Di musim penghujan sekarang ini, beberapa wilayah di Indonesia, tidak hanya kebanjiran air, namun juga kebanjiran sampah plastik. Salah satu wilayah di Indonesia yang memproduksi cukup banyak sampah plastik adalah kota Semarang.
Semarang sendiri menjadi kota metropolitan dengan jumlah penduduknya mencapai 1,6 juta jiwa dengan menghasilkan 1.000 ton sampah setiap harinya.
Karenanya, fenomena ini menjadi salah satu proker KKN mahasiswa UNTAG Semarang dengan menyulap sampah plastik menjadi bata ramah lingkungan atau ecobrick, dan sebagai upaya untuk sedikit berkontribusi dalam program pemerintah Kota Semarang dalam hal penanggulangan sampah.
Ungaran Barat (20/2) -- Muhamad Muzaqi (Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur) telah memilah sampah plastik dari sampah lainnya (organik dan anorganik), limbah tersebut diperolehnya dari rumah warga area komplek perum PLN jalan Hayam Wuruk, di TPS terdekat, di kantor PLN, sampah mahasiswa di berbagai universitas hingga limbah sampah di salah satu perusahaan besar.
Setelah itu, mahasiswa KKN ini membersihkannya menggunakan air yang diberi sabun secukupnya, kemudian mengeringkannya menggunakan lap bersih. Sampah ini sebaiknya tidak kotor agar kondisi ecobrick yang dihasilkan tidak berjamur dan hasilnya bagus dan kuat untuk dipakai nantinya.
Lalu, plastik-plastik ini digunting dengan ukuran minimalis agar memudahkan masuk ke dalam botol 600 ml---botol-botol ecobrick sengaja dipilih dengan ukuran yang sama, sehingga mudah dalam penggunaannya. Ukuran tersebut tidak harus 600 ml, ya.
Sebelum plastik-plastik yang telah digunting dimasukkan ke dalam botol, mas Zaqi menaruh plastik sebagai warna dasar dan sebagai penguat atau pengeras botol, lalu memasukkan plastik-plastik tersebut dan mendorongnya menggunakan stik yang terbuat dari kayu yang diberi pelapis plastik atau sumpit. Fungsinya untuk memadatkan plastik tersebut dan pemberi warna dasar.