Dalam era globalisasi modern, negara-negara maju telah berhasil menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas tinggi, sehingga generasi masa depannya siap menghadapi tantangan dunia internasional. Namun, apakah hal serupa sudah tercapai di Indonesia? Jawaban pastinya adalah belum sepenuhnya. Meskipun kita telah menemukan kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, namun sistem pendidikan kita masih jauh dari harapan.
1. Akses Pendidikan yang Terbatas
Salah satu permasalahan besar dalam sistem pendidikan kita adalah akses pendidikan yang masih sangat terbatas. Banyak anak-anak yang tidak memiliki kesempatan untuk sekolah karena alasan finansial, geografis, ataupun sosial. Di daerah-daerah pedesaan, misalnya, banyak sekali anak-anak yang harus rela putus sekolah karena jalan menuju sekolah yang panjang dan melelahkan, bukan hanya itu saja, ada juga yang harus bekerja untuk membantu keluarga demi hidup sehari-hari.
2. Mutu Pendidikan Rendah
Mutu pendidikan kita masih rendah dibanding negara-negara maju. Hal ini tercermin dari hasil tes internasional seperti TOEFL, IELTS, SAT, dan lain-lain. Siswa-siswi kita cenderung sulit dalam menguasai materi akademik dasar seperti matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Selain itu, kurikulum yang digunakan pun masih ketinggalan zaman dan kurang relevan dengan kebutuhan masa depan.
3. Relevansi Kurikulum yang Kurang
Relevansi kurikulum sekolah dasar sampai perguruan tinggi masih menjadi salah satu permasalahan besar. Materi yang diajar seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja. Misalnya saja mata kuliah ekonomi makro yang jarang dimanfaatkan di lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan siswa-siswi kita tidak siap menghadapi realita hidup setelah lulus kuliah.
4. Efektifitas Pembelajaran yang Kurang Optimal
Efektifitas pembelajaran juga menjadi masalah serius. Metode belajar yang monoton dan kurang interaktif membuat siswa bosan dan tidak mau belajar. Guru-guru pun kadang-kadang tidak memiliki motivasi yang kuat untuk mengajar karena kurangnya insentif dan dukungan administratif. Belum lagi soal fasilitas belajar yang minim, mulai dari kurangnya buku pelajaran, alat-alat laboratorium yang rusak, hingga ruang kelas yang sempit.
5. Kesempatan Pemerataan Penddidikan yang Rendah
Terakhir tapi tidak kalah pentingnya adalah kesempatan pemerataan pendidikan yang rendah. Anak-anak dari keluarga miskin tidak memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak dari keluarga kaya untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini tercermin dari biaya kuliah mahal yang membuat banyak orang tua harus berjuang demi biaya kuliah anaknya sendiri.