Mohon tunggu...
AILA Indonesia
AILA Indonesia Mohon Tunggu... -

Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia adalah aliansi antar lembaga yang peduli pada upaya pengokohan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siaran Pers Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia tentang Tema Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-88

24 Desember 2016   06:11 Diperbarui: 24 Desember 2016   06:59 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aliansi Cinta Keluarga (AILA)| Koleksi pribadi

Setiap tahunnya, bangsa Indonesia memperingati Perayaan Hari Ibu (PHI) pada tanggal 22 Desember. Tanggal 22 Desember ditetapkan berdasarkan Dekrit Presiden Soekarno no 316 tahun 1959, dimana tanggal 22 Desember tersebut  merujuk kepada Kongres Perempuan Indonesia pertama kali di Jogjakarta.

Pada tahun 2016, Pemerintah Indonesia berdasarkan Pedoman Peringatan PHI ke 88 tahun 2016  yang ditetapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini mengusung tema: "Kesetaraan Perempuan dan Laki-Laki untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang dan kesenjangan akses ekonomi terhadap perempuan".

Terkait dengan PHI ke 88 tahun 2016, maka dengan segala kerendahan hati kami AILA INDONESIA ingin memberikan beberapa catatan sebagai berikut :

1. Memberikan apresiasi yang tulus kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menghormati kedudukan seorang perempuan dalam sistem sosial masyarakat baik perannya sebagai seorang Ibu, seorang anak, seorang istri dan seorang anggota masyarakat.

2. Mencermati tema besar yang diusung serta berbagai tema turunan dan slogan yang disosialisasikan oleh Meneg PP dan Perlindungan Anak, penekanan pada unsur keseteraan gender mengambil porsi yang cukup besar dibandingkan dengan apresiasi terhadap peran perempuan sebagai seorang ibu dalam keluarganya.

3. Keseteraan Gender sejatinya adalah sebuah program yang kami yakini bertentangan dengan kodrat perempuan itu sendiri, karena pada prinsipnya laki-laki dan perempuan berbeda dan memiliki peran strategis yang harus dijalankan sesuai dengan perannya masing-masing.

4. Dalam kesetaraan gender, terkandung makna yang implisit, bahwa peran serta perempuan dalam pembangunan dianggap  sebagai pemakai hasil pembangunan jika hanya berperan di ranah domestik dan tidak terjun pada ranah publik, seperti keterwakilan di parlemen atau sektor publik lainnya. 

Padahal generasi terbaik  sejatinya diciptakan dan dipersiapkan oleh ibu-ibu yang  secara ikhlas berperan sebagai ibu rumah tangga dan fokus  memikirkan  masa depan generasi yg  ia lahirkan dari rahimnya. Apakah ada yang lebih besar dan lebih mulia dari tanggung jawab mendidik seorang manusia ?

Demikian beberapa catatan penting yang menjadi perhatian kami dalam rangka PHI 88 tahun 2016. 

Kami berharap semua pihak,  baik pembuat kebijakan maupun   masyarakat pada umumnya, dapat memberikan apresiasi  yang sama pada peran  perempuan, baik sebagai ibu di dalam keluarganya atau perannya di masyarakat.

Jakarta, 22 Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun