Hatinya terasa sunyi. Pikirannya enggan menyentuh kenyataan. Hal itu tergambar dari sorot kedua mata yang kosong menyaksikan prosesi pemakaman di hadapannya.
"Seandainya saja," gumamnya berulang. Emosinya memuncak.
"JANGAN PERGI! JANGAN TINGGALKAN AKU! SEANDAINYA SAJA WAKTU TERULANG LAGI, AKU AKAN MENYELAMATKANMU!" Ia menangis dengan sangat menyedihkan. Orang-orang segera menahan tubuhnya yang bersimpuh ke tanah, membawa laki-laki itu menjauh dari lokasi pemakaman.
Dia bernama Andrew. Seorang pengusaha sukses berusia tiga puluh tahun yang kehilangan kekasihnya. Malam itu, Andrew seharusnya mengantar pulang Zeta usai menghadiri jamuan makan. Namun karena ada urusan mendadak, Zeta akhirnya pulang sendirian dan kecelakaan pun terjadi.
"Aku akan menyelamatkanmu. Aku ingin waktu terputar kembali. Biarkan aku memutar waktu dan menyelamatkannya," lirih Andrew di sela tangisan hingga dirinya terlelap.
"Andrew, bangun! Ayam sudah berkokok dari tadi, tapi kamu masih sembunyi di balik selimut seperti ini. Apa kau tidak takut jika rezekimu direbut oleh ayam-ayam itu?"
Andrew familiar dengan suara tersebut. Perlahan ia membuka mata. Seketika itu pula ia tertegun, sebab perempuan yang ada di hadapannya adalah Zeta.
Zeta tersenyum manis seraya menarik lengan Andrew agar bangkit dari tidurnya. "Segeralah bersiap! Kamu ada rapat dua jam lagi hingga sore. Setelah itu, kita akan menghadiri jamuan makan dengan Mr. Enderson."
"Hah?"
"Hah? Jangan berlagak lupa, itu sudah basi untukku. Aku beri waktu tiga puluh menit, jika masih belum siap juga, dengan sangat terpaksa aku akan mengundurkan diri menjadi sekretarismu." Zeta meninggalkan kamar Andrew, membiarkan lelaki tersebut berkutat dengan tanda tanya.
Andrew mengambil handphone. Kebingungannya semakin pekat ketika mendapati tanggal yang tertera di layar adalah hari di mana Zeta meninggalkan dunia.