Sikap sebagian orang yang melakukan segala cara demi mempertahankan pornografi dipandang sebagai tindakan yang tak bertanggung jawab. Hal itu dikemukakan oleh Nurul Hidayati, salah seorang penggiat Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia dalam wawancara melalui aplikasi Whatsapp dengan tim Media AILA pada Selasa (27/09) silam.
Pemikiran yang berusaha memandang pornografi dan kejahatan seksual secara dikotomis, menurut Nurul adalah keliru besar. Karena para pelaku biasanya terdorong untuk melakukan kejahatan lantaran telah kecanduan pornografi.
“Para ahli mengatakan bahwa orang yang terpapar pornografi akan mengalami kecanduan. Apabila telah kecanduan, ia akan masuk fase berikut yaitu desensitization atau kehilangan kepekaan terhadap kasus-kasus kejahatan seksual. Ia akan biasa-biasa saja melihat kasus perkosaan,” ungkapnya.
Tahap selanjutnya adalah perilaku kejahatan seksual itu sendiri. “Kehilangan kepekaan akan mendorong orang melakukan kejahatan seksual, dan kelompok yang paling rentan untuk menjadi korban adalah anak-anak,” ujar mantan Ketua PP Salimah untuk periode 2010-2015 ini.
Kekhawatiran akan bahaya pornografi, menurut Nurul, telah dirasakan oleh segenap masyarakat, terutama para orang tua.
“Sebagai seorang motivator keluarga dalam program-program yang diadakan oleh Salimah, saya bertemu dengan ibu-ibu Indonesia di 34 provinsi yang cemas dengan ancaman kejahatan akibat pornografi yang mengintai anak-anak mereka, baik di perkotaan maupun di pedesaan, karena pornografi begitu masif menyebar ke seluruh pelosok tanah air,” tandasnya.
Di seluruh negeri, ungkap Nurul, telah banyak anak yang menjadi korban dari para predator seksual.
“Sejak 2008 kita sudah menjalankan program nasional di Salimah untuk menyelamatkan anak dari kejahatan seksual. Kami menjelaskan bahaya pornografi dan bagaimana orangtua harus bersikap dan mendidik anak agar mereka punya kepekaan dan keterampilan untuk menghindarkan diri dan melawan predator seksual yang bisa jadi adalah orang-orang dekat yang mereka kenal baik, tapi diam-diam telah menjadi pecandu pornografi. Banyak ibu-ibu yang menangis saat mendengarkan penjelasan kami,” pungkasnya.
Dengan begitu masifnya kejahatan seksual yang terjadi di seluruh pelosok negeri, amat disayangkan ada pihak-pihak yang tidak menunjukkan empati dan justru berpihak kepada penyebab utama kejahatan tersebut, yaitu pornografi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H