Mohon tunggu...
Ahmad Muayyad
Ahmad Muayyad Mohon Tunggu... -

Masih pelajar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bahagia karena Al-Qur'an

19 Juni 2016   15:11 Diperbarui: 19 Juni 2016   15:37 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan nampaknya selalu menjadi bulan yang paling membahagiakan dibanding bulan-bulan lainnya di mata para makhluk Tuhan. Ada yang ketiban berkah karena dagangan pakainnya laris manis buat lebaran nanti. Ada yang ketiban berkah menu takjilnya diserbu pembeli. Ada juga noh yang ketiban berkah, gara-gara buka warung siang hari terus dirazia Satpol PP, melanggar aturan eehhh kok malah ketiban rejeki. Nasib-nasib. Yah, yang namanya rejeki sudah ada yang mengatur.

Tapi yang tak kalah bahagianya dengan umat manusia ternyata Al-Qur’an. Bagaimana bisa?. Al-Qur’an yang biasanya di selain bulan Ramadan lebih sering dibuat pajangan, kini tiap hari dipakai tadarusan. Mungkin dalam benak Al-Qur’an seperti ini: “Alhamdulillah, bulan ini aku bahagia sekali tiap hari dibuat mengaji. Padahal sebelum bulan ini aku sampai berselimut di debu di dalam lemari. Alhamdulillah sekali.” Bahagia sekali kamu ya Al-Qur’an. Coba saja kalau setiap manusia itu tahu kalau kamu sangat bahagia jika dipakai mengaji. Pasti tiap hari mereka mengaji. Coba lagi kalau mereka mampu memahamimu. Pasti mereka tiap hari bakal tak mau jauh-jauh darimu.

Tambah bahagia lagi, karena tepat tanggal 17 Ramadan nanti Al-Qur’an ulang tahun!. Ulang tahun ke berapa ya?. Wallaahu a’lam.Yang tepenting kita umat Islam harus ikut bahagia merayakan ulang tahunnya paling tidak dengan peringatan Nuzulul Qur’an.   Yuk, kita simak dua ayat di bawah ini.

{وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا} [الإسراء: 82]

Dan Kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al Quran itu) hanya akan menambah kerugian.

{يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ} [يونس: 57]

(الجلالين )"قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَة مِنْ رَبّكُمْ) كِتَاب فِيهِ مَا لَكُمْ وَمَا عَلَيْكُمْ وَهُوَ الْقُرْآن

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepada kalian pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.”

 {قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ} [يونس: 58]

Katakanlah (Muhammad), "Berkat anugerah Allah dan rahmat-Nya, hendaklah sebabS itu mereka bergembira. Hal tu lebih baik daripada apa (harta) yang mereka kumpulkan.”

Pada surat Al-Isra’ ayat 82 serta surat Yunus ayat 57 dijelaskan bahwa Al-Qur’an itu obat sekaligus rahmat bagi orang-orang mukmin. Nah, dalam surat lain Allah juga memerintahkan agar kita bahagia sebab memperoleh anugerah, dan rahmat dari-Nya. Bahkan, Tafsir Jalalain menafsiri yang dimaksud rahmat dalam ayat tersebut ya Al-Qur’an. Dalam hal rahmat di ayat ini sebenarnya bisa lebih luas lagi, bukan cuma Al-Qur’an. Mungkin saja karena ayat ini masih ada hubungan dengan ayat di atasnya, maka Tafsir Jalalain hanya menyebut Al-Qur’an saja.  Bahkan Tafsir Baidlowi secara gamblang mengatakan bahwa yang dimaksud bahagia dalam ayat ini adalah bahagia sebab turunnya Al-Qur’an. Simak ini:

{ قُلْ بِفَضْلِ الله وَبِرَحْمَتِهِ } بإنزال القرآن

Singkatnya, memperingati Nuzulul Qur’ansah-sah saja, sebagai wujud syukur dan suka-cita atas turunnya Al-Qur’an. Tapi yang perlu menjadi catatan. Jangan sampai cuma ikut suka-cita, tapi tak pernah mengamalkan isi Al-Qur’an. Apalagi kalau sampai menyentuh Al-Qur’an saja pun hampir tak pernah. Ikut suka-cita, iya. Mengamalkan Al-Qur’an, harus. Membaca Al-Qur’an, jangan ditinggal. Paling tidak sehari satu juz.

Bersuka-cita dengan Khataman Al-Qur’an

Nah, rasa suka-cita kita atas turunnya Al-Qur’an kita wujudkan dengan membaca Al-Qur’an sampai khatam. Membaca Al-Qur’an sudah tentu mendapat pahala. Rasulullah bersabda:

" من قرأ حرفا من كتاب الله فله بِهِ  حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول ألم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‘Alif Lam Mim’ satu huruf, tetapi ‘Alif’ satu huruf, ‘Lam’ satu huruf, ‘Mim’ satu huruf"

Cuma sekedar membaca “Alif Lam Mim” sudah mendapat pahala tiga puluh kebaikan. Apalagi ini bulan Ramadan yang setiap ibadah kita dilipatkan berlipat-lipat. Meskipun begitu, lebih baiknya kita baca Al-Qur’an tanpa memikirkan pahalanya. Ikhlas, tulus, dengan niat ibadah. Ada lagi nih hadis yang menjelaskan perintah membaca Al-Qur’an.

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.”

Menukil dari kitab Fathul-Mu’in, bahwasanya Syeikh Zainuddin bil Abdil Azis Al Malibari—selaku pengarang kitab Fathul-Mu’in—sangat menganjurkan agar di bulan Ramadan ini kita memperbanyak membaca Al-Qur’an. Adapun saat paling baik membaca Al-Qur’an adalah ketika shalat. Di beberapa masjid, ada yang di bulan suci Ramadan selalu mengkhatamkan Al-Qur’an saat shalat tarawih. Salah satunya di masjid Menara Kudus (sumber). Formatnya saat shalat tarawih satu malam membaca satu juz. Begitu terus sampai malam ke tiga puluh. Bagi kita yang tidak hafal Al-Qur’an tapi ingin bisa baca Al-Qur’an saat sholat caranya mudah. Taruh meja di depan kita, kemudian siapkan Al-Qur’an yang hendak kita baca. Atau mungkin ada yang punya cara lain? Silahkan. Asal jangan sampai membatalkan shalat.

Adapun waktu yang utama selain saat shalat adalah saat malam, lebih utama lagi separo akhir malam, kemudian selepas shalat Subuh, serta antara waktu Maghrib dan Isya’. Usahakan juga ikut tadarus di masjid selepas tarawih. Membaca Al-Qur’an di masjid itu punya nilai lebih. Pertama, karena masjid tempat yang suci lagi mulia. Kedua, karena membaca Al-Qur’an di masjid bisa sekaligus i’tikaf. Tentunya dengan catatan kita harus niat i’tikaf. Usahakan juga membacanya dengan tadabbur. Tadabbur itu apa?. Tadabbur itu membaca Al-Qur’an sambil mengangan-angan kandungan makna Al-Qur’an.

Mumpung Ramadannya belum pamit. Ayolah di bulan Ramadan ini kita berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Qur’an. Minimal Ramadan ini khatam sekali itu sudah bagus.  Ada banyak keberkahan yang kita peroleh jika mengkhatamkan Al-Qur’an. Menukil dari kitab At-Tibyan-fi-Adabi-Chamalatil-Qur’an bahwasannya seorang ulama’ bernama Tholhah bin Mushorrif mengatakan: “Barang siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an, kapanpun di waktu siang. Maka para malaikat akan membacakan sholawat—sholawat dari malaikat kepada manusia adalah istighfar—kepada orang itu sampai sore. Barang siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an, kapanpun di waktu malam. Maka para malaikat akan membacakan sholawat kepada orang itu sampai pagi.” Keterangan ini juga terdapat di kitab I’anatut-Tholibin.

Ada juga seorang ulama yang meriwayatkan dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas: “Jika khataman Al-Qur’an bertepatan saat awal malam, maka para malaikat akan membacakan shalawat sampai Subuh. Jika khataman Al-Qur’an bertepatan saat akhir malam, maka para malaikat akan membacakan shalawat sampai sore.”

Masih ada lagi. Sebagaimana yang tertera dalam kitab At-Tibyan-fi-Adabi-Chamalatil-Qur’an,bahwasanya majelis khataman Al-Qur’an adalah majelis turunnya rahmat. Doa dalam majelis khataman Al-Qur’an diamini oleh empat ribu malaikat!. Makanya kalau ada majelis khataman Al-Qur’an yang khusyu’ doanya. Minta juga agar keinginan-keinginan kita dikabulkan.

Menurut riwayat, sahabat Utsman bin Affan, pernah mengkhatamkan Al-Qur’an satu khataman dalam sehari semalam. Bahkan sahabat Utsman menurut riwayat lain juga pernah mengkhatam Al-Qura’an dalam satu rakaat!. Keterangan ini bisa dilihat di kitab At-Tibyan-fi-Adabi-Chamalatil-Qur’an. Mohon koreksinya kalau salah.

Para Imam mujtahid empat juga dulunya sering mengkhatamkan Al-Qur’an. Imam Abu Hanifah misalnya. Beliau setiap malamnya selalu mengkhatamkan Al-Qur’an. Imam Syafi’i, pada selain bulan Ramadan setiap hari mengkhatamkan Al-Qur’an satu khataman, memasuki bulan Ramadan beliau menambahnya menjadi dua khataman setiap harinya. Imam Ahmad bin Hambal setiap hari mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali.

Terakhir. Mencuplik secuil hadis. Sudah seharusnya kita semua mengamalkan hadis ini.

ادبوا اولادكم على ثلاث خصال : حب نبيكم وحب اهل بيته وقراءة القرآن... الحديث

“Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara : ‘Cinta kepada Nabimu, Cinta kepada keluarga Nabi, dan membaca Al-Qur'an.’. “

Yuk, kita didik anak-anak kita, adik-adik kita agar bisa membaca Al-Qur’an. Jangan sampai kita umat Islam yang dianugerahi Al-Qur’an malah tidak bisa membacanya. Ironis jadinya nanti. Jangan lupa, bahagia sebahagia-bahagianya karena berkat Al-Qur’an kita bisa berada di jalan yang benar. Alhamdulillah. Wallaahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun