulai lebih terbuka terhadap perbedaan di antara mereka. Mereka tidak lagi terjebak dalam perdebatan tentang cara beribadah atau cara memahami ajaran agama. Mereka saling berbagi cerita, saling belajar, dan lebih banyak tersenyum satu sama lain.

Fahri tidak menyangka perubahan itu akan terjadi secepat itu. Ia merasa bahagia, namun ia juga menyadari bahwa perubahan itu tidak terjadi hanya karena kata-katanya, tetapi karena keikhlasan dan kesiapan hati warga desa untuk menerima bahwa perbedaan itu adalah anugerah dari Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun