Mohon tunggu...
Ainur Rohim
Ainur Rohim Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Top Down or Bottom Up", Sistem atau Manusia?

6 Februari 2018   17:11 Diperbarui: 6 Februari 2018   18:03 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Senin (05/02), pesantren mahasiswa al-Iqbal (pesma) mencoba mengenali sistem perjuangan Hizbut Tahrir (HT). Untuk melakukan itu pesma memulai dengan mengkaji banyak hal dari HT, mulai dari mengenal apa itu HT kemudian siapa pendiri HT, dan bagaimana ideologi  HT.

Pengkajian untuk pengenalan HT dilakukan pesma dengan dipandu oleh ustadz Nur Hadi yang berasal dari Aswajah Center Surabaya. Ustadz Nur Hadi memandu kajian berdasarkan warisan-warisan yang ada dari waktu sebelumnya seperti al-Qur'an, hadits, dan kitab-kitab karangan para ulama'. Semua warisan itu digunakan sebagai keterangan yang nyata (al-Bayyinah) untuk menjadi bukti dan atau bantahan terhadap HT.

Ustadz Nur Hadi mengawali kajian pengenalan HT dengan penjelasan apa itu HT. Dijelaskan oleh ustadz Nur Hadi bahwa HT adalah partai politik islam yang membangun paham-paham keislaman dan aturannya, dan menyebarkan pada orang banyak, serta berusaha mendirikan khilafah. Selanjutnya dijelaskan bahwa HT didirikan oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani pada tahun 1952 M di Palestina. Syekh Taqiyuddin an-Nabhani adalah cucu dari Syekh Yusuf an-Nabhani, namun keduanya memiliki jalan perjuangan yang berbeda. Syekh Yusuf an-Nabhani berjuang bersama para ulama' aswaja dan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani lebih memilih memulai perjuangan baru dengan mendirikan HT.

Kajian dilanjutkan dengan pembahasan ideologi HT. HT memiliki ideologi (pemikiran) yang berbeda dengan pemikiran aswaja. Pemikiran yang berbeda itu adalah sebagai berikut :

  • Ingkar terhadap ta'wil
  • Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ta'wil adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur'an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu. Namun, HT tidak mau menta'wil arti dan hanya mengartikan berdasarkan arti yang sesuai kaidah bahasa arab. Seperti contoh kata yadullah. Yadullahdiartikan oleh HT sebagai tangan Allah, berbeda dengan aswaja yang mengartikan dengan ta'wil yadullahsebagai kekuasaan Allah.
  • Menggangap sesat kaum muslimin tentang qadha dan qadar. Anggapan itu terdapat dalam kitab ad-Dasusiyah karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani. Anggapan lain yang berhubungan dengan anggapan tersebut adalah anggapan bahwa perbuatan manusia tidak ada hubungannya dengan qadha dan qadar.
  • Konsep ishmah
  • Ishmah merupakan terjaganya para nabi dari melakukan hal-hal yang berdosa. Terkait ishmah ini HT memiliki pandangan bahwa ishmahnya para nabi itu hanya setelah diangkat menjadi nabi hingga akhir hayat. Sedangkan menurut aswaja, ishmahnya para nabi itu mulai dari lahir sampai meninggal dunia.

Kini masuk pada tujuan memelajari HT yakni untuk mengenal sistem perjuangannya dan ini merupakan akhir dari kajian malam itu. Dijelaskan oleh ustadz Nur Hadi bahwa startperjuangan HT berasal dari sistem atau dapat disebut Top down yang berarti HT memulai perjuangannya dengan mengkritisi atau bahkan menggulingkan pemerintah (ulil 'amri) yang berwenang di suatu negara. Padahal kalau dilihat dari sisi yang lain ada yang lebih penting yakni manusia (individu) atau bottom up, karena dalam sistem tentu ada pergantian dan itu berarti bahwa ulil 'amriyang kurang baik akan digantikan ketika habis masa jabatannya. Kemudian dengan membangun individu juga dapat diperoleh kemungkinan individu yang baik itu akan menggantikan yang kurang baik. Lebih jauh lagi, perjuangan dengan startsistem kalau individu (yang lain) buruk akan lebih memakan banyak waktu untuk perbaikan. Tapi bagaimanapun keduanya masih sama-sama dibutuhkan dalam kondisi atau keadaan tertentu. Jadi ? bottom up atau top down ? sistem atau manusia ? atau bahkan keduanya ?  Mari bersama lebih jernih memahami keadaan sehingga apapun pilihan yang diambil dapat menyelesaikan masalah bukan malah memambah masalah. Bismillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun