Mohon tunggu...
Ailsa Fathir Humaira
Ailsa Fathir Humaira Mohon Tunggu... -

Menulis, Menulis, dan Menulis = Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lumpur Hitam

17 Desember 2012   03:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:31 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1355715620682200059

Sudah bulat niatku untuk mengunjungi sekaligus meminta ‘Jimat’ kepada Mbah Darmo. Walau sebenarnya semua orang yang ada dirumahku sudah melarang untuk meminta apapun kepada Mbah Darmo, Ia adalah Dukun ‘profesional’ kampung sebelah. Sudah banyak dikampung kami yang mencoba ber ‘konsultasi’ atau meminta ‘jimat’ ‘pelet’ dan sebagainya.

SebenarnyaAku sedikit takut, takut jika Bapak tau kalau Aku mengunjungi Mbah Darmo. Waktu itu Bapak pernah marah besar saat Aku pertama kali hendak mengunjungi Mbah Darmo.

***

“Itu Syirik! Syirik! Menyekutukan Allah! Dan Kamu tau itu adalah Dosa! Dosa Din! Dosa yang tak akan di ampuni! Kalau sampai kamu melakukan hal itu, Bapak tidak akan Ridho dunia akhirat!” Gertak Bapak

Aku menunduk, takut.Bila Bapak sudah marah besar sepeti itu.

***

Aku tidak akan memberi tau Bapak soal ini, pasti bapak akan marah besar jika tau Aku pergi ketempat Mbah Darmo. Ya, Bapak adalah orang yang tidak pernah setuju jika anaknya meminta pertolongan atau apapun kepada Dukun ataupun Paranormal dan semacamnya.

Pagi ini setelah sarapan, Aku pamit kepada Bapak untuk tanding Bola di kampung sebelah, Sebenarnya tidak hanya Tanding Bola, Aku hari ini ingin mengunjungi Mbah Darmo . Syukurlah... Bapak mengizinkan. Saat Aku tengah diambang pintu, Bapak berkata. Kata-kata yang membuatku tercengang.

“Din, Jangan sampai kau masuk kedalam lumpur hitam. Jangan sampai kau tergoda oleh syetan. Jangan sampai kau menyimpang jalan-NYA.” Kata Bapak pelan sambil menepuk-nepuk bahuku

“Maksud Bapak?” Tanyaku seolah-olah tidak mengerti apa maksud Bapak

“Bapak hanya mengingatkan Kamu, Bapak tidak ingin Kamu terjerumus dalam lumpur hitam. Bapak takut, umur Bapak tidak lama lagi. Lihatlah Bapakmu ini, sudah renta, sudah bau tanah.” Ucap Bapak seperti ‘tau’ kalau anaknya ini akan pergi mengunjungi Mbah Darmo

“Huss... Bapak bicara apa, Iya Pak. Aku berangkat dulu ya Pak. Assalamu’alaikum!” Seruku seraya menarik tangan Bapak dan mencium punggung tangannya. Dan langsung kuraih sepeda ontel tua milik Bapak.

“Waalaikumsalam” Jawab Bapak

***

Sepanjang jalan menuju kampung sebelah Aku terngiang-ngiang perkataan Bapak tadi. “Jangan sampai kau masuk kedalam lumpur hitam” “Lumpur Hitam” “LUMPUR HITAM!”

Braaak... “Astaghfirullah!” Aku menabrak pembatas jalan, mendadak konsentrasiku hilang ketika kata-kata itu tengiang-ngiang di benakku. Tiba-tiba saja Hatiku yang sudah bulat hendak mengunjungi Mbah Darmo, menjadi tidak ingin pergi kerumah dukun profesional itu.

Aku meringis kesakitan, langsung kubawa sepeda ketepi jalan. Kulihat ada mushola di samping kelurahan, ternyata sedang ada pengajian rutin bulanan. Saat hendak membersihkan luka kaki, Seorang bapak paruh baya yang selalu mejadi pengisi diacara pengajian bulanan mengatakan..

“Dengar lah Bapak Ibu yang hadir dalam acara pengajian ini, Mari kita simak Surat Yunus ayat 18 dan 28”

“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak pula memberi manfaat, dan mereka berkata ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kami dihadapan Allah’ Katakan lah ‘Apakah kamu akan memberi tau kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-NYA apa yang dilangit dan tidak pula yang di Bumi? Maha suci Allah dan Maha tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

“Dan ingatlah, pada hari ketika kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang yang mepersekutukankan Allah ‘Tetaplah ditempatmu, Kamu dan Para sekutumu. Lalu kami pisahkan mereka, ‘Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami’.”

“Usai sudah perjumpaan kita pada bulan ini, ada satu pesan yang saya ingin sampaikan. Jangan sampai kita terjerumus kedalam perbuatan yang berbau syirik. Bahkan berniat untuk melakukan hal itu pun jangan sampai pernah Terniatkan. Seperti misalnya, mempelajari ilmu santet, pelet, ilmu hitam. Atau menyembah selain Allah. Itu Lumpur Hitam! Lumpur Hitam, Jangan lupa ingatkan kepada Anak cucu kita, agar mereka tidak terjerumus. Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!”

Din langsung berbalik arah menuju rumahnya, perasaannya menjadi aneh. Ia merasa ada sesuatu yang telah terjadi.

***

“Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun! Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun! Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun! Telah berpulang kerahmatullah, saudara kita. Bapak Haji Badrun.”

“Ya allah!” Jerit Din ketika mendengar kabar tersebut, Ia tinggal 100 meter lagi menuju rumah.

Din mengucek matanya berkali-kali, Ia tidak salah lihat! Haji Badrun yang dimaksud adalah Bapaknya! Bendera kuning yang terpajang di depan rumah Din membuat suasana menjadi kelam, Din tersungkur. Air matanya tak dapat Ia bendung, Ia menangis sekencang-kencangnya. Ketika masuk kedalam rumah...

“Bapaaaaaaaak” Jerit Din

“Bapak, kenapa pergi?! Bapak, Aku tidak akan melakukan hal yang Bapak larang! Pak bangun Pak! Bangun!” .

***

“Pak, Tau tidak? Anakmu ini tidak pernah dan tidak akan pernah melakukan hal yang Bapak larang. Pak, ternyata kemarin pagi itu pembicaraan kita yang terakhir ya?” Kata Din sambil terisak, seraya mengusap air hangat yang mengalir.

Dikejauhan, seorang lelaki berpakaian serba putih yang tengah berdiri melihat Din tengah terisak diatas makamnya.

“Bapak yakin Nak, kau tidak akan melakukan perbuatan keji itu”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun