Jika mengingat kasus “cicak vs buaya jilid 3”, yang terngiang ditelinga adalah janji Presiden Jokowi. Mulai dari ketika Presiden Jokowi mengajukan komjen BG sebagai Cakapolri, yang menurut dugaan, pengajuan BG itu atas desakan PDIP dan Megawati. Selang 3 hari, KPK menetapkan BG sebagai tersangka, tentunya ini jadi tamparan bagi Presiden Jokowi. Sebulan kemudian akhirnya Jokowi mengajukan ulang Cakapolri, BG diganti Komjen Badrodin Haiti. DPR segera melupakan BG dan menerima Badrodin sebagai Cakapolri. Tidak mempermasahkan calon tunggal yang diusulkan oleh presiden, justru diganti sendiri oleh presiden.
Kemudian isu rencana pembangunan gedung DPR. Isu uang muka mobil pejabat. Harga sembako melambung. Harga BBM naik turun. Nelayan gerah atas keputusan menteri kelautan tentang larangan penggunaan cantrang sebagai alat jarring ikan.
Hingga kemarin, ketika munas Gerindra, Prabowo pidato yang menurut Prof Cipta Lesmana, itu merupakan ancaman bagi Jokowi. Saya baru sadar, ternyata memang posisi Jokowi, yang hanya utusan partai, tanpa kedudukan politik parpol yang tinggi menjadikan posisi Jokowi sangat rentan dipermainkan. Yang terjadi selanjutnya adalah terjadi lobi-lobi, di bawah tangan terjadi. Tentunya hal ini menyebabkan elektabilitas Jokowi sangat lemah. Mudah runtuh.
Bahkan yang sangat mungkin terjadi, upaya sistematis untuk membuat kesan bahwa Jokowi telah berkali-kali melukai hati rakyat. Yang nantinya sampai anti klimaks rakyat mendaulat Jokowi untuk turun. Menurut saya lagi. Sejak awal Jokowi mengusulkan BG, DPR (koalisi oposisi) telah bermain drama yang cantik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H