Cukup berani anak muda itu melangkah menemui Rasulullah yang sedang tak sendiri. Ada orang lain di sekitar Rasulullah yang akan mendengar permintaan anak muda itu dan bisa saja bereaksi hebat. Tapi anak muda itu bergeming. Ia melangkahkan kakinya. Dan saat tepat di hadapan Rasulullah, ia bersuara.
"Ya Rasulullah, izinkan aku berzina!"
Siapa dia? Apa pangkatnya? Lancang sekali memerintahkan Rasulullah untuk mengeluarkan izin berbuat maksiat. Orang-orang di sekitar Rasulullah tak habis pikir dengan anak muda ini. Tak ada kah sedikit rasa malu untuk mengajukan permintaan kurang ajar seperti itu?
Di tengah keterkejutan dan kemarahan spontan orang-orang di sekitarnya, Rasulullah malah tak menampakkan raut murka. Ia paham, ada gejolak yang hebat di dalam tubuh anak muda itu. Rasulullah tahu, permintaan tadi tak pantas. Tapi inisiatif anak muda ini menemui Rasulullah adalah sesuatu yang harus diapresiasi. Bisa saja ia turuti nafsunya dan berzina dengan wanita yang ia mau. Tapi anak muda ini masih punya rasa takut kepada Allah sehingga datang mengadu kepada Rasulullah.
Memang, dengan permintaan seperti itu di depan khalayak, seolah-olah anak muda ini sudah kehilangan rasa malu. Tetapi ada sesuatu yang bisa disentuh oleh Rasulullah. Dan beliau saw tahu menanganinya.
“Mendekatlah!” ujar Rasulullah.
Anak muda itu pun menerobos kepungan orang-orang dan duduk di dekat Rasulullah.
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada ibumu?” tanya Rasulullah.
Jleb. Si anak muda tak pernah menyangka akan diajukan pertanyaan semacam itu.
“Tidak, demi Allah ya Rasul,” jawabnya.
“Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka berzina,” ungkap Rasulullah.