Seminar Kebangsaan “Reformulasi KUHP Delik Kesusilaan dalam Bingkai Nilai-nilai Keindonesiaan” yang diselenggarakan oleh Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia di Senayan, Jakarta (26/09), berhasil menyedot perhatian para pesertanya. Terutama ketika dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK., menyampaikan pandangan.
Menurut Dewi, banyak hal seputar homoseksualitas yang tidak lebih dari sebuah mitos. Mitos yang paling utama, misalnya, adalah bahwa perilaku homoseksual itu alami.
“Perilaku homoseks itu tidak alami, bahkan jelas-jelas merusak. Sodomi yang mereka lakukan merusak tubuh mereka sendiri. Banyak orang yang sampai anusnya mengeluarkan darah dan kotoran tanpa bisa mereka kendalikan, gara-gara sodomi. Apanya yang alami?” ujar Dewi sambil menahan geram.
Perilaku homoseksual juga pada kenyataannya tidak muncul sejak lahir. Banyak orang yang terjebak dalam homoseksualitas karena pernah dilecehkan. Mereka yang pernah menjadi korban sodomi pada akhirnya benar-benar menjadi homoseks, dan tidak sedikit yang kemudian menjadi pelaku pelecehan.
“Homoseksualitas itu tidak genetis. Orang yang tadinya disodomi secara paksa pada akhirnya bisa merasakan kenikmatan juga, karena saat disodomi itu prostatnya terangsang. Jadi yang disodomi pun bisa ejakulasi juga. Itulah sebabnya mereka malah jadi kecanduan. Ini bukan persoalan genetika!” tandas Dewi.
Sebagai dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin yang sudah berulangkali mengikuti konferensi internasional bersama para ahli lainnya di bidang yang sama, Dewi mengingatkan bahwa homoseksualitas membahayakan hidup pelakunya, apa pun pembenarannya.
“Yang mengatakan hal itu bukan saya. Lembaga AS, Centers for Disease Control and Prevention atau CDC, juga menunjukkan bahwa perilaku sodomi jauh lebih mudah menularkan HIV ketimbang hubungan seks yang normal. Ini hasil penelitian ilmiah di negeri yang melegalkan homoseksualitas. Para ahlinya sudah tak bisa apa-apa, karena rakyat sudah dibius dengan mitos bahwa homoseksualitas itu alami, tidak menyimpang, karena faktor genetis dan seterusnya,” pungkas Dewi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H