Mohon tunggu...
Ainag Al Ghaniyu
Ainag Al Ghaniyu Mohon Tunggu... Buruh - a jannah seeker

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Peluang Usaha yang Tak Ada Matinya Saat Pandemi

20 Februari 2021   10:46 Diperbarui: 22 Februari 2021   20:21 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Dari sudut pandang konsumen/pembeli)

Jadi yang saya ulas memang dari sudut pandang saya pribadi & teman-teman di lingkungan kerja yang rata-rata adalah buyer/customer, meskipun beberapa diantara kami juga berjualan. Apa saja yang kami butuhkan, yang terus-terusan kami beli, yang sekalipun pandemi tetap dicari alias tidak mengenal krisis.

Ini juga hasil pengamatan saya, setelah masuk ke grup-grup jual beli di kota saya baik grup-grup di Facebook maupun WA. Pasti di kota-kota lain terutama kota kelas menengah sampai besar juga banyak grup sejenis. Masuklah, amati produk-produk apa yg banyak dijual, banyak dibeli, terus-terusan dibutuhkan (prinsip ATM : amati, tiru, modifikasi). Pelajari juga, siapa yang open reseller tanpa modal, siapa yang menawarkan dropship, siapa produsennya, siapa distributor yang harganya paling murah, dsb dst.

Contoh sebagian yang bisa saya ulaskan berikut ini.

1. Frozen Food

Jangankan pandemi, sebelumnya pun frozen food sudah naik daun. Banyak ibu bekerja atau karena kondisi lainnya membutuhkan makanan yang pengolahannya serba praktis, sehingga menjadi salah satu pemicu tumbuhnya usaha ini. Menjual frozen food bila masih skala uji coba cukup punya kulkas, mulailah dengan buka PO, setelah ada pesanan baru ambil barang ke distributor/agen.


Bila konsumen makin besar, bisa sewa freezer, tidak perlu beli. Sudah banyak yang menawarkan penyewaan freezer apalagi open reseller produk frozen food di tiap kota.


Yang disebut frozen food mulai dari olahan sapi, ayam, produk-produk sungai/laut sampai produk pertanian juga. Bisa jadi lauk pendamping nasi atau yang sifatnya kudapan. Bila dulu jenisnya terbatas, makin hari variannya makin banyak dan kreatif. Siapa sih yang di rumahnya tidak tersedia frozen food ?

2. Bahan Makanan Mentah & Bahan Pokok

Di beberapa kota yang pernah saya tahu, terdapat penjual bahan makanan yang beroperasi sehari-hari baik yang mangkal maupun berkeliling kawasan tertentu dan kerap disebut Mlijo (jawa) atau tukang sayur. Para penjual yang biasanya mangkal di sudut jalan tertentu mensiasati larangan keluar rumah & berkumpul dengan cara berkeliling menggunakan gerobak/motor untuk menjemput pembeli dari rumah ke rumah. 

Peluang bisa juga diambil lewat pemasaran online, yaitu menawarkan lewat WhatssApp, Instagram, Facebook. Jangan salah, tukang sayur jaman now sudah melek aplikasi sejenis. Selama pandemi kebutuhan makan di rumah meningkat pesat, kesadaran untuk menyediakan makanan sehat dengan cara memasak sendiri semakin besar. Setiap hari pasti ada pembelinya.

3. Aneka Makanan Ringan

Selain makanan berat/pokok, kita pada umumnya masih membutuhkan camilan bukan? Sejak School From Home dan Work From Home diterapkan ibu-ibu mengeluhkan betapa cepatnya stok makanan habis, yang pasti diantaranya termasuk makanan ringan. Jenisnya banyak sekali, ada yang sedang trend, ada yang sudah ada sejak dulu, ada yang serba pedas & gurih. 

Tahu tidak, sekalipun dilarang mudik, dilarang kumpul-kumpul keluarga saat Lebaran pandemi ini, penjualan kue kering ternyata tetap tinggi lho. Para produsen terheran-heran karenanya, kewalahan menerima pesanan.

4. Makanan Siap Saji / Siap Olah

Sebenarnya ini hanya perwujudan kreatifitas yang tiada batas menurut saya. Dari peluang no. 1-3 di atas, masih ada peluang lain yang bisa ditangkap. Yaitu menyiapkan bahan-bahan makanan mentah dalam kondisi sudah bersih, berbumbu, lalu dikemas dengan plastik vacum atau kotak plastik food grade yang bisa dipakai ulang oleh pembeli. Sehingga pembeli tinggal memasaknya. 

Masakan home made tersedia tanpa perlu mengupas, mengiris, mengulek dsb. Masih banyak ibu yang berkeinginan memasak sendiri demi kesehatan namun tidak memiliki cukup waktu bila harus mengolah dari awal. Tentu jenisnya berbeda dengan frozen food. 

Dulu pernah kepikiran tidak bikin usaha begini?

5. Jasa Kurir Barang

Dengan begitu banyak jenis barang yang beredar di pasaran dan pembatasan untuk mendatangi pusat perbelanjaan, toko atau pasar, pasti diperlukan tenaga untuk mengantarkan barang-barang yang kita butuhkan dari penjual ke lokasi pembeli. Kurir ini tidak hanya yang tergabung dengan Grab/Gojek saja lho, tapi banyak sekali kurir mandiri yang menawarkan jasanya. 

Sehari-hari mereka harus menyusun jadwal pengantaran dengan cermat supaya tidak keteteran. Pada akhirnya pelayanan prima selain tarif bersaing yang bicara. Apalagi tarifnya kebanyakan lebih murah dari pada ojol terdaftar lho.

Siapa yang rumahnya sama sekali tidak kedatangan kurir yang mengantar hasil belanja online selama Covid-19 merajalela ?

6. Aneka Jastip (Jastiper)

Meski ritme mobilisasi kebanyakan orang sudah mulai normal, tapi kita belum bisa sepenuhnya leluasa kesana kemari bukan? Mungkin juga kita perlu membeli sesuatu yang hanya dijual di kota lain. Atau di kota kita ada produk yang menarik yang sedang menawarkan harga promo, apalagi selama pandemi. Burger King saja dijastipkan, Pizza Hut/Domino, Roti O, sampai makanan-makanan khas daerah masing-masing. 

Kembali lagi produk makanan tetap dominan karena dalam kondisi bagaimanapun kita tetap butuh makan. Meski produk non makanan juga banyak sekali yang bisa dijastipkan. Peralatan rumah tangga/dapur alias houseware kerennya, apalagi brand tertentu saat sale, laris diminati pembeli. Sepatu, tas, baju dan produk fashion lain, selama pandemi banting harga demi menutup penjualan sedangkan mal dan pusat perbelanjaan lain yang sudah dibuka masih relatif sepi sampai saat ini. Ada banyak orang yang memilih jastip daripada berpayah-payah keluar rumah, berada di keramaian dan bertemu banyak orang, dengan maksud mengurangi resiko terpapar virus.

7. Produk Fashion Tertentu


Apapun, yang sedang sale, yang biasanya menggoda iman para konsumen, yang jenamanya menimbulkan addict pengguna, tidak surut dinanti pembeli. Apalagi selama harus stay at home, salah satu hiburan kita adalah cuci mata produk-produk fashion. Jemari kita pasti gatal klik-klik dan check out. 

Terpikirkan tidak, untuk membuat atau menjual tas berbahan kain yang keren & fashionable, yang setelah dipakai bepergian bisa langsung dicuci ? Jangan lupakan alas kaki dengan bahan yang sama ya.

8. Jasa Reparasi Produk Tertentu

Barang rusak tidak mengenal pandemi. Entah elektronik, peralatan masak, sampai barang-barang fashion kita. Bahkan permak baju pun kadang kita butuhkan. Tonjolkan kelebihan kita misalnya menawarkan jasa secara daring dan jemput bola, pasti disambut antusias. Tambahkan dengan  layanan purna service. 

Selama WFH, banyak rumah membutuhkan service AC, komputer, sampai kompor karena semuanya digunakan lebih optimal selama pandemi. Koleksi jam tangan rusak atau sekedar butuh ganti batere, tapi tak berani ke mal ? Itu juga yang saya alami, selain akhirnya saya kepikiran untuk service tas dan sepatu.

9. Laundry

Ini sih tidak perlu dibahas. Dituliskan disini hanya sekedar untuk mengingatkan, bahwa kita tidak mungkin tidak mencuci baju sampai berhari-hari. Apalagi kebersihan jadi tuntutan pada kondisi saat ini. Anjuran yang sering kita baca, ganti dan cuci baju setiap selesai keluar rumah. 

Ohya, terpikirkan tidak, menggencarkan tawaran cuci tas, sepatu, korden, sprei dan lainnya ? Biasanya produk-produk ini luput dari perhatian penggunanya, karena mereka lebih rutin mencuci pakaian. Dengan pendekatan marketing bernuansa pandemi, bisa kok menarik lebih banyak konsumen, selain metode jemput bola tentunya.

Sumber : pribadi by canva
Sumber : pribadi by canva

10. Bimbel / Kursus Online

Hampir tiap hari di timeline medsos atau grup-grup terbaca keluhan ibu-ibu yang harus menjadi guru bagi anak-anaknya yang School From Home. Anak-anaknya pun tak kalah gelisahnya didampingi emak-emak mereka yang sabarnya sudah kering. 

Selain itu, waktu luang bagi anak-anak bertambah, karena jam belajar di rumah dan sekolah tidak sama. Anak-anak tentu butuh kegiatan extra misal kursus bahasa, menulis cerita, robotic atau kursus lain bagi orang dewasa, menggantikan seminar dan short course tatap muka. Kenapa tidak mengambil peluang ini ? Tentunya dengan metode daring, misal lewat video call WA, zoom meeting atau goole meet.

11. Perlengkapan Kesehatan


Harusnya ini diletakkan di nomor urut satu ya. Lihat saja sejak awal covid merebak di negara kita, kebutuhan terhadap alat perilindungan diri (APD) melonjak luar biasa, hingga item-item tertentu melonjak gila-gilaan harganya  dan sempat langka pula. Hingga membuka peluang bagi banyak pihak untuk turut memproduksi dan menjual. 

Produk seperti masker, hand sanitizer, bahan-bahan desinfektan, sabun cuci tangan, faceshield dan perangkat cuci tangan portabel  masih menjadi kebutuhan yang tinggi bagi banyak orang. Sebagaimana masker, peluangnya masih besar. Dengan kreatifitas dan kejelian menangkap pasar masih akan bertumbuh usaha sejenis atau malah akan memunculkan peralatan/perlengkapan baru yang sebelumnya mungkin tidak tersedia di pasaran.

Coba saja perhatikan, industri hand sanitizer sudah memunculkan jenama-jenama baru dengan varian yang lebih beraneka, masih ditambah variatifnya produk masker hingga pengguna tak hanya mengedepankan sisi proteksi semata namun juga unsur gaya. Begitu juga dengan face shield, sudah mengalami inovasi yang cukup cepat terkait bahan dan model dalam beberapa bulan terakhir.

 
Apakah ini usaha musiman ? Ngga juga, pada dasarnya item-item tersebut dibutuhkan dari sebelum pandemi, nyaris tidak ada yang benar-benar produk baru. Bila memang kita sangat peduli dengan kebersihan & kesehatan maka seterusnya akan kita butuhkan sekalipun Covid-19 sudah lenyap sepenuhnya.

12. Jasa Pekerjaan Rumah Tangga

Kebanyakan ibu bekerja di Indonesia Indonesia membutuhkan tenaga Asisten Rumah Tangga (ART). Gengsi ya? Kesannya pekerjaan kasar. Itulah mental block kita, padahal di luar negeri jasa pengurusan rumah tangga itu pekerjaan keren. Terlebih meskipun PHK merajalela, banyak usaha yang tutup, angka pencari kerja bertambah selama pandemi, ternyata mencari tenaga asisten rumah tangga yang bisa bekerja tetap masih sulit. Sebuah peluang bukan?

Keistimewaan apa yang bisa kita tawarkan sebagai nilai tambah? Komitmen dalam menjaga kebersihan diri & kecermatan mengerjakan pekerjaan rumah konsumen. Terapkan SOP pencegahan penyakit sehingga pengguna jasa merasa aman & nyaman, sekalipun anda menghabiskan waku berjam-jam di rumah mereka. Entah sekedar melakukan pembersihan rumah, peralatan & baju yang mereka pakai, memasak, bahkan mengasuh anak mereka. ART profesional istilahnya.

 Bagaimana, apa anda memiliki ide yang lebih brillian lagi?

Kalau anda ingin belajar jadi pengusaha sukses, bertanyalah pada pedagang; kalau anda ingin tahu peluang usaha yang dicari banyak konsumen, bertanyalah pada pembeli

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun