Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Latata

1 November 2020   14:15 Diperbarui: 1 November 2020   14:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria bersurai perak mengernyitkan dahi, lalu tersenyum manis, “Kau tidak tahu?” Latata segera menggeleng. Pria itu berpura-pura seakan baru saja menghela napas.

“Kau ada di zona peralihan, Latata. Kamu mati tenggelam. Oh, tidak, tepatnya kau mengakhiri hidupmu dengan menenggelamkan diri ke sungai.” Pria bersurai perak melipat kedua tangan. “Pasti kehidupanmu sungguh berat, sehingga membuatmu memutuskan demikian. Aku turut bersedih.”

Latata tersenyum kecut.

“Nah, karena kau sudah ada di sini, mari kita lupakan kehidupanmu yang sebelumnya dan membahas kehidupan selanjutnya untukmu.” Pria itu mendudukkan diri di hadapan Latata.

“Maksudnya?”

Reinkarnasi. Karena selama kau hidup, kamu selalu berkelakuan baik, Dewa menganugerahkan padamu kehidupan baru.” Si pria mendekat pada Latata dan berbisik, “Kau bisa memilih kehidupanmu kali ini, menarik, bukan?”

“Bagaimana dengan orangtuaku? Apa mereka menyesal? Aku mengakhiri nyawaku karena ingin mereka menyesal telah mengekangku selama ini. Juga ingin membuat orang-orang yang berbicara buruk tentangku merasa bersalah.”

Mendengar itu, pria perak tertawa. “Kau mengakhiri hidupmu karena menginginkan hal remeh itu?”

Latata mengangguk mantap. “Mereka menyesal?”

Pria bersurai perak menggeleng. “Kematianmu menjadi buah bibir warga desa Aera. Sangat jauh dari ekspektasimu. Sekali lagi, Aku turut bersedih.” Latata memicingkan mata, merasa tidak percaya. Hingga detik berikutnya, satu sisi berwarna putih itu berubah seperti layar televisi yang menampilkan warga desa Aera tengah berkerumun membicarakan kematian Latata. Mereka menduga banyak hal.

Latata melebarkan kedua manik berliannya, merasa tidak percaya dengan isi percakapan itu. Semua yang mereka bicarakan terlalu jauh dari kata mengekang. Warga desa, kerabat bahkan orangtuanya menduga jika ia mengakhiri hidup karena terlampau malu dengan prestasinya. Ada yang berpendapat bahwa Latata tidak sengaja terpeleset dan jatuh ke sungai. Bahkan ada yang menduga ia telah dibunuh oleh pengagum rahasia. Sebab itu, mereka sepakat untuk mengadakan sayembara. Bagi siapa saja yang berhasil mengungkap kematian Latata, akan diberikan hadiah satu peti emas. Sungguh luarbiasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun