Mohon tunggu...
Ailsa Iftinah
Ailsa Iftinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

keep it up.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Media Sosial TikTok terhadap Perilaku Remaja

9 April 2021   13:53 Diperbarui: 9 April 2021   14:53 14095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial merupakan wadah yang mampu memfasilitasi berbagai bentuk komunikasi dan penyebaran berbagai jenis informasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan media sosial, siapa pun dapat berkomunikasi dan berbagi informasi dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat.

Media sosial memberi kesempatan remaja untuk mengidentifikasi dengan pengguna lain yang memiliki minat serupa, tetapi juga menawarkan perbandingan dengan pengguna lain. Perbandingan ini lazim di semua generasi remaja, tetapi pada tingkat tertentu menjadi lebih anonim di media sosial. Karena identifikasi memiliki peran dalam perkembangan anak muda, media sosial menawarkan hal ini tanpa perlu interaksi langsung. 

Studi telah meneliti penggunaan media sosial dan selain menghabiskan waktu, hiburan, dan pencarian informasi, pencarian interpersonal / interaktif merupakan pencarian utama yang dilakukan oleh remaja dan dewasa muda. Penelitian telah menemukan bahwa di antara kelompok anak muda yang menggunakan media sosial, alasan penggunaan platform ini adalah untuk mengatasi kekurangan yang dirasakan dalam diri mereka.

Sejumlah besar penelitian dan studi telah dilakukan untuk memahami mengapa TikTok mendapatkan perhatian besar-besaran secara tiba-tiba dan pengaruhnya terhadap generasi muda. Studi ini penting dilakukan agar kami dapat meningkatkan perspektif fungsional dan perspektif pengguna aplikasi ini. 

Platform ini juga sangat menyediakan preferensi pengguna yang sering mengakibatkan penyalahgunaan fitur dan vulgarisasi konten. Ada konten yang mengganggu, tidak adanya pedoman nilai yang efektif dan tepat. Konten tersebut tampaknya terstandarisasi dan beberapa bagian konten mengandung pelanggaran. Teori yang berpusat pada pengguna yang dengan mudah memvalidasi teori "penggunaan dan kepuasan".

Jika hanya berdasarkan "kepuasan" dan tidak ada "tuntunan" maka seluruh fungsinya akan rusak. Di India, khususnya TikTok telah menjadi perhatian utama yang mengarah pada pelarangan aplikasi karena konten dan pornografi yang tidak pantas. Lebih banyak tindakan harus diambil untuk melindungi pengguna dari penyalahgunaan, privasi mereka dan keamanan digital. Hal itu juga harus memungkinkan pengguna untuk melaporkan konten yang tidak pantas dan melanggar pedoman komunitas. Hal ini juga akan membantu orang tua untuk mengenali dampak negatif dari aplikasi yang berfokus pada gambar tersebut terhadap anak-anak dan mencerahkan remaja untuk lebih waspada saat menggunakan aplikasi.

Dalam aspek pengaturan privasi, sebagian besar mengklaim bahwa aplikasi tersebut cukup aman dengan undang-undang baru yang diterapkan pasca larangan aplikasi di India. Sedangkan untuk anak di bawah umur, tidak aman dengan kontennya yang sangat menjurus dan vulgar. Dua dari orang yang diwawancarai mengatakan bahwa anak-anak perlu dipantau di aplikasi karena "usia hanyalah angka".

Dari segi rasa percaya diri, dukungan sosial dari orang tua tersebut berupa pemahaman, informasi, atau antusiasme yang ditunjukkan kepada anak tentang rasa percaya diri. Menurutnya, ada kemungkinan kuat bahwa anak akan mengembangkan harga diri yang kuat sebagai hasil dari proses komunikasi yang terjadi antara anak dan orang tua. Seseorang menghadapi berbagai macam tantangan dalam hidupnya. Tidak menutup kemungkinan adanya inferiority complex dalam benak seseorang dengan keyakinan ini dapat mengantisipasi seseorang dari merendahkan dirinya dan melakukan segalanya dengan baik, dan tentunya hal ini sangat mempengaruhi perilaku para remaja.

Penggunaan aplikasi TikTok berdampak pada pengembangan rasa percaya diri remaja. Penggunaan aplikasi TikTok yang meluas di kalangan remaja di bawah usia 18 tahun tidak mengakibatkan kemapanan maupun pemikirannya. Berdasarkan penelitian pendahuluan, peneliti mewawancarai tiga orang di Lacquer, termasuk guru, anggota masyarakat, dan orang tua siswa remaja. Dan hal ini juga mempengaruhi prestasi belajar merupakan hasil akhir dari suatu proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran digabungkan dengan penggunaan media sosial Tiktok yang berlebihan, hal itu menjadi sangat mengganggu. Hasilnya, prestasi akademik siswa di bawah standar.

Sumber :

All about TikTok, the Chinese app in the eye of a storm in India. (2019, April 5). The Economic Times. Retrieved from https://economictimes.indiatimes.com/te ch/software/all-about-tiktok-the-chinese- app-in-the-eye-of-a-storm-in- india/articleshow/68739941.cms

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun