Mohon tunggu...
Aien Hisyam
Aien Hisyam Mohon Tunggu... profesional -

Salam hangat selalu

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Seksi = Pintar Menulis (Hah?)

11 Februari 2012   15:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13289743661262414658

[caption id="attachment_160571" align="alignnone" width="407" caption="http://www.gettyimages.com"][/caption] “Sehari, berapa tulisan?”

“Tergantung. Kalau lagi kumat, bisa 3 tulisan di blogspot, 1 tulisan di multiply. Tapi, kalau sekarang nambah. Paling nggak 2 tulisan di Kompasiana”

“Hahahaha… itu yang membuat kamu beda!”

“Beda kenapa?”

“Kamu seksi!

“Hah?”

Obrolan lewat BBM (BlackBerry Messenger) itu membuat kami berdua tertawa. Temanku ini tidak bermaksud kurang ajar. Dia (mengaku) ngomong apa adanya. Melihat sosok wanita dari kacamata yang berbeda, dan memberinya label sesuai dengan cara pandangnya.

"Jangan salah sangka. Pria normal, pasti akan melihat perempuan yang suka menulis, jauh lebih seksi dibanding perempuan pada umumnya. Menurut saya, Stephanie Meyer, JK Rowling itu seksi." Ia memberi argumen.

Siapa saja bisa menulis. Karena, sejak kecil anak sudah dilatih untuk bisa membaca dan menulis. Namun, kerap kali, untuk memulai sebuah tulisan, kita sudah merasa sulit sekali. Istilahnya; mau dimulai dari mana ya ???? Kondisi ini yang sering saya alami. Butuh 10 menit lebih untuk berpikir, mencari kata-kata yang tepat.

Menulis, dalam konteks membuat kalimat yang enak dibaca, memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Sampai sekarang pun saya masih belajar menulis dengan benar (baca: enak dibaca). Terkadang, saya menulis asal-asalan, yang penting apa yang ada dalam pikiran bisa dituangkan dalam kalimat dan cerita. Tapi, saya tidak bisa menilai, apakah hasil tulisan atau cerita tersebut enak dibaca atau tidak.

Pernah, hati saya sakit manakala hasil tulisan -dalam bentuk kertas print- dilempar Bapak Redaktur ke dalam tong sampah, disertai kalimat, “inisihtulisan sampah!” …

“Grrrrrrrrrr…….”

Marah? Tentu saja iya.

Sakit hati? Iya sekali.

Tapi, momen itu justru jadi pemicu saya untuk terus belajar dan membuat tulisan-tulisan yang layak di baca juga dimuat di media tempat saya bekerja. Tentu saja tulisan yang diolah dalamgayabahasa tertentu –kita menyebutnya jurnalisme sastrawi- berbentuk reportase.

Lambat laun, menulis sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.Gayabahasa dan tulisan pun mulai berkembang. Kadang menulis berita informatif dan edukatif, kadang berbentukfeature human interest, dan yang paling sering adalah tulisan dengan gayabahasangablak seenak udele.

Beruntung saya pernah merasakan kerja di media. Paling tidak pada saat itu, saya harus lebih sering menulis dalam tatanan kalimat yang runut, aktual, sesuai EYD, dan enak dibaca. Kondisi ini bisa melatih saya menulis dengan ‘benar’, serta memperkaya saya dalam tata bahasa. Tapi, saya pun merasa kehilangan jati diri saya yang lain, yaitu menulis alangablak seenak udele.

Kini, tersedia blog-blog pribadi dan media online tempat pelarian saya, untuk bisa menulis sesuai kata hati. Termasuk salah satunya ada di Kompasiana. Jadi, apa hubungannya seksi dan pintar menulis? Sebenarnya tidak ada. Tapi jawaban teman saya ini membuat saya tersenyum kecut :

Seksi itu bukan hanya sekedar ukuran fisik. Tapi, seksi juga bisa dilihat dari kepintaran otak perempuan itu.”

“Jadi maksudmu, badan saya tidak seksi?”

“Kamu cukup seksi otaknya saja”

“Hahahahahahaaaa….”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun