Kisah pewayangan Mahabarata ini memang super sekali, mengalahkan cerita keluarga mafia Don Vito Corleone dalam The Godfather, mengalahkan kehebatan remaja gaul dengan kekuatan super seperti di Heroes dan X-Men, dan juga mengalahkan kerumitan sinetron Cinta Fitri digabung dengan Putri yang ditukar kemudian dicampur jadi satu dengan sinetron Anugerah dan Dewa. Duh pusing deh bacanya hehe. Untuk meminimalisasi kebingungan dan kelemotan serta bisik-bisik tetangga, kita akan melihat silsilah keluarga yang dimulai dari Kakek Buyut Pandawa-Kurawa seperti bagan di bawah ini (diambil dari Wikipedia), dengan catatan bagan ini hanya dari garis Ayah saja: Alkisah terdapat seorang Raja termasyur dari dinasti Kuru di kerajaan Hastinapura bernama Santanu. Sang Prabu ini naik tahta dalam keadaan jomblo dan galau karena belum laku-laku. Jangan dikira belum laku karena tidak ada yang mau, dia itu belum laku karena belum ada yang cocok seperti yang dia mau. Setiap orang yang selalu bertanya padanya “when are you gonna get married?”. Prabu Santanu pun dengan bijak mengutip quote dari Aristotle: “If something's bound to happen, it will happen .. Right time, right person, and for the best reason”. Tapi setelah ngomong gitu yang bertanya langsung dipenggal sama panglimanya hehehe .. gak gak, becanda, gitu aja kok sensi sih? Lagi PMS yak? :D Prabu Santanu termasuk high quality jomblo, bayangkan, dia itu cakep seperti Taylor Lautner, perut six pack, jagoan bela diri dan hobinya menjelajah hutan belantara. Dulu sempat sih ditawarin jadi ketua klub pecinta alam pelajar se-Indonesia tapi keburu naik tahta duluan. Pokoknya nih, sosoknya cowok banget dan selera pemberani. Hari itu terasa mellow dan galau, Prabu Santanu memutuskan hang out ngilangin suntuk ke tepi sungai. Ternyata di tepi sungai itu ada cewek cantik dan bohay. Memang ya cyin, kalau jodoh gak kemana. Jodoh tuh kayak remote tipi gitu deh, pas butuh tuh remote ngilang gak jelas kemana, pas gak butuh, tuh remote muncul aja depan muka kita. “Neng, situ punya obeng gak?” Tanya Santanu. “Gak punya Bang”. Jawab si cewek. “Kalau nama, punya kan?”. Eeaaaa. Capek deh. “Nama saya Gangga, Bang”. “Neng Gangga punya kunci Inggris gak?” Tanya Santanu lebih agresif lagi. “Gak punya Bang?” Jawab Gangga kenes. “Kalau pin BB pasti punya kan?. Eeeaaa. Najis tralala. “Punya Bang, nih add ajah GA74U 84N93T”. “Neng Gangga punya mesin kompresor gak?” Tanya Santanu lebih nekat. “Bang, lu kira neng ini buka bengkel sama isi angin di sebelah sungai yak? Pakai otak dong”. Neng Gangga mulai esmosi jiwa. “Hehehe, ya Abang kan cuma tanya aja Neng. Cantik-cantik jangan marah-marah Neng, mending buka bengkel aja”. Dan bukannya bikin hati Gangga adem tapi malah bikin tambah melotot. “Neng kalau gitu tambah unyu deh. Mau gak abang ajak tamasya ke Binaria?” Rayu Santanu. “Ogah ahh, ntar waktu tamasya ke binaria, pulang-pulang ku berbadan dua. Eh kok kayak lagunya jablai yak?!?” “Neng tau aja kalau abang ini jablai. Neng, sumpah mati deh abang jatuh hati, mau gak ikut abang ke istana, ntar kita kawin .. yok yok yok”. “OK deh, tapi dengan syarat ya Bang. Kalau aku hamil, abang gak boleh ikut campur dan tanya-tanya urusanku dengan jabang bayiku, sekali abang ikut campur, maka aku akan minggat. Deal or no deal?”. “Deal” Jawab Santanu lantang tanpa pikir panjang karena nafsu udah di ubun-ubun. Berakhir lah masa jomblo dan galau Prabu Santanu. Dia menikah dengan Dewi Gangga yang sungguh cantik jelita membuat bahagia jiwa dan raga. Tak beberapa lama, sang Dewi mengandung untuk yang pertama kalinya. Prabu Santanu bahagia tak terkira, namun ternyata setelah melahirkan, sang Dewi menenggelamkan bayinya ke sungai. Begitu juga jabang bayi ke-2 dan seterusnya. Prabu Santanu yang terikat janji tak kuasa menahan kesedihan, kenapa istrinya tercinta begitu biadab dan tak mau tobat padahal sudah diberi obat. Apalagi dikhawatirkan kalau FPI tahu masalah ini, mereka pasti akan didemo dan digruduk massa. Ketika sang Dewi mengandung untuk yang ke-8 kalinya, Prabu Santanu sudah tak mampu lagi membendung rasa galau to the max yang menghimpit dada. Dia menghentikan perbuatan sang Dewi pada saat akan menenggelamkan bayi ke-8 dengan resiko melanggar janji suci sebelum menikah dulu. Sang Dewi lalu membuka kedoknya bahwa sebenarnya dia adalah seorang Dewi kahyangan yang diturunkan ke bumi dan menjadi penunggu sungai. Dia menenggelamkan bayi-bayi tersebut untuk melepaskan jiwa mereka ke surga karena mereka adalah reinkarnasi dari 8 pencuri lembu sakti milik salah seorang Dewa. Setelah menjelaskan hal tersebut panjang lebar kepada Prabu Santanu, Dewi Gangga menghilang selama-lamanya. Maka Prabu Santanu menjadi duren alias duda keren bersama bayi ke-8 yang selamat, dia menamakan anak tersebut Bisma. Waktu demi waktu berlalu, kegiatan Prabu Santanu hanya mengasuh Bisma. Dia ingin Bisma menjadi penerus tahtanya, sehingga Bisma benar-benar dididik menjadi Raja. Bisma sampai ikutan sekolah kepribadian John Robert Power, ikut les bahasa Inggris di EF, ikut les musik di Purwacaraka (ya kali-kali aja pas jadi Raja bisa mengeluarkan album cyinn), sampai masuk dalam komunitas politik biar up to date perkembangan dunia politik tanah air yang campur aduk antara DPR dan KPK. Pokoknya jadwalnya padet banget. Gak bisa hang out di seven eleven atau ikutan komunitas sepeda Fixie lagi. Prabu Santanu kembali GA to the LAU to the max. Helllou, duda keren kok galau sih, cari cewek lagi dong, secara penampilan situ metroseksual kayak eksekutif muda, pasti banyak cewek-cewek naksir. Demi menepis bayang-bayang kegalauan, akhirnya Prabu Santanu jalan-jalan, dan lagi-lagi yang jadi tujuan adalah sungai. Come on, Prabu Santanu nih kagak bisa move on deh kayaknya cyiiin. Kalau jalan-jalannya ke sungai mah bukannya ngilangin galau, tapi malah nambah kegalauan sepanjang hayat dengan mengingat mantan. Di sungai tersebut, sang Prabu (lagi-lagi) ketemu gadis desa yang cantik jelita. Ampun dah, kayak deja vu bok. Si cewek ini tidak hanya cantik tapi juga badannya wangi kayak habis mandi pakai parfum Chanel No. 5. Si cewek yang bernama Satyawati ternyata kesemsem dengan Santanu. Tanpa banyak cingcong, Sang Prabu langsung jatuh hati dan melamar cewek tersebut. Ternyata orang tua gadis tersebut mengajukan syarat, jika menikahi anak gadisnya, maka Satyawati harus jadi permaisuri Raja dan keturunannya menjadi penerus tahta. Mendengar syarat tersebut, rontok lah hati sang Prabu. Dia memang mencintai cewek itu, tapi dia lebih mencintai Bisma, anaknya. Santanu pulang dengan hati remuk redam. Pergi jalan-jalan bukannya ngilangin galau tapi malah jadi galau kuadrat akar 3 sin cos 45. Halahhhh. Bisma yang melihat Papanya tersayang jatuh sakit karena rasa galau yang memuncak, berinisiatif tanya ke Paspamprab (Pasukan Pengawal Prabu), ada apa gerangan yang menyebabkan Papa Santanu sakit. Setelah mengetahui ceritanya, dia mewakili papanya pergi ke rumah Satyawati. Seorang pemuda yang masih ingusan pergi kesana secara ksatria untuk melamar Satyawati buat Papanya. Ya, Bisma ini memang berjiwa gentleman dan ksatria sejati, kalau berkelahi dengan teman sekolah gak pernah keroyokan, mesti satu lawan satu. Apalagi sampai ngerahin massa manggil temen dari STM sebelah, beuuh .. pantangan jek. Dia memang berwatak keras, namun sangat sayang Papanya. Apapun akan dilakukan demi kebahagiaan Papa, secara Papa sudah membesarkan dia dengan penuh cinta dan kesetiaan pada mamanya yaitu tidak menikah lagi sampai detik ini. Bisma bersumpah di depan Satyawati bahwa dia tidak menginginkan tahta kerajaan dan mempersilahkan Satyawati beserta keturunannya untuk menjadi penerus kerajaan Hastinapura. Satyawati ragu dengan omongan Bisma. “Apaaa .. sekarangg .. cowok pada jago acting .. Apaa .. kusalaah, bila andalkan cintaaaa. Gak gak gak kuat, gak gak gak kuat. Aku gak kuat sama playboy playboy”. Itu 7 icons apa Satyawati sih?!? Kok nyanyik bok. Bisma menambah lagi sumpahnya, dia bersumpah tidak menginginkan tahta kerajaan dan tidak akan menikah seumur hidup, sehingga tidak ada anak turun dari Bisma yang mengganggu gugat atau bersengketa dengan anak turun Satyawati. DHUAARRRR ... JELEGARRRRRR .... Para Dewa di langit pun hampir menangis dan tersentuh demi mendengar sumpah yang tulus dan menyiratkan bakti seorang anak kepada papanya itu. Sang Dewa kemudian menganugerahi Bisma sebuah waktu, dimana Bisma dapat menentukan sendiri waktu kematian dirinya. Kelak di perang Baratayuda, Bisma memang dikalahkan oleh Srikandi, tapi dia yang memilih hari kematiannya sendiri. Akhirnya sang Prabu menikah dengan Satyawati dan memiliki 2 putera bernama Citranggada dan Wicitrawirya. Di usia yang senja Prabu Santanu wafat dan tahta diturunkan kepada putranya, yaitu Citranggada. Namun sayang, Citranggada tidak berumur panjang setelah menerima tahta tersebut, dia meninggal dalam keadaan jomblo, sehingga tidak memiiki keturunan. Tahta kerajaan Hastinapura pun jatuh kepada Wicitrawirya, bakal Kakek dari keluarga besar Pandawa dan Kurawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H