Di pagi buta, kutangkap bayang bidadari
Ia turun ke bumi lantas berjingkat berangkat ‘nuju pintu-pintu surgawi
Di kala awan putih berbaris manis memagari atap bumi, aku berpapasan dengan bidadari
Ia sunggingkan seulas senyum setangkup rasa
Bulir-bulir bening jatuh memendarkan cahya pesona di paras lelahnya
Di waktu sang surya beringsut menjauh ke ufuk barat, aku mengekor sosok bidadari
Ia berlari-lari kecil menggapai gaung syahdu nun di surau sana
“Tunggu aku!” lirih bidadari dalam hati
Ia hendak bersua Rabb-Nya, merindu berdua dengan-Nya, dan berkeluh pada-Nya
Seperti saat kelam malam itu, saat sang bidadari bersimpuh di sujud pemasrahan
Ketika kutilik dia mesra mencumbui dzikir dan doa
Bidadari itu bukanlah ibu negara ini
Tak pula sebanding nama dengan Kartini pahlawan pertiwi
Perempuan bersahaja bertudung sederhana bernyali raksasa
Ialah bidadari kartini pengayom dua pewaris negeri
Seorang bunda pencari sesuap rizki tuk dua lelaki bermata jeli
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Puisi Kartini. link: http://www.kompasiana.com/androgini
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community. link: https://www.facebook.com/groups/175201439229892/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H