Gerakan “Ayo Mondok!” sudah setahun lalu diresmikan PBNU. Tangal 13-15 Mei kemarin silatnas “Ayo Mondok!” juga sudah rampung digelar di Pasuruhan. Momentum Ramadlan ini, “Ayo Mondok!” tentu sebaiknya semakin digalakkan. Apalagi Ramadlan tahun ini bertepatan dengan libur semester genap bagi adik-adik kita yang masih berstatus pelajar. Setidaknya liburan yang bertepatan Ramadlan ini dimanfaatkan untuk untuk mondok posonan.
Apa itu Mondok Posonan?
Posonan sendiri lahir dari kosa kata Jawa “poso” yang berarti puasa. Posonan berarti mondok alias nyantri di suatu pesantren pada bulan puasa. Dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut pesantren Ramadlan, atau pesantren kilat. Yang menarik, kitab-kitab yang dikaji saat posonanini biasanya selalu khatam sebelum Ramadlan pamit.
Di Jawa Tengah sendiri ada banyak sekali pesantren yang menyelenggarakan posonanini. Bahkan hampir setiap pesantren selalu ada posonan di setiap tahunnya. Di pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang misalnya. Pasantren asuhan KH. Maimoen Zubair tahun ini mengkaji kitab Syajaratul-Ma’arif-wal-Achwaal-wa-Sholichul-Aqwal-wal-A’mal karya Syaikh Izzuddin bin Abdissalam. Pada Ramadlan tahun lalu, kiai sepuh ini mengkaji kitab Irsyadul-Ibad karya Syeikh Izzuddin bin Abdil Aziz Al-Malibari. Alhamdulillah, kajian kitab ini khatam dalam jangka waktu lima belas hari. Kiai Maimoen juga memberikan ijazah sanad keilmuannya kepada santri-santri posonan. Selain di pesantren Al-Anwar sendiri, posonan juga digelar di pesantren-pesantren sekelilingnya.
Posonan di Sarang, bukan hanya ngaji pada Mbah Maimoen saja. Di sana ada beberapa ustad yang mengajar berbagai varian kitab mulai kitab fiqih, sampai nahwu-shorof. Di pesantren MUS (Ma’hadu Ulumis Syar’iyyah) biasanya mengkhatamkan Tafsir Jalalain tak kurang dari sebulan!. Di Sarang bebas. Mondok di pesantren MUS, plus ikut ngaji di pesantren Al-Anwar? Boleh-boleh saja. Yang terpenting dalam posonan ini kita tetap mengkaji ilmu agama.
Nah, kesempatan liburan ini jangan sampai dilewatkan oleh adik-adik kita ya. Mumpung liburan plus Ramadlan lagi. Tidak harus posonan di Sarang. Di pesantren manapun juga boleh. Yang terpenting di sana kita belajar agama dan waktu kita tidak terbuang dengan hal sia-sia.
Bagaimana Kalau Tidak Mondok Posonan?
Bagi yang tidak posonan, jangan khawatir. Ada saran nih, dari Syekh Izzuddin bin Abdil Aziz Al Malibari (Fathul Mu’in) supaya waktunya tidak terbuang sia-sia. Petama, perbanyak sedekah dan membaca Al-Qur’an. Dalam hal membaca Al-Qur’an ini, waktu-waktu yang utama adalah antara sholat Maghrib dan Isya’, kemudian di waktu sahur, terakhir selepas Subuh. Kedua, perbanyak i’tikaf. Lebih bagus lagi kalau membaca Al-Qur’annya di masjid. Sebagaimana yang tertera dalam kitab At-Tibyan-fii-Adabi-Chamalatil-Qur’an, bahwasanya sebagian ulama mensunahkan membaca Al-Qur’an di masjid dikarenakan bisa sekalian memperoleh keutamaan beri’itikaf. Tentunya dengan catatan harus niat i’tikaf.
Yang tidak, mondok posonan jangan mau kalah. Paling tidak kita bisa tholabul-ilmi ikut pengajian sore di masjid, atau musholla sekitar. Sekalian ngabuburit, plus buka bersama. Buat yang mau posonan ayo segera ke pesantren-pesantren pilihan anda, mumpung Ramadlannya belum undur diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H