Membesarkan anak generasi digital memang banyak tantangannya. Bagaimana tidak? Saat ini, kita harus 'bersaing' dengan HP dan gadget lainnya untuk mendapatkan perhatian anak-anak.
Rasanya anak dan gadget sulit sekali dipisahkan. Sembari sarapan, mereka memainkan games Plants vs Zombies. Ketika ada acara keluarga, mereka menotnon Youtube. Lalu sebelum tidur, Youtube lagi yang dikunjungi. Bahkan di keluarga yang berkecukupan, tiap anak sudah punya iPad-nya masing-masing.
Mau mencoba membuat anak marah atau menangis? Mudah saja. Ambil gadget mereka. Saking ketergantungannya, mereka pasti akan mencoba untuk mendapatkan gadget itu kembali.
Lucu? Menurut saya, ini adalah fenomena yang ironis. Teknologi yang seharusnya membantu kehidupan manusia, justru memperbudak generasi muda Indonesia.
Memang apa salahnya menggunakan gadget?
Tidak, tidak salah. Gadget bisa memudahkan anak mendapatkan wawasan yang luas dan bermanfaat, itu benar. Namun, ketika penggunaannya berlebihan dan tidak diawasi, justru akan berdampak buruk pada anak, terlebih jika anak tersebut berusia kurang dari 5 tahun.
Lima tahun pertama merupakan masa yang paling kritis bagi perkembangan anak agar anak dapat tumbuh secara optimal. Mereka harus bisa mengeksplorasi lingkungannya dan mengasah keingintahuannya, baik lewat membaca atau bermain dengan permainan blok atau puzzle. Mereka seharusnya dapat mengembangkan kemampuan motoriknya dengan bergerak aktif. Usia dini seperti ini juga masa-masa dimana mereka belajar berinteraksi secara verbal dan nonverbal dengan orangtua atau pengasuh.
Semua hal ini mustahil didapatkan jika mereka menghabiskan banyak waktu di depan layar alat elektronik.
Ketika anak-anak menatap layar alat elektronik, maka mereka dapat melewatkan kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan kemampuan interpersonal, motorik, dan komunikasi. Mereka justru akan lebih sedenter dan tidak banyak bergerak aktif. Hanya duduk saja seharian. Padahal seharusnya anak-anak bisa bebas berlari kesana kemari dengan mengeksplorasi lingkungannya.
Akhirnya, perkembangan motorik mereka akan terhambat. Belum lagi interaksi mereka dengan orang tua atau caregiver akan semakin sedikit, sehingga akan semakin sulit bagi anak untuk mempelajari interaksi sosial verbal dan nonverbal.
Tidak percaya? Sekarang mari kita berhenti berasumsi dan melihat fakta yang ada.