Mohon tunggu...
Aiman Witjaksono
Aiman Witjaksono Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan TV

So Called Journalist

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sinyal dari Korban Anak Pelaku Teror

27 Mei 2018   17:00 Diperbarui: 27 Mei 2018   19:40 2738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu saya coba menganalisa, jika ia tidak ada rencana pindah sekolah, tentu menjadi janggal, karena tulisan itu menunjukkan ia tidak akan meninggalkan sekolahnya, padahal ia pun masih kelas 11, bukan kelas 12 yang hendak lulus. Mungkinkah ada tekanan batin yang terjadi, padanya karena sebuah paksaan dari luar untuk meninggalkan sekolahnya. Setidaknya foto itu tercatat dalam unggahan di media sosialnya, pada 3 februari 2018, alias 3 bulan sebelum kejadian.

Satu-Satunya Korban Hidup, Sebatang Kara

Salah satu yang juga menjadi perhatian adalah korban anak pelaku terduga teroris di kantor Polrestabes Surabaya, Jawa Timur yang berusia 8 tahun. Ia menjadi satu-satunya korban hidup.

Ayahnya yang membonceng motor kala itu, ia duduk dibagian depan, di kursi motor bagian belakang duduk kakaknya. Diduga bom diletakan di antara ayah dan kakaknya. Sehingga sang anak perempuan 8 tahun ini tidak mengalami luka parah karena terhalang oleh tubuh ayahnya yang tak utuh, seperti juga kakaknya di kursi belakang.

Penyelamatan Heroik AKBP Roni di Kantor Polisi

Sementara, sang ibu bersama dengan kakak laki-lakinya yang lain, ada di motor belakang, yang juga diletakkan bom jenis TATP (Triacetone Triperoxide) yang sering digunakan kelompok ISIS dan disebut Mother of Satan, karena bentuknya kecil namun ledakannya tergolong High Explosive alias berdaya ledak tinggi. 

Sang ibu dan kakak laki-lakinya juga tewas seketika, lagi-lagi jasadnya tak utuh. Sang bocah yang selamat ini, sesaat setelah kejadian dilihat oleh AKBP Roni Faisal.

Kepada saya diungkapkannya, AKBP Roni awalnya melihat jasad masih bergerak, dan seketika Roni memintanya untuk berdiri.

Setelah berdiri, nurani Polisi yang bertugas Sebagai Kepala Satuan Anti Narkoba Polrestabes Surabaya, Jawa Timur  ini tergerak. Ia memastikan, bahwa korban masih hidup dan sungguh ia butuh pertolongan. 

Ayah tiga anak, yang juga memiliki anak se-usia korban, pernah bertugas di Satuan Gegana, Brimob dan bertugas saat Darurat Militer di Aceh selama beberapa tahun sejak 2013, sesungguhnya sadar. Apa yang dilakukannya menyalahi prosedur. Bisa saja, saat itu masih ada bom, dan bukan tidak mungkin meledak, karena situasi yang chaos dan suhu yang masih cukup tinggi kala itu, katanya. 

Tapi ia tak kuasa melihat sang korban berjalan sempoyongan, sungguh butuh pertolongan. Kepada saya secara eksklusif dan tayang pada Senin (21/5) di Program AIMAN di KompasTV, ia menyatakan, benar saja, bahwa masih ada satu bom yang belum meledak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun