Energi memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, mendukung berbagai aktivitas dan kebutuhan manusia. Pemenuhan kebutuhan dasar seperti pemanasan dan penerangan juga menggunakan energi. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi modern juga membutuhkan energi. Tanpa energi, banyak aspek kehidupan kita akan sulit berfungsi. Suatu negara sudah pasti akan menghadapi kesulitan jika mengalami krisis energi,mengingat betapa krusialnya hal ini. Keberlangsungan kehidupan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat juga didukung dengan adanya ketersediaan energi. Namun apa yang terjadi jika terjadi krisis energi tersebut di sebuah negara?. Hal ini sudah dialami oleh Laos sejak awal tahun 2022.
Laos mulai mengalami krisis energi, terutama bahan bakar sejak awal 2022. Pada bulan Mei 2022. negara ini mengalami kekurangan bahan bakar yang parah, di mana Laos membutuhkan sekitar 120 juta liter bahan bakar perbulan namun hanya mampu mengimpor 20 juta liter. Â Ini jelas menunjukkan adanya ketidakseimbangan yang signifikan dalam pasokan energi. Krisis energi di Laos disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan yaitu:
1. Â Nilai Mata Uang yang menurun
Nilai mata uang  Laos, Kip. mengalami penurunan 30% sejak September 2021yang membuat negara ini harus membayar biaya impor lebih tinggi. Hal ini tentunya mempengaruhi kemampuan negara untuk memenuhi kebutuhan energi.
2.Kurangnya Cadangan Devisa
Cadangan devisa yang tidak mencukupi membuat Laos kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar yang mengakibatkan kelangkaan di SPBU.
3. Lonjakan Harga Minyak Global
Akibat dari perang Rusia-Ukraina, harga minyak global pun ikut naik. tentunya ini menambah beban bagi Laos.
4. Tumpukan Utang
Utang Laos yang sangat tinggi hingga mencapai 13,8 Miliar pada akhir tahun 2023 bahkan mewakili lebih dari 100% Produk Domestik Bruto (PDB) Â nya. Sebagian besar hutang berasal dari pinjaman proyek infrastruktur energi yang belum memberikan hasil timbal balik.
5. Dampak Pandemi Covid-19
Pandemi juga turut serta dalam memperburuk situasi ekonomi Laos, menyebabkan inflasi membengkak hingga 26% dan memperlambat sektor ekonomi secara keseluruhan.
Dampak dari krisis energi nyatanya banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari. Banyak usaha kecil bahkan terpaksa tutup karena biaya operasionalnya meningkat dan kebanyakan orang kembali pada pertanian yang lebih subsisten untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Hal ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus
Pemerintah Laos pun telah mengambil beberapa langkah untuk menangani krisis ini seperti pemotongan pajak atas bensin dari 31% ke 16% untuk meringankan beban masyarakat. Selain itu, pemerintah juga berusaha mendapatkan pasokan bahan bakar alternatif dari negara lain seperti Rusia.
Kolaborasi internasional juga diharapkan dalam menangani krisis energi di Laos. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat dilakukan ialah melalui ASEAN Energy Cooperation, di mana negara-negara anggota dapat berbagi teknologi dan praktik terbaik dalam pengembangan energi terbarukan. Selain itu, dukungan dari organisasi internasional seperti International Energy Agency (IEA) juga krusial karena mereka dapat menyediakan data dan rekomendasi kebijakan yang berkelanjutan. Transfer teknologi dari negara-negara maju ke Laos tentunya akan membantu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan energi terbarukan. Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan dapat menciptakan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam menangani krisis di Laos dan negara-negara lain, serta berkontribusi pada stabilitas energi global secar keseluruhan
Teori konstruktivisme memberikan perspektif yang berguna untuk memahami dinamika krisis energi yang dihadapi Laos. Konstruktivisme, seperti yang dijelaskan oleh Alexander Wendt, berfokus pada bagaimana identitas, norma, dan interaksi sosial membentuk perilaku negara. Dalam konteks krisis energi, identitas Laos sebagai negara yang memiliki potensi besar dalam energi terbarukan dapat memengaruhi kepentingan dan tindakan negara tersebut dalam mencari solusi atas masalah energi. Laos juga dapat mengembangkan identitas negara mereka dengan negara-negara ASEAN lainnya di dalam kolaborasi internasional melalui ASEAN Energy Cooperation. Laos juga dapat beradaptasi dengan norma-norma internasional yang mendorong penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi. Dengan menginternalisasi norma-norma ini Laos tidak hanya dapat mengatasi masalah energinya tetapi juga  berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi karbon
Referensi:
Krisis Energi di Asean, Tetangga RI Mau Beli Minyak Rusia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H