Sore itu, dalam selebaran tertulis Forum Masyarakat Jakarta Utara akan berunjuk rasa menentang keberadaan Hotel Alexis, yang disebut-sebut terdapat dugaan praktik prostitusi. Jumlahnya tak tanggung tanggung, 1000 orang dari 50 organisasi massa. Tapi beberapa jam ditunggu, unjuk rasa tak kunjung ada. Entah mengapa...
Demo yang batal entah mengapa
Saya mendatangi kawasan Pademangan, Jakarta Utara Kamis (19/10) lalu. Unjuk rasa seharusnya digelar pukul 2 siang, persis yang tertera di selebaran. Tetapi nyaris 2 jam saya menunggu bersama tim, tak juga tampak tanda -- tanda pengunjuk rasa datang. Tim Aiman pun mencoba menelpon Koordinator Lapangan (korlap) unjuk rasa. Beberapa kali di hubungi, HP-nya tidak tersambung. Kami pun memutuskan untuk mendekat ke hotel yang berseberangan dengan taman wisata Ancol.
Mencoba masuk ke komplek Alexis
Saya mulai berjalan kaki dari seberang kali, menuju hotel. Sepanjang perjalanan saya melihat ada banyak sekali "preman" yang berjaga-jaga di sekitar komplek tempat Hotel Alexis berada. Saya terus berjalan sambil melihat suasana sekitar. Sampailah saya persis di depan hotel. Saya disambut empat orang petugas keamanan. Satu orang, yang menolak saat saya tanya namanya mendekat. Sepertinya ia adalah pimpinan regu.
Berbadan tegap dan berwajah garang, orang ini meminta saya mematikan kamera. Saya pun mulai bertanya kepadanya, perihal unjuk rasa. Ia mengaku tidak tahu. Seraya saya bertanya mengapa pengamanan begitu ketat dan banyak dilakukan oleh para preman? Ia mengatakan bahwa pengamanan di sini sehari-hari memang seperti itu.Â
Saya pun diantarkan olehnya ke petugas Hubungan Masyarakat (Humas) hotel ini. Saya diantarkan berjalan kaki mengelilingi komplek hotel di bagian luar. Lagi-lagi saya melihat sekeliling saya dipenuhi oleh orang orang berpakaian preman yang berjaga-jaga. Sebagian di antaranya berwajah wilayah Indonesia Timur.
Masuk ke komplek Alexis
Saya kemudian tiba dan masuk ke dalam komplek hotel. Saya diantarkan ke ruangan petugas Humas tersebut. Lalu saya mendapatkan ruangan kecil yang penuh dengan asap rokok. Di dindingnya terpampang foto perwira tinggi mantan dan pejabat aktif polisi dari masa ke masa. Dari kualitas fotonya, saya menduga foto didapat dari cetakan yang dibuatnya sendiri. Sayang, petugas Humas tidak bersedia saya wawancara. Hanya ia menjelaskan bahwa tidak ada praktik prostitusi di hotel ini.
Saya pun keluar komplek dan dalam perjalanannya menemui kembali puluhan pemuda berpakaian preman di sekitar komplek hotel. Justru petugas keamanan TNI-Polri, hanya tampak beberapa orang saja. Mereka menjaga jika ada unjuk rasa tiba tiba datang, agar tetap berlangsung tertib dan tidak merugikan warga lain di kawasan itu, termasuk lalu lintasnya.
Hotel Alexis memang bukan ujuk-ujuk menjadi bahasan. Sebelumnya saat debat pertama pada musim pilkada lalu pada 13 Januari 2017, Anies Baswedan yang masih berstatus Cagub kala itu, memberikan serangan pada pasangan petahana Ahok-Djarot, dengan mengungkapkan: "Soal penggusuran tegas, tapi soal Prostitusi, Alexis lemah. Kami akan bersikap tegas soal ini." Sejak inilah, Alexis menjadi topik utama yang semakin dibahas hangat, terlebih pada pekan pertama Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, menjabat. Bukan merupakan program kerja, tapi sebagai fakta, bahwa "ketegasan" terhadap Alexis adalah sebuah produk janji kampanye, yang juga ditunggu publik.
Ada lagi yang paling ditunggu masyarakat, setidaknya berdasarkan hasil riset Litbang Kompas. Rumah dengan uang muka 0 rupiah. Untuk mendapatkan syarat Uang Muka 0 Rupiah, yang ditalangi oleh pemkot dan dicicil oleh warga peserta. Maka harga rumah yang sempat disampaikan pihak Anies-Sandi, adalah rumah dengan harga 300 juta rupiah atau kurang. Pertanyaannya, adakah rumah seharga itu di Jakarta. Bahkan lokasinya di Pusat Kota Jakarta. Ada!
Saya Aiman Witjaksono
Salam.